Part 5

262 37 0
                                    

Kakiku melangkah menyusuri koridor kelas. Jam pelajaran telah berakhir dan aku harus segera kembali kerumah sebelum orang-orang disini menghadangku. Tapi semuanya terlambat, sekumpulan gadis kini telah berada beberapa meter didepanku. Menatapku dengan tajam dan jangan lupakan senyuman yang begitu menyebalkan bagiku.

Kakiku mundur secara perlahan, tapi belum sempat aku membalikkan tubuhku seseorang telah merangkul pundakku dengan sempurna. Membawaku pergi melewati kumpulan gadis yang menatapku tajam. Aku bersyukur dia datang diwaktu yang tepat.

"Lain kali tunggu aku." suara lembutnya menembus gendang telingaku.

Dengan sedikit keraguan, aku menatapnya dari samping. Wajahnya begitu sempurna, tanpa ada celah sedikit pun. Nikmat mana lagi yang mampu kau dustakan?

"Kenapa kau melakukan ini semua?" tanyaku dengan rasa penasaran yang begitu besar.

Ia terdiam sejenak, menghembuskan nafasnya sebelum ia membuka mulut untuk menjawab. "Kenapa? Kau menanyakan itu, karena kau takut aku seperti lelaki lain yang hampir melecehkanmu?" tanganya yang berada dibahuku terjatuh begitu saja. Bukan itu yang ku maksud. Sungguh.

"Aku mohon percayalah padaku, aku hanya ingin melindungimu dan menjadi teman yang nyata untukmu."

°•°•°


Perkataan Jungkook sore tadi terus saja berkeliaran difikiranku. Aku benar-benar merasa bersalah padanya. Apakah aku keterlaluan, karena tidak mempercayai orang sebaik Jungkook? Tapi aku hanya waspada pada orang baru sepertinya. Ya Tuhan, kenapa jadinya seperti ini.

Ponselku berdering nyaring. Ah, siapa yang menelpon di jam tidur seperti ini? Aku hanya meliriknya tanpa berniat mengangkat. Pasti hanya orang usil. Buktinya hanya ada sederet angka saja yang tertera disana. Hampir saja lupa, lagi pula aku tidak menyimpan nomor siapapun di ponselku kecuali nomor bibi Lim dan paman Lim.

Hening, panggilan itu telah berakhir. Dan kamarku menjadi sunyi kembali. Inilah yang aku suka. Suasana penuh kedamaian dan ketenangan dibanding dengan keadaan di luar sana.

Astaga, sudah dua puluh kali ponselku berdering. Sepertinya orang itu memang sangat niat. Dia bahkan tak bosan walau aku sudah mengacuhkannya. Dengan amat sangat terpaksa, aku menggesernya ke arah hijau.

Hening.

Tidak ada yang dikatakan si penelpon. Yang terdengar hanya deru nafas seseorang disebrang sana. Sudah 4 menit, dan dia belum mengatakan apapun.

Niatanku untuk memutuskan sambungan terhenti begitu mendengar suara lelaki yang bergitu halus. "Bisakah kau keluar sekarang?"

Suara ini. Seperti suara Jungkook. Tapi dapat dari mana dia nomor telphone ku? Aku bahkan tidak merasa telah memberikan nomorku padanya.

Aku bangun dari posisi nyamanku, berjalan menuju balkon.

Benar saja, dia kini sedang melambai kearahku. Untuk apa dia kesini, malam-malam begini? Dengan cepat aku kembali masuk. Menuruni anak tangga dengan tergesa-gesa. Bahkan panggilan bibi Lim aku abaikan begitu saja.

Nafasku terangah. Tubuhku sedikit memanas karena itu. Tak jauh beda dengan kondisi Jungkook sekarang ini. Hanya saja, peluh sudah membajiri tubuhnya bahkan rambunya sampai basah.

"Apa yang kau lakukan malam-malam begini dan bagaimana kau tahu alamat rumahku?" pertanyaan itu terlontar begitu aku dapat mengontrol nafasku.

"Sudahku duga kau akan menanyakan ini." Jungkook tersenyum bangga. Kemungkinan itu kebanggan tersendiri untuknya yang berhasil membuat tanda tanya besar didalam diriku.

Indigo [PJM]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang