4. Light Salmon

2.3K 333 417
                                    

Palette

🎨Light Salmon🎨

Colour code :

#ffao7a

"Saat memakan salmon, aku selalu teringat pada kalian berdua."


🎨🎨🎨


"Jihoon jangan ganggu Woojin!"

Tapi yang dipanggil terus memukuli sosok lain -yang mirip dengannya- bertubi-tubi. Tidak jelas apakah mereka berdua yang sedang bergulat di taman itu sedang tertawa atau mengerang kesakitan. Tidak ada bedanya, tapi sama-sama membuat pusing.

"Jihoon udah! Kalau kamu nggak berhenti, besok kakak bakal nikah!"

Dan berhasil.

Sosok berpipi gembil dengan semburat pink tersebut tiba-tiba berdiri. Lalu berlari sedemikian cepat sambil mencebikan bibirnya, menubruk dan memeluk laki-laki jangkung yang dari tadi berdiri di ambang pintu, meneriakan namanya.

"Nggak boleh!!" pekiknya sambil mengusak-ngusak wajahnya di perut sang kakak.

Sementara Jihoon merajuk, sosok yang tadi menjadi samsak tinju-nya Jihoon mulai berdiri, membenahi diri dari segala kekacauan yang disebabkan oleh Jihoon. Dibanding dengan Jihoon, wajahnya cukup lonjong dan berkulit lebih gelap, (selain perawakan mereka yang sama).

"Jadi jangan ganggu Woojin."

Jihoon mengangguk samar, masih dengan wajah yang bersembunyi di perut datar sang kakak.

Yang dipanggil Woojin hanya menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Kalian itu kembar tapi nggak pernah akur."

"Habis Woojin nyebelin!" Jihoon tiba-tiba berbalik lalu mencibir ke arah kembarannya.

Iya, kembar.

"Jihoon yang duluan ganggu!" Woojin berjengit tak suka.

"Heehh mulai lagi!" pemuda yang lebih tua dari si kembar menjawil pipi gembil Jihoon hingga sang empu memekik kesakitan. Menyebabkan Woojin di taman terkikik puas.

"Kak Onggg~" Jihoon merajuk, lalu memeluk kakaknya lagi. Suaranya mulai terdengar sengau. Entah karena sakit di cubit atau, drama-nya akan segera dimulai lagi?

"Jangan menikah..."

Tuh kan, mulai lagi.

"Jihoon berhenti bersikap seperti bocah!"

Ini Woojin yang berbicara.

"BERISIK GINGSUL!" sentak Jihoon galak.

"Jihoon.." sang kakak menangkup wajah Jihoon, sambil memberi sinyal pada Woojin agar berhenti menggoda Jihoon.

Woojin segera melakukan gestur mengunci mulut dilanjutkan menyibukan diri dengan menyiram tanaman hias di taman depan rumah mereka.

"Dengerin kakakmu oke?" sosok yang dipanggil Ong itu tersenyum lembut seraya menghapus air mata yang -entah sejak kapan telah- menganak sungai di pipi adik bungsu-nya.

"Jangan sekarang please..huhu...aku nggak sanggup merelakan kakak dengan bapak-bapak itu."

Ong -atau kita panggil saja Seongwu- tertawa sampai matanya membentuk bulat sabit. Ia mengusak rambut Jihoon.

"Asal kamu janji nggak berulah lagi, kakak nggak akan nikah sekarang."

"Jihoon janji!" Jihoon mengacungkan kelingking kanannya di udara, dengan semangat berapi-api.

PaletteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang