Sabtu lagi. Saat itu pulang sekolah jam 12, mereka berempat akhirnya sepakat untuk berkunjung ke rumah Akbar dengan alasan menghabiskan akhir pekan bersama.
"Kita mau ngapain ke sana?" tanya Letta yang masih tidak mengerti tujuan teman-temannya.
"Main aja kali?" jawab Veya, sambil berjalan mengikuti Akbar dan Rian ke arah parkiran.
"Sebenarnya kalian mau apa sih ke rumah gue? Gue juga bingung."
"Lo punya domino gak?" tanya Rian sambil melompat, menghindari plang kecil di hadapannya.
"Ada, kenapa?" jawab Akbar.
"Yaudah, main itu ajalah?" kata Rian santai, sambil menyandang jaket abu-abu yang baru saja ia lepas.
"Do ... domino?" tanya Letta yang tidak pandai bermain domino atau lebih sering disebut gaple.
"Iya, Let. Seru tuh mainnya. Etz, tapi gak boleh taruhan yo. Dosa," kata Veya.
"Bawel amat. Iyain dah," jawab Akbar.
"Ompila, alayum gambeng!" Kata mereka serentak, sambil melihat siapa yang akan membonceng siapa.
Mereka berempat pergi menggunakan motor Akbar dan Rian. Letta dibonceng Akbar, dan Veya dibonceng Rian karena itulah hasil dari ompila.
***
"Ngapain cinta-cintaan? Kalau gak buta, ya gila." Kata Rian.
"Cinta itu buta, tapi kalau aku suka, mereka mau apa?" jawab Akbar dengan wajah sombong naudzubillah.
"Wezz, keras juga eaa." Veya dan Letta menepuk tangan dan tertawa, lalu pergi mengambil air minum di kulkas Akbar.
Akbar tertawa ringan, menunduk memberi hormat terima kasih pada Letta, Veya, dan Rian.
Kini mereka berada di rumah Akbar. Rumahnya tidak sebesar apa yang Letta atau Veya bayangkan. Minimalis, kecil namun rapi. Memiliki 3 kamar, tidak bertingkat. Di dekat sofa, mereka bisa melihat aquarium berisi ikan-ikan hias. Di bagian kiri sofa itu ada meja kayu berbentuk persegi, panjang sisi sekitar 1 meter yang memaparkan foto-foto keluarga.
Mereka sedang membicarakan soal teman-teman sekolahnya yang memiliki gaya pacaran berlebihan. Bahkan, mereka memiliki teman yang meski udah diselingkuhi berkali-kali tetap saja hatinya keras. Dan yang menjadi masalah paling payah adalah bahwa temannya menjalin hubungan jarak jauh, beda kota dan beda agama.
"Andai cinta gak buta, emak gue bakal sehat-sehat aja sekarang...." kata Rian pelan.
"Udah Yan, emak lo bakal kuat setelah ini." jawab Akbar. "Dia juga bakal sembuh."
"Ah? Siapa yang sakit?" Veya datang setelah mengambil segelas air. "Nah, Let." Ujarnya ke Letta lagi.
"Thanks," jawab Letta.
"Hm," Veya mengangguk.
"Siapa yang sakit?" tanya Letta.
"Ibunya Rian," jawab Akbar sambil merangkul Rian.
"Eh? Gws ya buat ibumu," kata Letta yang kemudian meminum air di gelasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
LETTER (Suratku Bagimu)
Novela Juvenil#137 - hati "Lihat gue, Rian!" Bentak Letta. "Jangan, kalau gue jatuh cinta, gimana? Bisa lo balas?" kata Rian santai. "Astaga!!! VEYA, AKBAR, SI RIAN UDAH STRESS!" Letta berteriak, memanggil kedua sahabatnya lagi yang mungkin sedang makan di kantin...