13. Apa Adanya

49 5 0
                                    

” Aku tahu, kamu engga perlu menyembunyikannya lagi. Aku tahu siapa pembunuh Papa sebenarnya... " ucap Eirene lirih. 

Lalu selanjutnya Eirene menjelaskan bagaimana cara ia tahu siapa pelakunya dengan menatap kedua bola mata Aldan, merasakan bagaimana ada di posisi Aldan. Mengalirlah semua tangisan dan kesedihan yang pekat.

" Kamu sekarang udah tau siapa pembunuh Papa kamu, lalu apa kamu menyesal punya soulmate seperti aku? " Tanya Aldan.

" Engga, bukan kamu yang bunuh Papa. Bahkan selama ini diam-diam kamu selalu mencegah Alfa melakukan hal diluar batas semampu kamu. Sampai kejadiian ini terjadi " ucap Eirene.

” Lalu? " Jawab sekaligus tanya Aldan.

" Jangan menangkapnya sendirian, kita sama-sama cari bukti supaya Alfa jera. Kamu tenang aja, karena dia adik kamu aku akan merubah planning aku dari  membunuh dia. Aku masih punya hati Kak, aku hanya akan memastikan dia membusuk dipenjara setelah apa yang sudah ia lakukan pada Papa dan juga kamu Kak " ucap Eirene penuh janji.

Kemudian Aldan memeluk Eirene, ia tidak menyangka jika gadisnya ini memiliki kedewasaan yang tinggi. Ia fikir setelah Eirene tahu siapa yang membunuh Lewi, Eirene akan meninggalkannya. Menyama ratakan dirinya dengan Alfa.

" Aku fikir kamu akan pergi setelah tahu siapa pembunuh Papa kamu " ucap Aldan.

" Kita baru aja dipertemukan kembali, aku bodoh jika melepasmu lagi Kak " jawab Eirene pelan.

Aldan kembali memeluk Eirenenya erat.

@@@

Dua minggu telah berlalu, kini Eirene sedang menunggui Shyra di ruang rawatnya. Kata dokter keadaan Shyra memang telah stabil, bahkan masa kritisnya sudah jauh terlewati. Namun sampai saat ini Shyra masih belum terbangun juga, dokter mengatakan ini hanya efek shock dan trauma keadaan. Shyra perlu menyesuaikan keadaan setelah suaminya tiada, sehingga ia mensugesti dirinya agar selalu tidur bagaikan orang koma.

" Ma, sampai kapan Mama mau kayak gini? Mama engga capek? Mama engga kangen Dee, Eirene, Kak Thena sama Kak Temis? Kita semua masih butuh Mama. Mama bangun dong " ucap Eirene sambil menggenggam tangan Shyra.

Tangan Shyra sedikit bergerak, Eirene terkaget dengan reaksi itu. Tak lama mata Shyra juga pelan-pelan terbuka, Shyra sadar dari tidurnya.

" Mama " ucap Eirene.

Shyra tersenyum menatap anak perempuannya, lalu tanpa disadarkan dua kali Eirene langsung memeluk tubuh Shyra dengan tangis sesenggukkan.

" Maafin Mama ya, Ren udah buat kamu khawatir " jawab Shyra.

" Mama jangan gitu lagi. Irene takut Mama pergi ninggalin Irene sama kayak Papa " jawab Eirene. 

” Iya Mama janji engga akan gini lagi " ulang Shyra.

Deemeter dan Dalton kemudian datang, membuat senyum dibibir Shyra lebih mengembang.

" Apa Mama juga mau janji sama Dee, kalo Mama engga akan ngulangin hal ini lagi ? " Pinta Dee lirih.

Shyra tersenyum menatap puterinya yang kini kandungannya sudah terlihat lebih membesar, tangannya menggapai tangan Dee dan menggenggamnya lembut.

" Demi kalian Mama bertahan Sayang, kalian yang buat Mama kuat. Karena Mama belum sempat melihat Galane dan Freeya tumbuh menjadi seorang gadis yang cantik, karena Mama belum sempat melihat Aubert sedikit lebih lama lagi untuk menjadi anak yang tampan, karena Mama juga ingin melihat anak-anak kamu lahir Dee dan karena Mama masih ingin melihat Eirene menikah dan punya anak. Tugas Mama sebagai Ibu belum selesai Sayang... " Jawab Shyra.

Zielsverwant In De DroomWhere stories live. Discover now