BAB XIII PENYESALAN

12 9 0
                                    

Hari demi hari yang berlalu. Ian, Sarah dan Itha semakin dekat. Mereka sering jalan bersama dan terkadang Arif ikut. Tapi semua yang telah berlalu membuat Ian semakin dekat dengan Sarah dan tidak dapat di pungkiri lagi kalau cinta di hati Ian telah tumbuh kembali untuk Sarah. Lama-lama kemesraan antara Ian dan Itha semakin jarang terlihat. Ian lebih sering berduaan dengan Sarah.

Sarah paham apa yang ia lakukan saat ini adalah salah. Tapi hatinya sudah terlalu lama berdusta. Ia sudah tak kuat jika harus terus menghindari Ian yang selalu ada di pelupuk matanya. Seakan cinta yang mendorong Sarah untuk tetap dekat kepada Ian. Walau itu Salah.

Awalnya hanya Sarah yang seperti itu tapi lama kelamaan Ian pun merasakan hal yang sama. Ian gagal move on. Hatinya masih labil karena kehadiran Sarah di kehidupannya untuk yang kedua kalinya. Ian semakin lengket dengan Sarah karena di dorong oleh perasaannya.

Hari itu Sarah menangis di air terjun. Waktu itu Ian, Itha, Arif dan Sarah sedang berlibur di jurug cijalu yang ada di subang. Mereka nampak sedang bersenang senang. Tentu saja Itha dan Ian sangat lengket saat itu. Mereka nampak jalan-jalan di sekitar kawasan curug yang penuh dengan pohon yang rindang. Saat itu Ian dan Itha terus bergandengan tangan dan Itha selalu menempel pada Ian.

Sebenarnya sedari awal Sarah sudah tak kuat menahan sakit karena melihat Ian yang selalu bersama dengan Itha. Saat itu Arif berjalan paling depan. Ian dan Itha berada di belakang Ian tentunya bergandengan. Sedangkan Sarah berada palihng belakang. Saat itu mereka berencana untuk meninggalkan curug dan melihat lihat panorama. Sarah tidak mengikuti mereka. Sarah malah lari dan duduk di sekitar curug. Ia duduk di batu besar yang di bawahnya terdapat air yang mengalir dari curug menuju ke hilir. Sarah duduk disitu bukan untuk refresing ataupun melepas lelah tapi ia menangis.

Sedangkan group Ian sudah jauh dari area curug. Arif masih asik dengan kameranya Sarah. Ia juga rupanya minat dengan dunia photografy. Ian sadar bahwa Sarah sudah tidak ada di belakangnya. Sejauh mata memandang ia tak melihat penampakan Sarah. Ian panik namun sebisa mungkin menutupinya di hadapan Itha. Mereka bertanya-tanya dimana Sarah. Akhirnya Ian mengusulkan untuk mencarinya.

"Tha. Aku cari Sarah dulu ya."

"Ia gih. Kalau ilang bahaya."

"Gue sama Itha ya Ian."

"Jagain ya jangan sampai tidak."

"Beres Ian."

Ian lantas berlari dan berteriak-teriak mencari Sarah. Sarah tak kunjung memberikan jawaban. Ian terus berlari di pinggir jalan yang terjal dan curam. Sempat ia mau terpeleset karena kurang memperhatikan jalan yang licin karena terkena guyuran air hujan. Namun semua itu bias di atasi oleh Ian yang pada dasarnya cukup jago dalam hal bela diri.

Ian tak menemukan Itha. Ian terus berteriak memanggil Itha. Saat itu kondisi cukup sepi karena ia ada di daerah yang jarang dilalui oleh orang pada umumnya. Ian berpikir mungkin saja Sarah ada di sekitar curug. Akhirnya ia berlari menuju kearah curug.

Di tepi sungai yang mengalirkan air dari curug. Ian memanggil-manggil nama Sarah. Namun tetap aka da jawaban. Saat itu hanya ada sekitar 5 orang di sekitar curug tersebut. Ian turun ke air dimana di atasnya mengalir air dari curug tersebut. Ia berjalan mengitari kawasan berbatu. Hingga ia menemukan seorang gadis yang duduk di atas batu yang lumayan besar. Gadis itu memakai hijab berwarna putih dengan baju kuning dan rok panjang berwarna biru.

Ian hapal betul bentuk tubuh Sarah walau itu Nampak dari belakang, walau dari jarak ratusan kilometer. Ian mendekati gadis tersebut yang Ian kira itu Sarah. Gadis tersebut masih terduduk di atas batu dengan kaki yang sengaja di masukan ke dalam air. Tangan gadis tersebut memegangi batu sebagai penopang tubuhnya.

Ian yang datang dari belakang lantas menyentuh pundak Sarah dan memanggil namanya.

"Sarah... Kamu lagi apa disini?"

Sarah hanya diam dan perlahan mulai terdengar isak tangis. Lalu tangannya terlihat seperti mengusap bagian wajahnya. Ian sadar bahwa Sarah sedang menangis saat itu. Ian langsung menuju ke sepan Sarah otomatis kini kakinya sudah masuk semua ke dalam air sungai yang mengalir tidak erlalu deras itu.

"Sar. Kamu nangis?" Tanya Ian sambil memegangi wajahnya Sarah.

"Aku, Aku, aku... aku gak apa-apa kok Ian," Sarah tersenyum untuk menutupi kesedihannya. Tapi pipinya yang sembab dan matanya masih berlinang air mata. Sehingga Nampak seakan berkaca-kaca.

"Ia, kamu nangis nih. Hey kenapa. Ada apa? Ada yang jahatin kamu ya?"

Sarah kembali meneteskan air mata saat Ian menatap matanya dengan kesungguhan. Air mata itu menetes membasahi tangan Ian yang sedari tadi masih memegangi pipinya Sarah. Lalu Sarah memeluk Ian.

Saat itu Ian hanya terdiam di peluk oleh Sarah. Ia ingin membalas pelukan tersebut tapi ia ingat janjinya pada Itha untuk tidak meninggalkan Itha sendirian lagi. Di satu sisi Ian tak mau menyakiti Itha dan disisi lain Ian tak mampu membohongi perasaanya terhadap Sarah.

"Hey Kenapa?" Sarah masih menangis. Ian ingin membalas pelukan tersebut namun tangannya berhenti. Kini tangan Ian menyentuh batu yang ada di hadapan batu besar dimana Sarah duduk sebagai penompang tubuhnya agar tidak terjatuh ke air saat di peluk oleh Sarah. Sarah memeluk Ian dengan erat dan tangan Ian hanya bisa diam karena Sarah memeluknya dari pundak sehingga mengekang tangan Ian yang kini memegangi batu yang ada di belakangnya.

"Ian... hatiku sakit. Aku sudah tidak bisa berbohong lagi... aku masih mencintaimu Ian. Dari dulu sampai sekarang. Maaf Ian. Maaf sudah hadir di antara hubungan kalian," Sarah menjelaskan dengan keadaan yang masih menangis.

Mendengar pernyataan tersebut Ian sudah tak kuat lagi untuk berbohong. Ia membalas pelukan Sarah dengan erat. Hingga setengah badan Ian kini terjebur ke air karena menahan beban tubuh Sarah. Sebelah tangannya kini berpegangan kembali pada batu tersebut. Sarah masih memeluk erat tubuh Ian.

"Harus kau tau Sar. Aku juga mencintaimu. Aku hanya tidak bisa menghianati Itha. Aku tidak ingin kepergianmu terulang kembali pada Itha. Aku tak mau jatuh ke lubang yang sama. Aku mencintaimu Sar, tapi aku tak bisa menghianati Itha."

Mendengar itu Sarah semakin menangis dan memeluk erat tubuh Ian. Itha melihat hal tersebut di tepi sungai.

"Sarah... Ian..."

"Itha."

Itha Nampak tergesa-gesa menghampiri Ian. Ian sadar Itha melihatnya saat berpelukan dengan Sarah dan Ian melepaskan pelukannya begitupun Sarah. Itha sampai di hadapan Sarah dan Ian yang sudah mulai berdiri. Tangan Itha mengarah pada muka Ian seperti mau menampar. Ian tepejam. Cukup lama ia menunggu datangnya tangan Itha. Namun apa yang terjadi, Itha memegang lembut pipi Ian.

"Kamu gak apa-apa Ian?"

"Aku gak apa-apa?" tak lama Arif datang menghampiri.

"Emang kalian ngapai?" tanya Arif ambigu.

"Maksud Arif kamu ngapain Sar. Bisa sampai terjatuh gitu ke air untung ada Ian."

"Oh... Itu..." Sarah agak gugup."

"Iya... Liat kalian jadi basah kan..." timpal Itha.

"Sebenarnya anu..." Ian ingin menjelaskan sejujurnya namun di hentikan oleh Sarah.

"Oh, tadi aku mau mengambil batu yang terlihat bagus di dalam air tapi keseimbanganku kacau. Ian niatnya mau menarikku. Eh, malah jatuh bersamaan. Ia kan Ian," Sarah mencoba meminta penegasan dari Ian untuk menguatkan alasannya.

"Mmm"

"Syukur deh kalian gak apa-apa," Arif bersyukur walau hatinya masih di landa keraguan.

Akhirnya Itha mengajak Ian untuk kembali pulang mengingat waktu sudah menjelang sore dan kondisi pakaian Ian dan Sarah yang sudah basah. Hari itu semuanya berasumsi bahwa itu hanyalah kecelakaan dan merupakan kebohongan pertama Ian pada Itha.

***

o-fa¤ 

Apa Itu Cinta?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang