WOOJIN POV
"Ini villa milik nenekku. Saat musim liburan, banyak yang datang kesini sekedar mencari udara segar dari penatnya kota. Tapi jika bukan musim liburan seperti sekarang, memang jarang yang kesini karena sibuk dengan urusan mereka. Tempatnya selalu bersih karena nenek menyuruh orang agar membuat villa nya terlihat bersih dan nyaman."
Sengaja aku mengajaknya kesini karena disini begitu banyak kenangan masa kecilku saat masih tinggal dengan keluargaku. Yang menyenangkan maupun menakutkan.
"Sekarang nenekmu ada dimana?" tanyanya kepadaku.
"Sembunyi" ku jawab pelan
"Sembunyi dimana? Kenapa"
"Di suatu tempat yang sangat ia benci. Tak usah dipikirkan. Yuk masuk" Aku menggandeng tangannya masuk bersamaku.
Aku dulu tinggal disini dengan ayah, ibu, dan nenek. Semuanya tampak sempurna seperti keluarga bahagia yang kuimpikan namun, setelah beberapa tahun kemudian saat nenek harus pindah ke tempatnya sekarang, dan ayah selalu pergi untuk urusan pekerjaannya dan hanya meninggalkan aku dan ibu saja. Sejak saat itu, aku selalu dikurung di ruang atap oleh ibu. Ibu melarangku bicara ataupun membuat keributan sampai ia kembali membukakan pintunya lagi untukku. Jadi ia selalu menyiapkan makanan dan sebuah botol untukku jika ingin pipis.
Aku menuruti permintaannya karena jika tidak, aku akan dipukul. Diatas sana aku mendengar suara ibu dengan beberapa pria yang aku tak tau siapa mereka. Awalnya kupikir itu ayah tapi saat ibu memanggilnya dengan nama yang berbeda dengan nama ayah, aku menjadi bingung. Sering sekali aku mendengar suara mereka yang aneh dan baru kusadari setelah aku cukup mengerti bahwa mereka sedang bercinta. Aku tak mau mendengarnya karena terdengar aneh, aku menutup telingaku dengan rapat. Aku ingin menangis jika ibu lupa menyalakan lampu dan asyik dibawah sana dengan teman-teman pria nya. Aku ketakutan, aku ingin menjerit dan pergi dari tempat itu, tapi jika aku melakukannya, ibu akan marah padaku. Aku selalu berdoa semoga disaat semua itu terjadi lagi, ayah akan datang menemukanku dan memelukku. Tapi berbulan-bulan lamanya ia tak pulang, hanya mengabarkan via telepon. Aku ingin mengadu pada ayah tapi ibu melarangku, jadi aku diam.
Aku ingat hari itu di jumat malam, aku mencoba melarikan diri dari atap dan ternyata ibu lupa menguncinya. Aku menuruni tangga dengan perlahan agar tak ketahuan. Dan berhasil. Aku akan menghabiskan waktu di dekat sungai dan kembali ke atap di waktu teman-teman ibu pergi dari sana. Namun setelah melakukannya beberapa hari, aku ketahuan oleh ibu. Aku dipukuli dan aku menangis memanggil ayah namun ibu tetap tak berhenti. Dan sejak saat itu, aku bukan hanya di kurung di atap, tapi kakiku juga diikat oleh rantai yang menyambung dengan sebuah kotak besar yang sangat berat dan menguncinya dengan gembok besar. Aku tak tahu isinya apa tapi sulit sekali menggesernya. Ibu bahkan tak memberiku makan lagi. Aku sendirian dan benar-benar terkurung.
Saat itu, dua hari aku tidak makan. Tubuhku melemah. Dan aku menangis dalam diamku takut ibu mendengarnya. Aku marah tapi aku hanya bisa menangis dan tanpa sadar aku tertidur. Namun saat aku terbangun, rantai itu sudah terlepas dari kakiku. Aku pikir sepertinya ibu yang membukanya jadi dengan tubuhku yang lemas, aku turun kebawah dan mengambil beberapa makanan di dapur. Aku memakannya dengan lahap lalu ibu datang dan melihatku. Ia terlihat sangat marah lalu berteriak padaku bagaimana aku bisa melepaskan rantai itu. Aku bilang tidak tahu. Saat itu ibu terlihat benar-benar marah padaku dan bersikap dingin. Tapi aku senang karena ibu tak menyuruhku kembali ke atap. Awalnya aku senang bisa ke atap karena belum pernah kesana. Tapi lama-kelamaan terasa sesak dan menakutkan.
Aku mendekati ibu dan berkata bahwa aku harus pergi ke sekolah tapi ia melarangku. Ia bilang tak punya waktu untuk mengantarku ataupun menjemputku dan aku bilang bahwa aku bisa pergi dan pulang sendiri walaupun agak jauh. Ibu bahkan pura-pura tak mendengar. Aku merasa sedih. Itulah mengapa aku berada ditingkat yang berbeda dengan teman-teman sebayaku saat disekolah. Semenjak ayah dan nenek pergi, ibu menjadi berubah. Aku tak ingin memanggilnya seperti monster tapi aku pikir ia memang seperti monster. Ia tak baik lagi kepadaku seperti dulu. Dulu ia selalu mendengarkanku bicara walaupun tidak penting. Dulu ia memgajakku pergi bermain diluar. Dulu ia selalu memberiku makanan enak. Ia membelikanku baju, sepatu, mainan yang kumau. Ibu berubah menjadi menyeramkan.
Anehnya, sejak kejadian gembok terbuka itu, setiap kali aku diatap, aku merasa ada seseorang yang menemaniku dan ibu juga saat itu sudah tak mengunci kakiku lagi. Aku sempat berpikir bahwa hantu yang menemaniku. Tapi memangnya hantu baik ya?. Sejak itu, banyak kejadian aneh. Pernah aku membawa mainanku namun saat aku terbangun dari tidur, semua mainanku sudah berada di pojok dan semuanya rusak. Pernah juga tiba-tiba ada seekor anjing mati di belakang rumahku.
Lalu pada suatu hari. Ibu membiarkanku bermain diluar dan ia dirumah bersama pria yang selalu bersamanya. Saat itu aku sedang melempar kerikil ke sungai. Aku merasa senang walaupun aku sendirian. Lalu ku dengar seseorang memanggilku dan ternyata itu ayah. Aku berlari memeluknya. Aku merindukannya bahkan sekarang. Ayah menanyakan keberadaan ibu dan aku teringat pria itu masih berada dirumah. Aku pikir ayah akan marah jika ia melihat ibu bersama orang itu. Jadi aku mengajak ayah bermain bersama diluar sebelum masuk. Dan tak lama setelah itu, pria itu keluar bersama ibu dan mereka berciuman. Ayah yang melihatnya langsung mendekati mereka dan membuang tasnya di dekatku. Aku tak mengikutinya karna takut ibu akan memarahiku. Aku pergi berlari dari sana. Aku bersembunyi di dibalik semak namun suara ayah yang berteriak memarahi ibu masih terdengar. Saat itu juga aku mendengar ayah berkata bahwa ia ingin berpisah dan ia akan membawaku. Namun ibu tak menyetujuinya. Ia bilang aku harus ikut bersamanya. Lalu aku dipanggil agar memilih akan ikut bersama siapa. Aku bilang aku tak ingin ikut siapapun. Aku ingin semuanya bersama seperti dulu. Tapi pada akhirnya aku ikut dengan ayah karena ibu pergi dengan pria itu.
Sejak itu, aku tinggal berdua dengan ayah. Ayah berhenti bekerja di kantornya dan memilih mengelola bisnis villa milik nenek. Dan saat aku di sekolah menengah atas, ayah meninggal karena penyakit hatinya. Aku diberi alamat oleh ayah sebelumnya agar menemui nenek.
..
Kepanjangan ehehe. Dilanjut di next part yha ceritanya ujin. Cerita tentang keluarganya ucup ceritain jangan? Wkwk

YOU ARE READING
Hati-Hati [JINSEOB]
Fanfiction"Menjauhlah. Aku tak ingin kau terluka" -Park Woojin- "Tak apa. Asal bersamamu" -Ahn Hyungseob- *WARN* boyxboy kalo gasuka ya "naga juseyo" Bahasa baku Start August 04, 2017