Chapt 1

848 128 22
                                    

AUTHOR POV

Ring....

Bunyi bel terdengar yang menandakan ada seseorang yang masuk kedalam toko kue itu.

Suara khas hak sepatu 'Tak. Tak. Tak. Tak' berjalan mendekat ke arah seseorang yang sedang merapikan tatanan kue agar terlihat cantik.

"Selamat siang. Ada yang bisa kubantu?" Ucap pria manis yang baru saja selesai menata kue di rak.

"Emmm sebentar" Ucap pria yang baru sampai itu sambil melihat-lihat.

"Baiklah"

Beberapa detik kemudian.

"Satu potong blackforest dan satu potong red velvet" Sambil menunjuk kue yang diinginkannya.

"Dibawa pulang atau dimakan disini?." Tanya pria manis itu sambil tersenyum.

"Aku akan memakannya disini"

"Baik. Oh ya, kami mulai menyediakan beberapa macam kopi juga. Anda ingin mencobanya?"

"Tentu. Ice americano satu" Sambil memberikan uang untuk membayarnya setelah melihat total yang dipesan tertera di hadapannya.

"Kau bisa menunggu di meja yang masih kosong. Terimakasih" Pria manis itu memberikan uang kembalian.

Pria yang memesan itu duduk di dekat jendela. Membuka ponselnya yang bergetar menandakan panggilan masuk. Ia mengangkat panggilan itu dan berbicara sangat sopan kepada orang di sebrang ponsel yang sudah pasti atasannya. Beberapa detik mereka berbicara, pria itu menutup ponselnya dan saat itu juga pesanannya datang.

"Satu potong blackforest dan satu potong red velvet. Dan tak lupa ice americano sudah siap. Silahkan menikmati" Menata kue dihadapan pelanggannya dengan perlahan dan rapi.

"Terimakasih" Ucapnya sambil tersenyum.

Orang yang mengantar kue itu hendak kembali ke tempatnya namun ia berbalik setelah mendengar seseorang memanggilnya.

"Hey tunggu"

"Ya? Apa masih ada yang kurang?"

"Ahh tidak. Bisakah kau menemaniku disini? Aku tak suka sendirian" Mohonnya.

"Sebenarnya aku sedang bekerja. Ak-"

"Kumohon. Hanya beberapa menit. Terlihat menyedihkan jika aku sendirian"

"Baiklah" Pria yang mengantar kue itu duduk sambil memegang tatakan yang ia bawa untuk kue dan kopi.

Sangat canggung. Duduk berdua dengan orang asing yang baru pertama kali bertemu.

"Siapa namamu?" Tanya pembeli itu memecah suasana canggung.

"Aku Ahn Hyungseob. Kau?" Entah mengapa ia sangat gugup.

"Namamu manis seperti telihatnya dirimu. Dan aku Park Woojin."

Entah mengapa Hyungseob merasa malu.

"Apa kau bekerja disini sudah lama?" Tanya Woojin.

"Eh?... Sebenarnya aku pemilik toko ini"

"Wow. Kau cukup sukses"

"Ahh terimakasih. Kau sendiri? Apa pekerjaanmu?"

"Aku... Aku hanya seorang jaksa"

"Hanya? Kupikir itu yang terbaik" Ucap Hyungseob sambil tersenyum.

Tak terasa daritadi mereka mengobrol, kue Woojin sudah habis dimakan olehnya.

"Aku harus kembali ke kantor. Terimakasih telah menemaniku." Woojin beranjak dari kursinya.

"Oh? Baiklah. Datanglah lagi lain kali"

"Kupastikan esok akan datang" Woojin berjalan membelakangi Hyungseob dengan sangat keren.

Hyungseob tersenyum dan kembali ke tempatnya bekerja.

.

Keesokannya, Woojin datang kembali ke toko kue itu saat jam makan siang.

Ring....

"Aku akan memesan menu yang sama seperti kemarin" Woojin menjawab sebelum ditanya oleh Hyungseob yang padahal sudah siap akan bertanya.

"Kau datang lagi rupanya"

"Tentu. Kemarin sudah ku katakan kan"

Hyungseob tertawa kecil dan mengambil potongan kue yang dipesan Woojin yang masih ia ingat.

"Kali ini aku meminta di bungkus. Aku cukup sibuk hari ini."

"Baiklah. Kalau kau mau tau, kami bisa delivery ke kantormu" Tawar Hyungseob sambil menyiapkan pesanannya.

"Jika delivery, kau yang mengantarnya?"

"Bukan. pegawaiku yang akan mengantarnya"

"Kalau begitu, aku akan kesini setiap hari saja agar bertemu denganmu. Aku tak mau delivery jika bukan kau yang mengantar"

Pipi Hyungseob kini sudah berubah warna menjadi merah muda.

"Kalau kau ingin begitu. Aku bisa mengantarnya untukmu"

"Benarkah?" Tanya Woojin semangat.

Hyungseob mengangguk tak kalah semangat sambil memberikan pesanan yang sudah siap.

"Kuberi kau gratis kali ini"

"Kenapa? Aku bisa membayarnya"

"Ambilah. Aku memberikannya untukmu. Lain kali kau boleh bayar. Tapi sekarang tidak"

"Kalau begitu terimakasih. Aku harus pergi sekarang"

"Baiklah. Sampai jumpa"

.

Hari minggu adalah hari yang paling dinantikan oleh Hyungseob. Di hari minggu, ia akan menyerahkan tokonya kepada pegawainya dan ia biasanya akan mengunjungi makam ayah dan ibunya. Lalu ia akan menghabiskan sisa waktunya sendirian jalan-jalan menikmati suasana kota Seoul yang setiap minggunya berbeda.

Hyungseob berjalan sendirian mengitari berbagai toko. Membeli beberapa camilan untuknya sambil jalan. Di dekat taman ada penjual eskrim. Hyungseob membelinya satu dan tak sengaja ia melihat Woojin sedang duduk di bangku taman di ujung sedang menggambar dengan sangat cepat. Memangnya jika menggambar harus secepat itu. Woojin tampil berbeda dari yang biasa ia lihat. Biasanya ia akan memakai setelan jas hitam yang sangat keren. Hari ini ia memakai celana seperti training berwarna hitam dengan jaket abu-abu. Mungkin karena hari ini minggu? Ia memakai baju santai. Akhirnya Hyungseob memesan satu eskrim lagi untuk ia bagi dengan Woojin.

Hyungseob mendekat perlahan di belakang Woojin sambil memegang dua eskrim. Perlahan ia mengintip apa yang sedang ia gambar. Awalnya Hyungseob tidak terkejut ketika melihat hasil gambarnya. Seorang anak kecil yang sedang bermain ayunan, perosotan yang tampak ada didepan taman. Itu tampak normal. Namun kenapa ayunan dan perosotan itu tampak ada yang berbeda. Seperti ada api yang mengelilingi anak-anak itu. Di ujung kertas bawah ada seorang anak laki-laki memakai jaket dengan celana hitam sedang tertawa menunjuk ke arah kebakaran itu.

Pria yang sedang menggambar itu menyadari ada seseorang yang mengawasinya. Ia menengok kebelakang yang terdapat Hyungseob memegang dua eskrim dengan tampang tersenyum namun sedikit keheranan mengingat gambar itu.

"Hallo. Woojin-ssi. Senang bertemu denganmu disini." Ia tersenyum pada Woojin.

Orang yang disapanya hanya melihatnya dingin.

"Kau siapa?"

..
Masih gaje yah wkwkwk
Pembukaan lah biasa.

Hati-Hati  [JINSEOB] Where stories live. Discover now