Part 11

209 28 4
                                    

Tiati banyak tipo bertebaran tar kesandung lagi.

_____________________________________

Sore ini aku mempunyai janji dengan Jungkook untuk pergi ke taman kota. Entah apa yang membuatnya memaksaku untuk datang ketempat ini. Padahal biasanya dia lebih suka mendekam dirumahku, jika sedang ada sesuatu.

Aku mendudukkan diriku di bangku taman setelah membeli dua kaleng cola. Meletakan cola disampingku dan memainkan ponsel. Ada beberapa pesan darinya dan aku mulai membacanya satu persatu.

From : uri jeon🐇
Kau sudah sampai?

"Sudah tuan, bahkan sudah lima belas menit aku disini."

From : uri jeon🐇
Maaf aku ada urusan sebentar, tidak apakan jika aku terlambat?

"Dasar. Tadi aku dibuat buru-buru, tapi dia sendiri terlambat."

From : uri jeon🐇
Jawab aku sayang, kau membuatku khawatir.

Senyumku terukir lebar begitu membaca deretan kalimatnya.

From : uri jeon🐇
Astaga, benar-benar kau ini. Aku kesana sekarang.

To : uri jeon🐇
Berkendara dengan benar, aku akan menunggumu sampai kau datang.

Kling!

Dentingan sebuah notif membuatku mengalihkan pandanganku pada seseorang dengan nafas yang terengah-engah. Peluh membanjiri wajah tampannya.

Aku pun menyodorkan sekaleng cola padanya. Dia memang menerima bahkan membukanya, tapi setelahnya dia memberikan lagi padaku. Membuatku mengerutkan keningku dan menggeleng pelan setelahnya.

"Cepat minum." Perintahnya dan aku hanya menuruti perkataannya.

Setelah meminumnya sedikit, dia kembali merebut kaleng cola dariku dan meminum isinya hingga habis tak tersisa. Aku hanya dapat menatapnya yang saat ini sudah terduduk disampingku. Dia bahkan mengambil satu kaleng cola yang tersisa dan kembali melakukan seperti tadi. Membukanya, menyuruhku untuk minum, mengambil kembali, dan menghabiskannya.

Sadar akan sesuatu, aku pun memukul keras lengannya. Yah, aku baru sadar bahwa dia baru saja mencuri ciumanku secara tidak langsung. Dasar!

"Berhenti memukulku atau aku akan menciumu dengan cara yang nyata." Bukannya berhenti aku malah semakin gencar memukulnya, hanya saja kini pukulanku berpindah pada bibirnya yang lancang itu.

"Rasakan ini Jeon!"

"Hentikan sayang, kau bisa membuat bibirku terluka nantinya." Ucapnya seraya memegang tanganku yang tadi ku gunakan untuk memukulnya.

Ditariknya tubuhku kedalam dekapannya. Menyatukan kening kami. Menatap lembut dan tersenyum bersama. Kami sering melakukan ini.

Perlahan mataku terpejam, berusaha merasakan kedamaian dan kenyamanan yang diberikan Jungkook. Namun belum lama aku merasakan kedamaian itu, aku sudah merasakan sebuah tangan yang terus menepuk-nepuk kakiku. Aku melihat sosok anak kecil yang terlihat lucu didekatku.

Sontak aku mendorong tubuh Jungkook. Menatap sosok anak kecil itu dengan sebuah senyuman manis di wajahku. Aku membuat jarak dengan Jungkook guna memberikan ruang untuk dia duduk diantara kami.

"Ada apa hm?" Tanyaku lembut seraya mengusap puncak kepalanya.

"Siapa?" Tanya Jungkook lirih. Namun aku hanya mengangkat kedua bahuku, tanda aku juga tidak tahu.

"Ada apa adik kecil?" Tanyaku lagi dan dia hanya tersenyum. Matanya terus menatap Jungkook, seakan ingin mengatakan sesuatu padanya.

Jadi anak ini hanya ingin menatap Jungkook? Huh, beruntung kau menggemaskan.

"Dia tampan bukan?" Anak kecil itu mengangguk ringan dan aku terkekeh melihat responnya. Sungguh menggemaskan.

"Namanya Jeon Jungkook." Kini aku berhasil mengalihkan perhatiannya dari Jungkook. Matanya terlihat berbinar dan sesekali mengerejap lucu. Ingin sekali aku mencubit pipinya itu menggemaskan.

"Namaku Jeon Yun Mi." Ah jadi ini alasannya ia terlihat begitu menggemaskan saat mengetahui nama Jungkook, mereka berdua mempunyai marga yang sama.

"Marga kalian sama." Ucapku dan dia mengangguk senang. Dia terlihat sangat bahagia.

Sementara Jungkook terus memperhatikan diriku yang tersenyum padanya. Raut wajahnya menunjukkan dia meminta penjelasan padaku dan aku hanya menggerakkan bibirku tanpa mengeluarkan suara. Setelahnya aku bisa melihat bibirnya yang membentuk sebuah lingkaran kecil, tanda ia mengerti dengan ucapanmu.

"Kau menyukainya?" Tanyaku dan lagi-lagi aku hanya mendapatkan anggukan kecil darinya. Sebegitu mempesonanya Jungkook. Bahkan dia bisa dengan sempurna mengalihkan pandangan gadis kecil ini.

Kini dia bangkit, berdiri dibangku dan menghadap ke arahku. Tangan mungilnya mengelus pipiku. Tersenyum begitu manis dan memelukku dengan erat. Ada apa ini? Kenapa tiba-tiba dia seperti ini?

"Eonni berhati-hatilah, jangan mudah percaya pada siapapun." Ucapnya dan melepaskan pelukannya. Lalu melanjutkan dengan lirih. "Aku akan menjaga eonni sebisaku."

Apa maksudnya?

Dia tersenyum. Kini beralih menatap Jungkook. "Oppa kau harus menjaga eonni dengan baik, jangan biarkan dia terlepas dari jangkauanmu atau kau akan menyesal nantinya."

Setelah mengatakan itu dia pergi begitu saja meninggalkan aku dalam kebingungan. Dia seperti memberiku sebuah teka teki. Kenapa pula ucapan gadis kecil sepertinya sangat sulit untuk dipahami?

Aku terdiam. Memikirkan beberapa hal tentang perkataan anak kecil itu dan juga kekasih Jungkook. Seperti ada sesuatu pesan tersendiri yang membuatku harus berhati-hati dalam suatu hal. Bahkan aku seperti diperintahkan untuk menjauh dari seseorang atau bahkan keramaian kota. Entahlah aku tidak paham.

"Hei." Aku tersentak kaget begitu tangan Jungkook berada dipuncak ku untuk menyadarkan ku kembali. "Kenapa melamun?"

Aku menggeleng pelan dan berucap dengan lirih. "Aku ingin istirahat."

Seakan mengerti, dia pun membawaku kedalam pelukannya. Yah, saat ini aku tidak ingin tidur atau apalah itu. Aku hanya butuh sandarannya. Sandaran yang membuatku merasakan kenyamanan.

Aku merasa bersyukur mempunyai teman seperti Jungkook. Dia tidak hanya tampan, tapi juga baik. Hanya dia satu-satunya manusia yang mau berteman dengan ku. Seakan tak percaya dengan itu semua, tapi itu semua pun tengah memelukku. Mengusap kepalaku dengan lembut. Memperlakukanku dengan baik. Bahkan tersenyum hangat kepadaku.

"Rin-ah." Panggilnya. Aku terdiam untuk mendengarkan ucapan selanjutnya.

Namun untuk beberapa saat dia terdiam. Membuatku mendongakkan kepalaku guna menatapnya. Dan tanpa di sangka, sebuah benda kenyal menempel di keningku dalam waktu yang cukup lama. Mataku berkedip secara cepat. Ini memang bukan yang pertama kali, tapi entah kenapa aku masih saja merasa terkejut dengan sikapnya yang seperti ini.

Kurasakan kini kecupannya turun menuju kedua mataku, hidung, pipi dan yang terakhir mengecup bibirku sekilas. Menatapku lembut dan tersenyum sangat manis. Mengarahkan bibirnya ke telingaku, membisikkan sesuatu yang membuat ku cukup terkejut.

Demi apapun aku ingin sekali membalas hal yang sama dengannya. Jujur saja aku juga merasakan hal itu, aku sadar akan hal itu Jung. Aku menginginkan mu menjadi milikku. Persetan dengan Bullyan yang akan aku terima nantinya. Setidaknya aku sudah memiliki Jungkook dalam hidupku.

"Mulai sekarang kau jadi kekasihku." Terdengar sedikit memaksa memang, tapi siapa yang bisa menolak Jungkook? Aku sendiri bahkan tidak sanggup menolaknya yang mendekati kata sempurna itu.

Coba katakan siapa yang bisa menolak Jungkook? Aku ingin tahu siapa orangnya.


TBC

HAI, ada yang kangen Ama Jungkook? Atau malah mau mencoba lebih lama sensasi Jimin di ff ini?

Maaf kalau kali ini agak mengecewakan dan terlalu lama buat up.

JANGAN LUPA BUAT
VOTE DAN KOMEN

Indigo [PJM]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang