Malam semakin larut, hanya saja Eirene semakin nyaman menikmati kedekatannya dengan Aldan. Mungkin hanya perasaanya saja atau memang benar apa yang ia rasakan, perasaan familiar yang tidak bisa dilukiskan.
" Makasih ya Kak, buat hari ini " ucap Eirene tersenyum.
Aldan tersenyum, " Sama-sama Eyes " jawab Aldan.
Entah kenapa panggilan baru Aldan untuknya selalu membuat hati Eirene menghangat, awalnya memang ia sempat protes dengan panggilan itu. Namun setelah mendengar alasan Aldan, lama kelamaan ia memahami panggilan itu.
Dari namanya yang Eirene, orang-orang biasanya memanggilnya Irene. Sedangkan Aldan memutuskan memanggilnya Ei, sehingga Aldan memutuskan untuk menambahkan Eyes.
" Kamu suka sama fotografi sedari kapan ? " tiba-tiba Aldan menanyakan hal yang tak pernah Eirene duga.
" Dari kecil... Entah kapan, aku ngerasa ada seseorang yang menunjukkanku dunia fotografi, samar-samar sehingga aku engga tau siapa orangnya " jawab Eirene.
Aldan hanya tersenyum kecil, pelan mengambil kamera DSLR dari tangan mungil Eirene. Memotret objek dihadapan mereka, yang sebelumnya sudah di potret Eirene.
Kemudian meletakkan kembali kamera itu ketangan Eirene, Eirene yang kaget dengan gerak spontan Aldan langsung melihat hasil jepretan lelaki itu.
" Kak Ninno... " ucap Eirene speachless dengan hasil jepretan Aldan yang terkesan asal-asalan namun begitu indah, bagaikan jepretan fotografer profesional.
Aldan terkekeh geli dengan sikap Eirene, kemudian tanpa sadar justru mengecup kening Eirene saking gemasnya.
" Sorry... " ucap Aldan. " Ehm, kayaknya udah malem. Pulang yuk, aku anterin kamu sampai apartemen " lanjut Aldan.
" Iya kak " jawab Eirene kikuk.
@@@
Sesampainya di depan gedung apartemen Aldanpun langsung pamit, sehingga Eirene tidak sempat menanyakan dari mana Aldan tahu apartemennya.
Namun Eirene berfikir pasti Alfa yang memberitahu Aldan, alhasil Eirene hanya mengangkat bahunya acuh.
Belum lama Eirene sampai di apartemen, dering ponselnya berbunyi tanda sang Mama menelpon.
" Halo sayang ? " ucap Lewi dari seberang sana.
" Loh Papa ? Kirain Mama " jawab Eirene terkikik.
" Mama juga ada disini Nak " sahut Shyra.
Eirene mengerutkan keningnya heran, tumben-tumbenan Papa dan Mamanya bersamaan ingin berbicara padanya.
" Kenapa sih ? Kok kayaknya serius banget ? " tanya Eirene bingung.
Shyra dan Lewi awalnya terdiam dulu, lalu kemudian disusul suara Lewi yang pelan namun mengandung ketegasan disana.
" Selama ini Papa dan Mama mengira, yang namanya Soulmate itu hanya satu. Seperti kejadian demi kejadian yang telah dialami Mama, Papa dan juga kakak-kakakmu. " ucap Lewi.
" Maksud Papa apasih, Irene engga paham ?" tanya Eirene.
Kemudian yang Eirene dengar, kini Shyra yang menyahut suara tanya Eirene.
" Kamu anak terakhir keturunan pemilik kekuatan Bintang dan Kabut Putih. Berbeda dengan kakak-kakakmu, yang hanya memiliki satu pilihan soulmate. Sedangkan kamu memiliki dua pilihan soulmate.
Karena Artemis sebagai perwujudan kekuatan Bintang, insting yang kuat serta kemampuannya melihat hal mistis secara tajam.
Athena sebagai perwujudan dewi perang, dia memang tidak menurunkan kekuatan manapun dari Mama dan Papa. Akan tetapi dia adalah reinkarnasi dari Patricia yang sudah ditakdirkan untuk Lucas.
YOU ARE READING
Zielsverwant In De Droom
RomanceTentang kamu yang kutemui disini Tentang kamu yang baru saja melukiskan kenangan kecil. Tentang kamu yang membuatku takut akan kenyataan Dan tentang kamu yang menciptakan segala hal baru dalam hidupku. ©Copyright 2017