Jadi ceritanya dari pagi ini Lisa sama Kenta sepakat mau ngabisin waktu dengan jelajah Bandung. Mumpung Lisa baru selesai ujian, dan Kenta dipaksa buat lepas tanggungjawab sebentar, akhirnya di sinilah mereka berdua berada. Di jalan sambil duet bareng dari lagu-lagu yang di puter di radio, sambil membawa mobil Lexus LC 500 silver itu menembus jalanan daerah Bandung Barat dengan kecepatan standar.
"I loved you dangerously-y-y-y-y-y-y-y-y; More than the air that I breathe-e-e-e-e-e-e-e-e; Knew we would crash at the speed that we were going; Didn't care if the explosion ruined me-e-e-e-e-e-e-e-e--" nyanyi Lisa dengan semagat.
Kenta nyambung. "Baby I loved you dangerously."
Begitu sampai di tempat tujuan, Lisa turun dan langsung lihat pemandangan. Dia melebarkan tangannya buat menghirup udara bersih sebanyak-banyaknya.
"Pemadangannya bagus bangett , Kak fotoin," ujar Lisa yang memang takjub sama pemandangan yang dia lihat. Gila keren banget, apalagi masih agak pagi.
Kenta yang emang lagi mempersiapkan settingan kameranya dengan segera mencari bidikan kamera yang pas dengan melakukan beberapa jepretan. Setelah dirasa pas barulah kameranya ia arahkan ke Lisa.
"Maju dikit coba," arah Kenta.
Lisa maju selangkah kecil dari posisinya sebelumnya. "Gini? Bagus nggak?"
"Sip, tahan dulu."
Cekrek
"Gimana hasilnya coba liat." Lisa maju dan mendekati Kenta buat lihat fotonya.
"Baguss, lagi-lagi, ini Rose pasti iri banget sama kita," ujarnya sendiri sambil cekikikan.
Terus mereka jalan lebih jauh lagi, tempatnya emang bagus banget, banyak batu-batu gede di gunung itu. Terus kadang ada yang bisa di naikin. Masih jarang orang yang kesini, soalnya tempatnya masih bersih dan bebas sampah.
Lisa sama Kenta keliling-keliling layaknya pasangan biasa. Kadang foto sendiri-sendiri, terus nanti foto bareng, untungnya Kenta nggak lupa bawa tripod, jadi nggak usah foto full face kalau mau foto bareng.
"Iya terus akhirnya gue biarin aja Rose berangkat, kepalanya batu soalnya." Lisa ketawa-ketawa pas lagi cerita soal Rose yang maksa berangkat di saat kuliah libur. Kenta yang lagi makan keripik itu iut ketawa.
"Bego banget temen lo," respon Kenta.
Mereka lagi istirahat, dan duduk di sebuah saung bilik yang pemandangannya melihat langsung pegunungan lepas yang jaraknya entah dimana itu. Sebenernya spotnya bagus buat foto. Tapi sayangnya sinar mataharinya silau, bikin foto yang dianbil jadi siluet. Jadilah mereka akhirnya memutuskan buat duduk disitu aja dulu sambil ngadem dan cerita-cerita.
Kemudian ga lama mereka diem-dieman. Bukan karena lagi marahan, tapi sama-sama lagi ngerasain suasana yang tenang dan ga bising kayak di kota. Udaranya sejuk dan matahari yang lewat, kayaknya fine-fine aja.
"Dulu kita kenal gimana ya?" Tanya Kenta tiba-tiba.
Lisa mikir sebentar. "Waktu itu kapan sih ya lupa gue kalau nggak salah, kakak kenal gue malah dari Rose kan?"
"Iya, ya, gue kan dulu anak Himpunan juga."
"Terus yang buat lo suka sama gue apa, kak?" Tanya Lisa kemudian penasaran.
Kenda tersenyum kecil, senyum yang penuh arti dan makna. Seolah-olah hal itu adalah hal yang dia simpan baik-baik di hatinya. "Apa ya, nggak tau juga sih, cuman pas liat lo kayaknya kayak matahari. Bersinar."
"Wooaaaa Kak Kenta emang bakatnya ngalus hahaha." Lisa ketawa ngakak.
Tapi Kenta nggak ngakak. Dia malah berekspresi serius, meraih tangan Lisa yang bebas. "Gue serius kok, nyatanya, lo emang selalu jadi penyemangat gue, lo nggak nyerah sama gue yang banyak kekurangan gini, nggak sekalipun ngeluh karena gue."
Dan tatapan Kenta saat itu teramat serius untuk jadi Kenta yang kayak biasanya. Lalu tiba-tiba Lisa gugup ditatap seperti itu.
Matanya melebar dan mulutnya menganga, nggak percaya sama apa yang baru dia lihat.
"Kak--"
"Lisa, Will you marry me?" Sebuah cincin, Kenta keluarkan dari saku jaketnya. Sama sekali nggak dia duga rencana mainnya malah jadi acara lamaran kayak gini.
Lisa terharu dong, dia mau nangis, tapi malu ya, orang lagi momen bahagia gini kok nangis.
Tapi lama-lama jadi nggak tahan, dia malah meluk Kenta erat-erat, nangis kenceng di situ. Padahal biasanya Lisa jarang nangis dan malah jadi penenang buat Kenta.
"Udah dong, jangan nangis, di jawab dulu. Sini lepas dulu liat dulu ini, hey."
Tapi Lisa gamau lepasin pelukannya, malu matanya sembab pasti jelek banget. Walaupun Kenta sendiri nggak peduli sih.
"Yaudah-yaudah, jadi jawabannya apa?" Tanya Kenta.
"I will, Kak I Love you."
The End