BAB II AWAL PERASAAN INI

24 12 0
                                    

Itha yang sudah mengantuk langsung memasuki kamar dengan jendela balkon yang masih terbuka lebar, kamar Itha terletah di lantai 2 rumahnya. Sedangkan, Ian masih termenung di bawah pohon pekarangan rumahnya. Ian masih terbayang saat pertama kali ia bertemu dengan Itha.

Dalam lamunan Ian berkata "Kenapa malam ini aku sulit sekali untuk tidur ya?, he~eh, Itha. Cewek yang cantik, baik, ramah, ceria, unik, dan soleha. Kenapa malam ini aku terus membayangkannya?, ada apa dengan cewek itu?, baru kali ini aku merasakan hal seperti ini?, perasaan apa sebenarnya ini?, aku sungguh tidak mengerti."

"Saat aku mengingatnya, ada rasa gelisah, gundah, bahagia, sedih, dan hati ini selalu tak tenang seakan ada bunga tumbuh di dalam hatiku ini, Api semangat dihatiku seakan makin membara untuk pergi ke sekolah. Shintia Puspita Sari baru kali ini aku seperti ini."

Malam itu Ian terus termenung memikirkan perasaan apa yang ada di dalam hatinya yang tak pernah dirasakan oleh Ian sebelumnya. Hingga dingin dan sepinya malam memakan lamunannya yang memaksanya untuk segera beristirahat untuk memulihkan segenap tenaganya agar di esok harinya dapat beraktivitas seperti biasanya.

***

Hari ini adalah hari yang sangat membahagiakan bagi Rian Pratama. karena tanggal 16 Desember 1996 adalah hari kelahirannya dan hari ini adalah tanggal 16 Desember 2015. Walaupun ini hari istimewanya. Namun, tak ada bedanya dengan hari biasa karena Rian tidak pernah merayakannya. Jangankan merayakan mendapatkan ucapan ulang tahun pun jarang karena sikap Rian yang tertutup dan misterius yang terkadang membuat cewek–cewek menjadi penasaran.

Seperti biasa Ian datang lebih pagi dari siswa-siswi umumnya dan langsung mengambil tempat yang biasa didatanginya. Dengan buku ditangannya Ian duduk dan mulai termenung. Ian selalu terhanyut oleh suasana alami pada pagi hari. Namun kali ini Ian tak sendirian, karena tak lama kemudian Itha datang dan langsung duduk di sebelahya. Itha kemudian menyenderkan kepalanya ke bahu Rian yang membuat Ian agak sedikit kaget.

"Ian, kamu nggak bosen disini terus sendirian?," tanya Itha.

"Nggak. Justru aku merasa sangat tenang, tentram dan selalu merasa senang jika ada disini," jawab Ian.

"Oh Ia, Ian..."

"Apa...?"

"Nggak apa–apa kan aku seperti ini?, kira–kira ada yang marah nggak ya, jika aku begini ke kamu?," sambil menyenderkan kepalanya ke bahu Ian.

"Kalau yang marah sih mungkin nggak ada. Tapi kalau apa–apa mungkin iya," jawab Ian.

"Tapi ijinkan aku sebentar saja seperti ini kepadamu, nggak apa–apa kan?," dengan menunjukan exspresi raut muka yang penuh dengan masalah dan tetap menyenderkan kepalanya ke bahu Ian.

"Hmm... kalau untukmu okelah, sepertinya kamu lagi ada masalah?"

"Ya seperti itulah," jawab Itha.

"Mau cerita...," Ian mencoba menawarkan.

"Sepertinya, belum saatnya..."

"Jika kamu sudah siap untuk cerita tak usah sungkan untuk cerita padaku," jelas Ian.

"...m...," Itha menjawab dengan suara lirih.

Mereka pun seperti itu dalam beberapa menit, Itha merasakan ketenangan ketika bersama dengan Ian. Ian pun membiarkan Itha yang sedang dalam suasana kurang baik dan tetap membaca bukunya. Kedekatan itulah yang membuat Ian dan Itha kian lama meumbuhkan Hot News di sekolah favorit itu. Hingga kabar itu terdengar di telinga cewek yang menyukai Ian.

Apa Itu Cinta?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang