Chapt 5

433 81 7
                                    

AUTHOR POV

Drrrtt... Drrrtt... Drrrtt...

Hyungseob yang baru selesai mandi mengambil ponselnya di meja. Ia membukanya dan rupanya itu adalah pesan dari Woojin.

'Aku sedang berada di tokomu. Kemarilah. Aku rindu.'

Hyungseob terdiam sebentar. Mengingat apa yang Woojin katakan saat tadi makan siang. 'Jika aku menemuimu malam hari atau memberimu pesan aneh malam hari. Abaikan saja dan kau cepatlah kunci pintu dan jendelamu lalu tidur. Karena itu bukan aku. Paham?'

"Cih apa-apaan ini. Padahal kan baru saja tadi makan malam bersama." Hyungseob mengomel sendiri karena baru saja ia pulang dan bersih-bersih namun Woojin sudah mengajaknya untuk bertemu lagi. Tapi ia pergi juga karena menurutnya pesan itu tak aneh sama sekali malah membuatnya blushing.

Untungnya toko itu tak jauh dari apartemen yang Hyungseob tempati.
Biasanya toko disekitar toko kue nya sudah pada tutup dan jalanan menjadi sepi. Jadi ia berjalan santai dan melihat sesosok dengan jaket abu-abu dan celana training hitam. Deg! Hyungseob ingat betul dengan setelan seperti itu. Setelan ketika Mooyoung muncul. Hyungseob merasa bahwa ia harus kembali ke apartemennya seperti apa yang Woojin bilang. Tapi bagaimana jika ia adalah Woojin? Pesan itu.. Tak mungkin seorang Mooyoung bisa mengirimkan pesan seperti itu pada Hyungseob. Ia hendak untuk kembali namun terlalu lambat. Tatapannya sudah bertemu dengan tatapan Woojin. Hyungseob bisa melihat bahwa itu benar Mooyoung. Dia memakai masker dan Hyungseob memutuskan berpura-pura tak tau dan menganggapnya Woojin. Mooyoung berjalan mendekatinya.

"Kau sudah menunggu lama?" Tanya Hyungseob yang sebenarnya gugup.

Tak ada jawaban...

"Kalau tak ada yang harus kau bicarakan, kita bisa bertemu lagi esok" Hyungseob hendak untuk melarikan diri dari situasi ini namun tiba-tiba tangannya ditarik dan ia bisa menghirup cairan bius yang Mooyoung semprotkan tepat di depan wajah Hyungseob tadi. Pandangan Hyungseob menjadi buram dan gelap.

.

HYUNGSEOB POV

Aku terbangun ketika aku merasakan ada seseorang yang menggerak-gerakkan kakiku. Aku membuka mataku dan mendapati diriku di atas sebuah kursi dan tangan serta kakiku sudah diikat sempurna agar tak bisa meloloskan diri. Baru saja akan berteriak namun mulutku tertutup kain. Aku melihat ke sebelah kiri, orang yang sedari tadi berusaha membangunkanku. Ada dua orang perempuan. Mereka masih berseragam sekolah dengan keadaan yang sama terikatnya. Aku berusaha bertanya pada mereka ini dimana menggunakan isyarat namun mereka juga tak mengetahuinya. Suasanyanya sangat menegangkan. Lampunya sangat redup. Namun ruangan ini cukup besar. Angin malam membuat semuanya menjadi semakin menakutkan.

Dua anak perempuan itu menangis dan aku tak tau harus bagaimana. Aku mencoba menyuruh mereka untuk tetap tenang. Aku mengerti jika mereka merasa ketakutan. Bahkan aku sendiri pun rasanya mau mati karena ketakutan dan tak ingin bertemu dengannya padahal orang yang sedang tak ingin kutemui itu adalah kekasihku sendiri.

Beberapa kali setelah aku berusaha membuat mereka berdua agar lebih tenang, akhirnya mereka terdiam karena kelelahan. Tak lama kemudian seseorang muncul dari balik pintu dan seseorang itu yang tak lain adalah Jang Mooyoung. Ia melepas jaketnya tapi tidak dengan maskernya. Kedua anak perempuan disebelahku meraung-raung minta dilepaskan. Yang aku inginkan hanya memberikan ketenangan pada Mooyoung dan membuat Woojin keluar kembali dan menguasai tubuhnya lagi tapi aku bahkan tak bisa bergerak sama sekali. Mooyoung mendekat kepadaku. Keringat dingin mengucur di dahiku. Dia melepaskan kain yang menutupi mulutku karena aku mau diam katanya. Dua perempuan itu masih meraung meminta dilepaskan juga penutup mulut itu. Mooyoung mendekati mereka dan berkata bahwa ia sedang berbaik hati. Jadi ia membuka kain itu juga dari mulut mereka. Namun mereka berdua menyerang Mooyoung dengan berteriak menghujatnya. Aku ingin menutup telingaku. Cacian itu bagaimanapun juga untuk Woojin tapi tanganku terikat. Mooyoung yang tadinya akan meninggalkan ruangan ini berbalik dan melempar satu botol kaca tepat mengenai kepala perempuan di sebelahku. Temannya terkejut begitupula denganku. Dia hendak untuk marah pada Mooyoung karena telah memukul temannya namun aku memberi tahunya untuk tenang dan jangan berisik atau nanti nasibnya akan sama dengan perempuan disebelahku.

Hati-Hati  [JINSEOB] Where stories live. Discover now