AUTHOR POV
"Sunbae. Ini kasus baru. Kali ini aku akan ikut membantumu. Aku sudah bertemu dengan salah satu korban" kata Donghyun semangat sambil memberikan berkas yang masih tipis itu.
Woojin membaca kasus tersebut dan dikatakan bahwa lusa kemarin ada penculikan terhadap 3 siswi sekolah dan satu pria. Dan di lokasi tersebut sudah banyak korban yang disimpan dalam peti mati. Untungnya salah satu siswi yang baru dimasukkan kedalam peti mati bisa diselamatkan.
Woojin mengernyit bingung dan bertanya pada Donghyun "Pria itu? Kenapa pria yang menjadi korban membawa pelaku pergi?"
"Itu dia. Salah satu siswi yang masih sadar itu yang memberitahuku begitu. Katanya memang begitu. Pria yang menjadi korban itu membawa pelaku pergi dan menyuruh siswi itu untuk menutup mulut akan hal ini. Aku bertanya apakah mereka saling mengenal tapi dia menjawab tak tahu. Lalu aku juga bertanya apa dia mengingat wajahnya namun ia berkata bahwa ia lupa-lupa ingat karena terlalu shock" kata Donghyun panjang lebar.
"Sudah berapa banyak korban yang berada dalam peti itu? Kau seharusnya menulisnya dengan lengkap"
"Aah maafkan aku sunbae. Totalnya ada 7 dengan siswi yang bisa diselamatkan. Dan korban lainnya akan diperiksa oleh tim forensik hari ini"
"Senjata?" Tanya Woojin.
"Tidak ada senjata tajam yang ditemukan. Hanya ada beberapa sabuk celana yang menggantung. Lagipula tempat itu adalah gedung kosong yang sudah tak terpakai. Tak banyak barang. Ahh ya korban dalam peti itu belum di buka sepenuhnya namun sudah dipastikan ada 6 korban yang meninggal didalamnya."
"Bagaimana dengan cctv?"
"Yaaah daerah itu cukup terpencil. Tak ada cctv dan itu sudah ku perjelas tadi bahwa tempatnya adalah gedung kosong yang sudah tak terpakai."
Woojin mengangguk mengerti dan menyuruh Donghyun untuk menulis ulang semuanya secara detail. Lalu setelahnya mereka bisa menuju ke TKP.
.
Woojin dan Donghyun sudah berada di TKP. Mereka bertemu dengan tim forensik yang sedang melihat para korban dalam peti mati itu. Woojin pun melihatnya dan tim forensik mengatakan bahwa tak banyak luka di tubuh para korban. Hanya beberapa benturan biasa. Seperti terjatuh misalnya. Woojin membuat simpulan berarti pelaku tidak membunuh mereka dengan senjata melainkan mengurung mereka kedalam peti mati.
Dia benar-benar seorang psikopat. Dalam hati Woojin. Ia masih bingung dengan korban pria yang membawa pelaku pergi. Mengapa? Ia masih tak bisa mengerti. Kenapa pelaku mau dibawa pergi oleh korban? Woojin memeriksa peti-peti itu dan menemukan beberapa goresan dan seperti telah terpukul. Ia pun memeriksa sabuk yang menjadi bukti tersebut dan menemukan beberapa bagian yang lecet. Ia menduga pelaku menggunakan sabuk untuk mencabuk peti itu. Kenapa dia mencambuk petinya? Kenapa bukan orangnya jika ia memang berniat membunuh. Woojin menyuruh untuk membawa para korban ke tempat tim forensik untuk segera di periksa lebih lanjut. Ia dan Donghyun akan pergi menemui korban yang selamat.
Sesampainya di rumah sakit ternyata korban tak ingin bertemu dengan siapapun untuk sementara waktu. Woojin mengerti akan hal itu dan ia pun bersama Donghyun kembali ke kantor.
"Donghyun~aa. Aku akan mampir ke toko kue. Kau mau ikut?" Tanya Woojin di perjalanan.
"Kau akan mentraktirku?" Tanyanya penuh harap.
"Yaa baiklah"
.
"Aku pesan seperti biasa ya. Plus Ahn Hyungseob"
Hyungseob yang sedang sibuk menata kue di dalam rak langsung mendongak ketika ada yang memesannya. Ia tau suara siapa itu. Hyungseob memberikan senyuman pada Woojin.
"Kau mau apa?" Tanya Woojin pada Donghyun.
"Oh! Kau yang waktu itu ke kantor kan? Kau bekerja disini?" Donghyun antusias melihat Hyungseob.
"Sudah jangan berisik dan pesan saja"
"Emm. Sama saja seperti pesananmu" katanya.
Woojin melotot ke arah Donghyun dan mengatakan bahwa ia tak boleh memesan Ahn Hyungseob. Itu miliknya. Dan hanya dia yang boleh memesannya. Donghyun memutar matanya dan mengatakan pada Hyungseob ia memesan kue yang sama seperti Woojin tetapi minus Ahn Hyungseob. Hyungseob tertawa kecil melihat mereka bertengkar kecil lalu menyuruh mereka untuk menunggu.
Tidak butuh waktu lama Hyungseob mengantarkan pesanan dua orang itu ke meja mereka.
Woojin menyuruhnya untuk duduk disampingnya dan sekarang posisi Donghyun sangat tidak meng-enak-kan. Menghadap ke arah dua orang yang sedang kasmaran.
Woojin memperkenalkan Donghyun pada Hyungseob sebagai partner kerjanya.
"Dia kekasihmu?" Tanya Donghyun yang membuat pipi Hyungseob seketika merona.
"Tentu saja. Untuk apa aku memesannya dan menyuruhnya duduk disampingku jika dia temanku"
"Jadi aku bukan temanmu?" Tanya Hyungseob tiba-tiba.
"Tentu saja teman. Teman hidup bukan?" Katanya sambil menyenggol Hyungseob yang sedang merona.
Donghyun yang melihatnya merasa ingin menghilang dari dunia sekejap.
Woojin dan Donghyun menyantap kue dan kopi mereka. Hyungseob yang tidak sedang melakukan apapun memulai pembicaraan lagi agar tak merasa canggung.
"Kalian dari mana?"
"Kami baru menyelidiki kasus baru dan tadinya akan mengunjungi korban tapi ia bilang tak ingin bertemu siapapun sementara waktu. Waah dia pasti merasakan trauma" Donghyun menjelaskan.
"Kalo boleh aku tau. Kasus apa yang sedang kalian selidiki?" Tanya Hyungseob penasaran.
"Kasus penculikan" Jawab Woojin sambil memasukkan sesuap kue ke mulutnya.
"Kau tau. Para korban dimasukkan kedalam peti mati. Yang anehnya mengapa salah satu korban malah membawa pelaku pergi dari tempat kejadian"
Hyungseob terdiam. Senyumnya yang merekah itu tiba-tiba saja layu. Ia mencerna kata-kata yang Donghyun katakan. Ia tau kasus itu. Itu tentang dirinya. Dan pelakunya bahkan ada disini. Hyungseob tak tahu harus bereaksi bagaimana terhadap apa yang dikatakan Donghyun. Jadi ia hanya terdiam. Jantungnya tak berdetak normal.
"Yak berhentilah. Kata-kata itu menakutinya karena tak terbiasa mendengar hal semacam itu. Ia lebih sering mendengar tepung, adonan yang seperti itu" ejek Woojin
Hyungseob meninju pelan lengan Woojin. Kenapa siswi itu membocorkan segalanya. Bagaimana jika setelah ia melihat wajah jaksa yang mengurus kasusnya ini lalu ia mengingat wajah penculik itu. Woojin pasti akan langsung disidang. Lalu jika ia ditahan bagaimana denganku. Aku juga akan ditahan bukan? Karena membawa pelaku pergi. Tentu saja jika aku menjadi dia pun pasti akan melaporkan hal ini. Batin Hyungseob panik.
Woojin yang melihat Hyungseob seperti sedang gelisah bertanya padanya apa ia baik-baik saja. Hyungseob hanya mengangguk padahal ia benar-benar sedang panik.
"Apa.. Harus kau... Yang menangani kasus ini?" Tanya Hyungseob ragu pada Woojin.
"Yup. Ketua yang memberikan tugas ini padaku. Aku harus menyelesaikannya bukan. Orang-orang jaman sekarang mengerikan kan?"
Hyungseob kembali terdiam. Dan Woojin beserta Donghyun pamit untuk kembali ke kantor.
"Aku tidak akan sering menemuimu saat ada kasus. Jangan sering keluar rumah dan jaga dirimu" kata Woojin. Hyungseob tersenyum dan ia pun segera bergegas memilih untuk pulang saja kerumah dan menenangkan diri.
..
Lah gimana coba ini wkwkwk

YOU ARE READING
Hati-Hati [JINSEOB]
Fanfic"Menjauhlah. Aku tak ingin kau terluka" -Park Woojin- "Tak apa. Asal bersamamu" -Ahn Hyungseob- *WARN* boyxboy kalo gasuka ya "naga juseyo" Bahasa baku Start August 04, 2017