BAB XIV HATI YANG MENDUA

25 9 0
                                    

Malam setelah hari dimana Ian dan Sarah saling mengungkapkan persaaannya. Hati Ian semakin tak menentu dari hari ke hari, menit ke detik selalu terbayang Sarah di matanya. Namun bayangan itu seketika berganti dengan bayangan Itha. Malam itu Ian masih tak bisa tidur. Matanya susah untuk terpejam. Ia mulai susah tidur semenjak bertemu dengan Sarah kembali.

Sama seperti malam-malam yang Ian lalui semenjak bertemu dengan Sarah. Setiap kali Ian memejamkan mata. Terlihat jelas bayangan Sarah di hadapannya. Ian pun selalu merasa bingung akan hal tersebut. Ia hanya bisa menyimpulkan dengan perasaan itulah cinta. Sama seperti yang Ia rasakan saat pertama kali bertemu dengan Intan. Berpisah dengan Sarah sampai Ia yakin akan cinta ketika bertemu dengan Itha. Namun perasaan ini muncul lagi saat bertemu dengan Sarah padahal sekarang ini Ian masih mencintai Itha.

Ian sempat ragu. Apakah yang ia rasakan ini cinta ataukah perasaan yang lainnya. Jika bukan, Jadi Apa Itu Cinta? Kenapa Ian merasakan hal yang sama pada 2 orang sekaligus. Dua orang yang sangat spesial di kehidupannyaberada di masa yang bersamaan. Jika ini cinta, Apakah cinta bisa mendua dan menyalahi ketulusan akan maknanya.

Tapi setiap kali bertemu Sarah, bertatap pandang, hati Ian seakan luluh dan membuat ia berpikir bahwa ia masih mencintai Sarah. Apalagi setelah kehilangan Sarah dulu. Tapi Ian tak sanggup jika kehilangan Itha. Perempuan yang selalu membuatnya bahagia bahkan hanya oleh senyumannya. Hati Ian semakin tak menentu jika terlintas bayangan akan keduanya. Jika ini cinta, berarti kini Ian mencintai dua orang wanita. Artinya ia menduakan hatinya untuk dua orang wanita.

Mungkin bisa di bilang hati yang mendua. Tapi bukan hatinya yang terbelah dua melainkan perasaan sukanya yang terbagi dua. Satu hati untuk Itha dan satu hatinya untuk Sarah. Karena hatinya telah di berikan kepada 2 orang secara tersirat, jika ia kehilangan salah satunya apalagi keduanya pasti ia akan sakit. Itulah yang ia rasakan saat ini. Ian hanya ingin tidak jauh dari keduanya.

Malam itu Ian memutuskan untuk menelpon Sarah. Hatinya masih tidak bisa tenang. Ia menelponnya tepat pada pukul 10.30. Ian membuka kunci hpunya. Ia mulai mencari nama Sarah. Ia menggeser layar hpnya untuk mencari keberadaan no Sarah.

Scroll penunjuk telah berhenti di baris S dan Ian menemukannya. Ia sempat ragu. Namun Ian memberanikan dirinya. Ia akhirnya memijit nama Sarah yang ada pada touch screen hp nya.

Terdengar suara tut, tuttt, tuutttt tanda no tersebut aktif dan sedang menyambung kan menunggu yang di panggil menerima panggilan tersebut. 20 detik kemudian terdengar suara.

"Halooo."

"Iya. Assalamualaikum Sar."

"Walaikum Salam. Ada apa Ian," Sarah menjawab salam dari Ian. Namun sepertinya ia sedang menangis karena dari nada bicaranya terdengar berat dan ada suara isak di sela-sela jawaban salam Sarah.

"Kamu nangis Sar?" Sarah hanya diam.

"karena aku?" Sarah hanya diam namun jelas terdengar ia sedang menangis.

"Sar, Aku ingin bicara denganmu besok di Taman Kota."

"Oke."

Setelah itu Sarah mematikan Hpnya. Ian masih terbangun. Ia masih memikirkan keputusan apa yang akan ia ambil agar tidak melukai keduanya.

Ian malam itu sangat risau. Besok Ia harus bicara apa pada Sarah. Ia terus berpikir agar keputusan yang ia ambil tidak salah lagi.

Akhirnya ia sampai pada satu keputusan. Ia harus memilih agar tidak menyakiti keduanya. Tidak sampai disitu. Ian bingung harus memilih siapa. Is terus memikirkannya dan bertanya pada hati kecilnya. Ia tidur setelah mendapatkan kata apa yang tepat saat besok bertemu dengan Sarah.

***

Masih libur, karena hari ini hari minggu. Seperti yang Ian pinta, Sarah datang tepat pukul 09.00 di taman kota. Ia duduk di sebuah bangku panjang. Tidak lama Ian datang dan duduk di samping Sarah. Sarah masih tertunduk tidak bersuara.

"Sar aku ingin bicara mengenai hubungan kita. Aku Sudah memutuskannya semalam. Sar Maaf..." belum selesai Ian bicara. Sarah sudah jatuh dalam pelukan Ian. Sarah menangis sejadi-jadinya hari itu. Ian membiarkan Sarah seperti itu. Ia Sadar sudah melukai Sarah berkali-kali.

Sementara Sarah masih larut dalam kesedihannya. Rena datang menghampiri Ian. Shintia yang bersama Rena ingin menghentikannya. Rena terlanjur jauh memutar. Shintia sadar itu adalah kesempatan emas untuk menghancurkan hubungan antara Ian dan Itha. Sebelum Rena sampai Shintia memphoto Ian dan Sarah. Lalu ua mengirimnya pada Briant. Shintia lantar mencoba menyusul Rena yang kini ada di hadapan Ian.

"Rena.. " Ian melepaskan pelukan Sarah perlahan.

"Kenapa Ian. Kurang apa gue selama ini. Elo lebih milih cewek sok alim ini dari pada gue yang selama ini ngejar loe."

"Semua gak seperti yang kamu pikirkan Ren."

"Aku..." niatnya Sarah mau membantu Ian menjelaskan pada Rena agar tak terjadi kesalah pahaman di sekolah. Namun sebuah tamparan sudah akan melayang pada pipi Sarah. Ian menghentikannya.

"Sudah Ren. Dia gak salah. kamu hanya salah paham. Aku cuma anggap kamu sebagai teman gak lebih."

Rena semakin panas dan kini ia melayangkan tangannya pada pipi Ian. Ian tak mengelak agar Rena puas. Ia tahu Rena sangat sakit karena Ian tak menanggapi Rena sedari dulu. tangan Rena masih menempek di pipi Ian.

Rena seakan tak punya tenaga lagi setelah menampar cowok yang dicintainya selama ini. Apalagi Ian tidak begitu Salah. Rena sakit karena cintanya bertepuk sebelah tangan. Sarah hanya bisa diam.

"Kenapa Ian. Kenapa bukan aku. Kenapa harus Itha. Kenapa harus Sarah. Kenapa bukan aku," yang Rena maksud bahwa Ia mau menjadi yang kedua bagi Ian dalam arti selingkuhan. Shintia mulai berada diantara pertengkaran.

"Maaf jika aku nenyakitimu. Aku rela kau menamparku jika itu bisa meringankan sakitmu," Ian menegang tangan Rena yang tadi menempel di pii Ian.

Rena melepaskan pegangan Ian. Ia menangis dan pergi dalam hati yang kesal. Shintia hanya bisa mengejar Rena tanpa bisa berkata apa-apa.

Kini tinggal Sarah dan Ian. Sarah nampak agak sedikit syok. Tapi itu waktu yang pas untuk meluruskan segalanya. Ian tak ingin masalah semakin larut dan ia masuk pada penyesalan yang panjang seperti dulu.

"Sar kamu gak apa kan?"

"Pipimu marah Ian," Sambil memegang pipinya Ian lembut."

"Sar jika mau kamu boleh menamparku seperti tadi. Aku rela asal bisa menghilangkan sakit mu selama ini terhadapku."

Sarah mulai agak canggung memegang pipi Ian. Ia mulai mengerti apa yang akan Ian katakan.

"Sar. Aku minta..."

Sarah menutup mulut Ian dengan telunjuknya. Ia sudah paham dengan apa yang Ian akan katakan. Sarah langsung memeluk Ian yang dalam keadaan berdiri.

"Aku sudah mengerti Ian. Aku ingi ini menjadi kenangan termanisku bersamamu. Jadi biarkan aku seperti ini untuk yang terakhir kalinya. Besok aku akan pergi ke jogja karena Ayahku resmi Dinas disana dan ibuku harus mengurus nenek. Setidaknya aku tidak menyesal pernah mencintai dan dicintai oleh pria sebaik dirimu Ian."

"Maaf Sar. Maaf," kali ini Ian tak membalas prluka Sarah dan Sarah mengerti akan hak tersebut. Pasti Ian ingin agar Sarah tidak berpikir agar tetap berharap pada Ian.

***


yle='mknF 

Apa Itu Cinta?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang