Senja...
Kamis pagi saya pulang. Melewati jalan itu lagi, lagi, dan lagi. Namun, ada yang beda berbeda kali ini. Saya bertemu dengan aspal, sangat dekat sekali. Saya rasa, saya akan mencium aspal itu. Lucu bukan.
Saat itu saya ingin berlari dan segera memeluk senja. Tapi apa? Hari itu masih pagi, dan saya harus menunggu sebelas jam untuk bertemu senja. Lama.
Dan yang saya dapat hanyalah mendung lalu berganti malam. Tak ada bintang, tak ada bulan. Hanya hujan malam yang tak mau berhenti.
Hari itu saya hanya bertemu fajar, bukan senja. Hanya senja yang ingin saya temu. Iya, hanya senja. Kamu senja, kamu. Haruskah saya perjelas?
Atau...
Haruskah saya pergi ke pantai untuk jumpa?
Haruskah saya jadi langit sebagai tempat singgahmu?
Haruskah saya jadi awan biar dekat dengan senja?Atau...
Haruskah saya menunggu senja datang untuk temu?

KAMU SEDANG MEMBACA
SENJA ini KAMU
Teen FictionSekadar rangkaian kata yang terbalut indah membentuk bermacam-macam kalimat seru dan menyenangkan.