BAB IX DUA HATI DAN ORANG KE 4

16 11 0
                                    


Kebiasaan Ian datang lagi setelah beberapa bulan ini agak menghilang. Apa lagi, tentunya menyendiri di kolam belakang kelas di bawah rindangnya pohon ceri. Dimana di situ hanya terhampar selembar tikar yang agak lusuh karena sudah cukup lama tak tercuci. Padahal setelah mengenal Itha, Ian jarang melakukan kebiasaanya itu. Entah mengapa hari ini Ia merindukan hal itu. Rindu suasana tenang terutama hatinya yang sekarang sedang berkecamuk.

Setelah kehadiran Sarah, Ian selalu merasa tak tenang. Apalagi setelah Sarah menunjukan perasaannya seakan masih banyak peluang dan harapan untuk kembali menjalin hubungan antaranya dan Ian. Ian selalu terbayang-bayang kembali akan masa lalunya dengan Sarah. Bukan bayangan tentang kepahitan masa lalunya, melainkan saat-saat manis dengannya walau waktu itu hubungan antara Sarah dan Ian tak berlangsung lama.

Ditambah lagi dengan kenangan manis saat pertama kali Sarah mencium pipi Ian dan itu merupakan ciuman pertama Sarah yang rasanya sangat mahal dan berharga bagi Ian. Wajah Sarah selalu terbayang di pikirannya Ian. Seakan kini sosok Itha telah berganti Sarah dan Itha lah yang kini bersemayam di lubuk hati terdalamnya Ian.

Hari ini sama. Apa yang sedang Ian renungkan adalah Sarah. Jika boleh Ian jujur, saat ini Ian mencintai Itha tidak sepenuh hati karena di setengah hatinya masih ada Sarah. Kini Sarah kembali, tentu saja perasaan Ian menjadi tak menentu. Di satu sisi Ian sudah mengikat janji untuk tidak meninggalkan Itha, sedangkan disisi lain Ian masih mencintai Sarah. Seakan kini hatinya telah terbagi dua.

Ian menghela napasnya dalam saat terbayang Sarah dan menutup matanya saat mengingat Itha. Walau bagaimanapun dua cewek ini adalah orang yang paling special di hidup Ian saat ini. Ia tak ingin mengecewakan keduanya ataupum melepaskan mereka. Ian terus seperti itu, akhirnya ia menghirup napas terdalamnya dan menghembuskannya perlahan. Mencoba menenangkan hatinya dan menghapus pikirannya saat itu. Ia menutup matanya dan menghadapkan wajahnya kelangit.

Posisinya denang duduk dengan tangan kiri sebagai penopang badan dan tangan kanannya menutupi matanya untuk menghilangkan pandangan-pandangan yang mulai mengusiknya sejak Sarah kembali. Ia membiarkan angin menerpa tubuhnya seakan angin menerbangkan seluruh masalahnya. Ia merasa dengan menutup matanya dapat menghilangkan pikiran akan Sarah dan Itha yang membuat kepalanya serasa mau pecah.

Lama seperti itu dan saat Ian merasa lebih tenang Ia mencoba merenggangkan telapak tangannya untuk melihat langit dan berharap bayangan itu tak lagi mengganggunya. Ia mulai membuka matanya secara perlanan. Sayup terlihat sehelai kain putih menjuntai di atas kepalanya. Tak terlihat jelas. Namun semakin lama semakin jelas. Ian menutup matanya dan membukanya kembali.

Kini ia melihat sebuah kalung berinisialkan S. Ia nampak begitu mengenal kalung itu. Ya, itu kalung pemberian dari Ian untuk Sarah waku dulu. Sama percis, ini pasti Sarah atau ini hanya halusinasi Ian semata. Ian ingin memastikannya, ia menutup kembali matanya dan mebukanya kembali. Lalu ia memfokuskan pandangannya kini sayup terlihat siluet tubuh yang sama percis dengan Sarah. Semakin lama kian jelas bahwa itu muka sarah yang sedang tersenyum kepada Ian.

Apakah ini mimpi, khayalan ataukah kenyataan. Aku tak tau, mungkinkah aku tertidur. Pikir Ian saat itu. Lalu bayangan itu menjawab.

"Menurutmu, Aku nyata atau halusinasimu."

Ian memastikannya kembali. Seingatnya khayalan tak mengeluarkan suara yang begitu jelas dan nyata di terdengar di telinganya Ian. Ian masih tak dapat membedakan mana kenyataan dan mana khayalan. Lalu Sarah mencubit pipinya Ian.

"Aw..." Rintih Ian.

"Sakit?"

"Mmm... Nggak... Gak salah lagi. Sakit atuh Sar."

Apa Itu Cinta?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang