9. Blood

1.3K 212 72
                                    

Palette

🎨Blood🎨

Colour code :

#710c04

"Harimu hilang, sayang."

🎨🎨🎨







Semula, ketukan langkah kaki terdengar cepat dan ringan. Namun kemudian melambat ketika si pemilik langkah membuka pintu. Berat dan lambat. Tapak sol sepatu yang basah menginjak lelehan salju tercetak jelas di lantai kayu. Ia menghempaskan tubuh lelahnya di atas ranjang, berbaring menatap langit-langit kamarnya yang selalu sama dari tahun ke tahun.

Ingatannya berputar pada kejadian beberapa jam yang lalu saat dirinya dipanggil untuk yang kesekian kali, sebagai pelapor. Seberkas senyum pedih tercetak di wajahnya yang dingin.


🎨

🎨

🎨


“Keberadaan tuan Ong belum ditemukan sampai saat ini.” Inspektur yang menangani kasus hanya bisa menghela nafas berat.

“Kami akan berusaha semaksimal mungkin, tuan Kwon.”

Ia hanya menggeram samar, menahan kekecewaan yang semakin menderanya. Raut wajahnya terlihat kusut, frustasi.

Sejak 3 hari yang lalu pikirannya hanya berlabuh pada satu titik yang sama : kemana sosok yang dicintainya pergi?

“Kami akan segera menghubungi Anda apabila mendapat petunjuk.”

Laki-laki berusia 25 tahunan yang dipanggil tuan Kwon tersebut mengangguk, lalu beranjak dari kantor sang inspektur. Keningnya berkerut marah.

Sorot matanya yang tajam terhenti pada sebuah poster orang hilang yang tertempel di dinding gedung kepolisian. Ada gurat sedih dan marah yang bercampur ketika menatap foto di poster tersebut : menampilkan figur seorang pria bersurai hitam legam, konstelasi cantik di pipi kirinya, dengan senyum indah terukir diwajah manisnya.

Ong Seongwu.

Sebelum emosinya memuncak, ia memutuskan segera keluar dari bangunan yang selama 3 hari ini masuk dalam rutinitasnya. Beberapa langkah setelahnya, ia menengadah menatap langit. Sesuatu berwarna putih yang berhamburan turun dari langit berhasil menyita perhatiannya.

“Salju pertama...” bisiknya.

“Sayang, bukankah kau sangat ingin melihat salju pertama?”


🎨

🎨

🎨


Terbangun dari lamunannya, ia beranjak. Menghampiri sebuah lemari pakaian di sudut kamar, hendak mengganti coat-nya yang sedikit basah dihujani salju pertama.

Namun pemandangan selanjutnya yang ia lihat ketika membuka lemari membuatnya mendesis.

“Sayang, bukankah kau sangat ingin melihat salju pertama?”

Nadanya berat dan dalam ketika menatap seonggok tubuh lemah tak berdaya terkulai di dasar lemari. Nampak bercak gelap menodai banyak bagian kemeja krem yang dikenakannya.

Diam, tak bergerak meski hanya helaan nafas.

“Harimu hilang, sayang..namun kau tetap bisa menikmati salju pertama, bersamaku.”

Meski matanya terpejam dan takkan terbuka lagi, namun sama sekali tak ada yang berbeda.

Rambut hitam legam, tiga titik cantik membentuk konstelasi di pipi kirinya, serta bibir yang melukiskan senyuman samar di wajah itu adalah wajah yang sama dengan pria di dalam poster.







Dia hanya korban dari sebuah obsesi berbentuk puitis bernama cinta.





























-Blood : END-















Double up menemani malam yang dingin menusuk kalbu :")

Hah. Yasudahlah : )))))

PaletteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang