BAB VIII REPEAT THE PAST

19 10 0
                                    

Jam 09.00 saat istirahat.

"Ian. Makan yuk."

"Makan terus tar gemuk lagi."

"Biarin deh gemuk asal kamu tetap miliku." Itha tersenyum.

"Gak mau ah. Tar kamu gak cantik."

"Owh gitu ya. Jadi kamu suka sama aku karena aku cantik doang?"

"Mmm... Emang kamu cantik?"

"Ian ih."

"Ya udah maap deh maap. Mau kamu gemuk mau kamu kurus. Kamu ya kamu."

"Terus kamu masih suka kan?"

"Mmm... Kayaknya nggak deh."

"Dih, Ian ih." Sambil mencubit pipi Ian sampai kacamatanya berantakan."

"Heheh... Aku suka kalau kamu marah kayak gini."

"Ya udah deh aku marah terus sama kamu."

"Jangan gitu juga kali. Aku lebih suka jika melihatmu tersenyum."

"Hemp." Itha cemberut.

"Ya udah makan yuk." Itha tak menanggapi. Ian lantas memegang tangannya dan langsung mengajaknya berjalan. Itha menutupi matanya karena setengah malu karena senang dan marah karena gemes.

Di pintu Brian berpapasan dengan Ian yang menggandeng tangan Itha. Brian saat itu hatinya sangat membara namun ia seolah tak berdaya. Sarah pu melihatnya di koridor kelas yang menuju ke kelorong kelasnya. Entah mengapa sarah tiba-tiba sakit melihat hal itu. Baik Brian maupun Sarah, tak mampu berbuat lebih karena mereka tak memiliki hak akan itu. Yang jelas keduanya sedang dalam kegundahan saat itu.

Jauh sudah Ian melangkah. Seperti biasanya Ian mengajak Itha makan di kanti Bi Sum. Walaupun hanya penjaga kantin. Bu Sum sudah seperti ibu kedua bagi Ian.

"Bu Biasa ya." Pesan Itha.

"Nasi goreng pake telorkan."

"Iah."

"Nak Ian mau pesan apa."

"Biasa aja bi. Minumnya Orange Juice ya Bi 2."

"Oke."

Tak lama pesanan datang. Disaat bersamaan Rena dan Shintia pun ada di sana. Mereka ada di kanti Bi Rini tepat di depan kantin bu sum. Hanya saja terpisahkan beberapa meja tempat siswa menyantap makanannya. Nampaknya Rena pun melihat Ian bersama dengan Itha,

"Satunya buat aku ya?" tanya Ian.

"Geer."

"Lalu, mau kamu minum semua orange juice nya."

"Mmm. Mungkin."

"Dih. Dasar nyebelin."

"Terus aja cemberut ampe sukses,"

"Mmm..." Sambil menyantap nasi gorengnya.

"Ya udah nih, ambil dah."

"Gak mau. Gak iklas tuh."

"Yakin gak mau. Special loh. Aku pegangin nih sedotannya."

Dengan sedikit malu Itha meminumnya dengan di pegangin Ian. Ian senang melihatnya dan melemparkan senyuman tipis. Entah mengapa Ian sangat tampan saat itu. Itha nampak malu dan wajahnya semakin memerah saat melihat senyum Ian yang sangat manis.

Apa Itu Cinta?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang