8. Malu Sendiri

76 35 8
                                    

"Vey, tolong cek si Letta. Masih waras apa nggak?" ujar Rian dengan tatapan kosong.

Detik berikutnya, bel setelah istirahat berdering lagi, disambut dengan keluhan siswa yang menyatakan bahwa waktu beristirahat belum cukup.

Mereka berempat yang masih terduduk di kantin, saling menyadarkan satu sama lain karena takut ada yang pingsan atau kejang-kejang setelah kejadian tadi. Pikiran mereka masih tak menduga kejadian yang aneh itu, saat sepasang adik kelas iseng yang ... romantis tanpa status itu.

"Letta, kata Rian lo masih waras apa nggak?" tanya Veya yang duduk di sebelah Letta.

"Gue masih laper," Letta hanya menjawab pelan, antara ingin tertawa atau kesal dengan kejadian di kantin siang ini.

Sejujurnya, Letta merasa malu karena sudah terlanjur mengira bahwa itu memang diperuntukkan padanya. Letta menggeleng cepat, membuyarkan kagumnya pada adik kelas yang bernama Handan itu.

"Ayok ke kelas, bisa stroke kalian di sini." Kata Akbar sambil menarik lengan Rian.

"Letta, jangan terbang dong. Nanti aja kita terbangnya bareng, biar jatuhnya juga bareng!" kata Veya dengan tampang sedikit kecewa karena ciki-ciki itu sudah tidak ada lagi di tangan Letta.

Mereka akhirnya masuk ke dalam kelas, duduk di kursi masing-masing untuk melanjutkan pelajaran hari ini.

***

Letta turun dari mobil tente-nya dengan wajah tersenyum, mengingat kejadian di kantin tadi. Ia merasa terhibur dengan adanya kejadian itu, merasa itu adalah kenang-kenangan yang konyol, yang tak mungkin bisa dialami oleh kebanyakan orang.

Tadi, sebelum pulang ke rumah, Letta dijemput oleh tantenya meskipun ia harus menunggu lumayan lama di sekolah, karena tente-nya itu harus menyelesaikan tugasnya untuk mengajar les dahulu.

"Kenapa senyum-senyum sendiri gitu?" tanya tante Letta yang baru menyadari mata Letta yang berbinar.

"Gak apa, tan. Letta masuk rumah duluan ya," kata Letta pada tentenya yang sedang mengotak-atik ponsel, seperti membalas chat dari seseorang.

Letta melangkah menuju teras rumahnya, dan mendapati sebuah paket berbentuk kotak yang dibungkus dengan kertas padi.

"Apaan nih?" Letta bertanya pada dirinya sendiri, sambil membaca tulisan yang ditujukan pada dirinya. Letta menoleh pada tantenya yang masih memarkir mobil. Lalu, ia masuk ke dalam rumahnya, langsung menuju kamar untuk membuka paketan tersebut.

Letta mulai membuka kertas padi yang membalut kotak paketan tersebut. Setelah itu, ia mendapati sebuah kotak sepatu.

Sepatu? 

Tanya Letta dalam hati. Ia melihat nama pengirim yang tertera di sudut kanan kotak tersebut, bertuliskan "Ariansyah Qolbu".

Letta segera membuka kotak sepatu itu, dan isinya adalah....

5 ciki-ciki yang berharga seribuan!

"ASTAGHFIRULLAH, IYAANN!!!" ujar Letta dengan suara hampir berteriak. Letta heran, sekurang kerjaan apa si Rian itu sampai mau mengirimkan paketan berisi 5 ciki-ciki?

Di sana terdapat kertas kecil, dan Letta segera mengambil dan membuka lipatan kertas itu.

Semoga suka ya, Amiin.

LETTER (Suratku Bagimu)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang