Perasaan ragu mulai menguasai diriku. Aku ingin, tapi kenapa seperti ada rasa penyesalan yang sudah siap menyambut diriku diakhir nanti? Sungguh aku sangat ingin membantunya, tapi kenapa aku mendengar banyak bisikan untuk tidak menolongnya? Tapi dia terlihat sangat membutuhkan bantuan ku.
Baiklah Sung Rin, kau tidak boleh jahat disini. Kedua orang tua mu bahkan mengajarkan untuk saling menolong. Lalu dimana pengajaran itu? Kenapa seakan ada rasa penolakan yang begitu besar? Argh, aku harus apa?
"Kumohon sekali ini saja." Lagi. Seulgi memohon kembali padaku untuk bersedia meminjamkan tubuhku padanya.
Aku tidak masalah sebenarnya dengan permintaannya itu, karena memang tubuhku sudah sering dipinjam oleh arwah untuk berkomunikasi kembali dengan keluarga mereka. Walaupun setelahnya aku akan terkulai lemas.
Aku masih terdiam. Menyingkirkan hal-hal aneh yang hinggap dalam fikiranku. Berusaha menenangkan diriku sendiri. Menarik nafas sebelum berucap dan mengambil keputusan. "Baiklah aku akan membantumu."
Oke, kau sudah mengambil keputusannya Sung Rin. Maka kau harus bersiap menanggung semua resiko yang akan terjadi. Yah, walaupun aku berharap tidak akan terjadi apapun setelahnya. Semoga saja.
°•°•°
Author POV.
Setelah perjuangan untuk masuk kedalam rumah besar ini berhasil dan kini sebuah senyuman terukir di wajah Sung Rin. Menunjukkan bahwa kini dia benar-benar bahagia atas apa yang dia liat saat ini. Tangannya terangkat untuk menyentuh pipi seseorang dihadapannya. Menyalurkan kerinduan yang begitu mendalam, bahkan secara tidak sadar dia telah mengeluarkan air matanya.
"Aku kembali." Seperti sebuah bisikan lembut namun mampu membuat seseorang dihadapannya tersenyum. "Aku kembali Jimin."
Jimin sendiri yang masih sedikit tidak percaya kini mulai memajukan tubuhnya. Mendekap tubuh gadis yang menjadi perantara sang istri. Bahkan secara tidak sadar dirinya tengah menghirup dalam aroma tubuh Sung Rin. Tentu saja mereka mempunyai aroma yang berbeda, namun untuk saat ini Jimin merasakan kenyamanannya. Pelukannya semakin mengerat pada pinggang Sung Rin. Memudahkan Jimin untuk mengangkat tubuh kecil itu dan memindahkannya diatas pangkuannya. Seakan tidak perduli lagi dengan tubuh siapa yang menjadi perantara sang istri.
"Aku merindukan mu." Bisik Jimin tepat ditelinga Sung Rin. Bibirnya kini dengan liarnya mulai mengecup ceruk leher Sung Rin. Dirinya telah kehilangan akalnya kali ini.
Tangan kanan Jimin bergerak untuk membenarkan posisi duduk tubuh Sung Rin, membenarkan agar bisa berhadapan dengannya. Kembali menekan pinggang Sung Rin untuk lebih dekat. Membuat arwah yang kini menempati tubuh Sung Rin merasakan keanehan dan dengan cepat menghentikan Jimin. Namun sayang tangan pria itu benar-benar semakin liar. Dan semua ini tidak bisa dihentikan lagi. Sudah terlambat.
Author end POV.
°•°•°
Ugh. Cahaya mentari pagi ini terlalu menggangguku. Aku masih ingin tidur lebih lama lagi dan aku juga merasakan sakit diseluruh tubuhku. Bisakah aku membolos sekolah saja kali ini, aku sungguh tidak ingin masuk hari ini. Tunggu, dimana Jungkook? Biasanya dia sudah menggangguku saat pagi-pagi seperti ini. Terkadang dia ikut tertidur disampingku jika ia datang terlalu pagi.Dibukanya mataku secara perlahan dan betapa terkejutnya aku begitu menyadari sesuatu. Ini bukan kamarku. Dimana aku? Argh! Kenapa aku tidak kembali kedalam kamarku? Lalu kamar siapa ini? Tunggu. Dimana Seulgi?
Ada apa ini? Kenapa tubuhku seakan hancur berkeping-keping saat aku berusaha duduk? Terlebih bagian bawah tubuh ku, seperti ada yang baru saja sobek di sana. Apa? Sobek? Sejenak aku terdiam dan menatap tubuhku yang terbalut selimut tebal. Dimana bajuku? Brengsek! Apa mereka baru saja bercinta menggunakan tubuh ku ini?
Jadi ini alasan aku begitu berat untuk mengiyakan permintaan Seulgi, karena aku akan berakhir seperti ini. Sungguh menjijikan. Tidakkah mereka berfikir bahwa aku ini masih terlalu muda untuk melakukan hubungan intim? Bahkan usiaku belum pantas untuk melakukan itu semua. Kemungkinan besar bisa saja terjadi pada diriku. Seharusnya mereka berfikir dan menggunakan perantara lain jika ingin melakukan hubungan seintim itu. Lalu apa yang harus aku lakukan sekarang? Menangis? Itu tidak akan bisa mengembalikan kegadisanku.
Sekuat tenaga aku menahannya dan air mata ini tetap saja jatuh membasahi pipiku. Aku sungguh bodoh. Seharusnya aku menyadari dengan cepat maksud perkataan kekasih Jungkook dan juga anak kecil itu. Yah, aku harus menghindari Seulgi yang menginginkan tubuhku. Bodoh, aku benar-benar bodoh.
Sebuah suara langkah kaki tidak membuatku berhenti menangis. Ini terlalu sulit untuk dihentikan. Bahkan saat seseorang dengan sepatu pantofel nya kini telah berdiri tepat disampingku, aku belum juga bisa menghentikan air mata ini. Aku hanya menggerakkan tanganku untuk menarik selimut tebal dan memililitkannya pada tubuhku. Sudah cukup tubuhku dilihat oleh manusia bejat satu itu dan sekarang aku tidak akan membiarkannya untuk melihat tubuhku lagi.
Tanpa wajah bersalahnya ia duduk di hadapanku. Mengusap wajahku yang basah, namun dengan cepat aku menepis tangannya. Sungguh biadab, sudah meniduri ku dan sekarang ingin menyentuhku lagi? Gila. Tidakkah ia harusnya berterimakasih padaku? Aku telah membantunya untuk berkomunikasi dengan istri nya, tapi apa yang aku dapat? Aku malah menjadi korban plecehannya saat ini. Sungguh menjijikan.
"Tolong bantu dia untuk membersihkan tubuhnya dan jangan biarkan siapapun bertamu saat ini, terutama untuk Jungkook." Suaranya yang terkesan tegas itu baru saja memberikan perintah untuk pelayanannya. Pelayanan yang sudah berdiri tak jauh dari tempatku, aku sendiri bahkan tidak tahu kapan pelayanan itu datang.
"Baik tuan."
Kini aku merasakan kedua tangan pelayanan itu menyentuh pundak ku. Membantuku untuk berdiri dan berjalan. Namun aku tidak mampu untuk melakukan itu semua. Jangankan untuk berdiri, saat aku mencoba menggerakkan tubuhku secara perlahan saja sudah terasa sakit.
Belum sempat berdiri secara sempurna dan kini tubuhku terasa melayang. Mataku menatap wajah yang aku yakin dia adalah Jimin. Seseorang yang sudah mengambil kegadisanku tanpa persetujuan dariku. Aku rasa itu lebih tepat disebut sebagai pemerkosaan.
Dengan sangat perlahan dia menurunkan tubuhku saat kami sampai didalam kamar mandi. Membuat tubuh kami berhadapan dengan wajahku yang tertunduk dalam. Aku memegang erat selimut yang masih melilit tubuhku. Mengusahakan untuk tidak terlepas begitu saja dihadapannya. Aku sungguh tidak rela jika ia sampai melihat tubuhku untuk kedua kalinya.
Kedua tangannya menangkup wajahku, membuat kami saling menatap. Wajahnya semakin mendekat begitu aku sedang terhanyut dalam tatapannya. Ada apa dengan tubuhku? Kenapa aku tidak bisa melawan atau bahkan mendorong saat ia tengah menciumku? Argh. Aku sudah benar-benar gila saat ini. Membiarkan seseorang yang telah meniduri ku kembali menjamah bagian tubuhku.
Haruskan aku bersyukur saat ini? Saat dia tidak melakukan hal lebih padaku. Menatapku dengan tatapan penyesalan. Dan kini memelukku dengan hangat.
"Maafkan aku."
TBC
Yuhu, aku kembali dengan segala kebimbangan. Sedikit kecewa dengan tidak adanya pendapat kalian. Tapi gapapa.
Udah mulai konflik nih, gimana? Ada yang aneh kah?
KAMU SEDANG MEMBACA
Indigo [PJM]
FanfictionApa kau pernah merasakan dibully dengan satu sekolahan? Itulah yang sedang dirasakan gadis indigo bernama SungRin. Tak heran jika ia lebih memilih berteman dengan arwah yang tidak bisa kembali ketubunya sendiri. Hingga ia bertemu dengan arwah yang m...