Bukan Jeruk

17 7 0
                                    

Jeruk itu manis. Lebih manis kamu.

Jeruk itu asam. Lebih asam lagi hujan.

Jeruk itu oranye. Lebih oranye lagi senja di bawah bukit barat bersama saya.

Saya tidak terlalu suka jeruk, saya sukanya nasi goreng, lebih suka lagi kamu.

Bukan apa-apa. Sekadar ingin.
Ingin mencoba memahami jeruk yang kadang manis dan kadang masam. Kenapa bisa begitu?

Oh, iya, senja. Saya ingin bertanya. Kamu tahu bagaimana rasanya menjadi kamu? Kamu si senja. Susahkah? atau, mudahkah?.

Senja...

Saya tidak tahu apa yang saya tulis saat ini. Sekadar mengisi waktu yang berlari mengejar hujan. Tak ada bintang malam ini. Hanya awan mendung setia menghias langit kelam. Mungkin ini saatnya Tuan Kelelawar keluar dari persinggahannya. Terlalu bosan terkurung dalam goa. Sekadar cari angin sambil ngabuburit bersama kawan-kawannya.

Untungnya, Tuan Kelelawar keluar mencari jeruk. Untungnya, Tuan Kelelawar keluar kala kelam tiba, bukan senja.

Senja...

Bolehkan saya memanggil namamu kala kita jumpa? Bukan saling tatap, karena saya tidak tahu apa makna tatapan itu.

Jadi, kesimpulannya, adalah tidak ada.

SENJA ini KAMUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang