12

19 4 0
                                    

"Hobi bener lo dihukum" ucap arya memberikan air mineral yang baru dibelinya kepada nisa yang sedang duduk beradem di bawah pohon ketapang.

"Ya mau gimana lagi kak, saya lupa terus kalau ada pr" ucap nisa dengan santai lalu menelan air minumnya tanpa jeda sampai habis.

"Makanya di ingat" ucap arya menyentil kepala nisa. Dia pun duduk di sebelah cewe cerewet itu.

"Apaan sih kakak ini, mau minta smekdon hah" omel nisa.

"Kek kuat aja smekdon" ucap arya meremehkan.

Nisa yang tak terima pun berdiri dan menunjukan otot-otot kecil yang ada di lengannya dengan gaya seperti ade ray saat memperlihatkan otot besarnya.

"Nih liat nih, gede kan, kakak mana punya otot segede saya, saya emang kecil, tapi otot saya besar dari pada badan saya" ucap nisa asal-asalan.

Arya hanya tertawa melihatnya.

"Ngomong sama keluaran rumah sakit jiwa emang susah" ucap arya pergi.

"Ohh jadi kakak bilangin saya orang gila yang baru keluar dari RSJ?" Teriak nisa bertanya.

"Iya hahaha" arya berbalik lagi lalu lari. Sedetik kemudian nisa mengejarnya.

"Udah dong kaga usah kerjar-kejaran" ucap arya mulai kelelahan.

"Kakak duluan yang ngajak" ucap nisa tak kalah ngos-ngosan.

Keduanya pun memutuskan ke perpus untuk beradem.

Hening. Itulah suasana yang sekarang terasa di antara keduanya.

"Nis" ucap arya memecah keheningan.

"Apa kak? Kangen ya? Saya mulai tadi disini loh" ucap nisa dengan pedenya.

"Anjirr, pede lo kumat mulu ye" ucap arya.

"Biarin, protes mulu kakak ini" ucap nisa tertawa.

"Nis, mau gak lo jadi pacar gue?" Tanya arya spontan.

Nisa menatap arya bingung. Sedetik kemudian dia tertawa.

"Becanda mulu ah kakak ini" ucap nisa.

Arya hanya menatap bingung nisa.

"Gua serius" gumam arya dalam hati.

"Hahaha, iya gue canda ae, jangan baper ye, gue mau ke kelas dulu" ucap arya yang berbeda dengan isi hatinya.

Dia pun berdiri dari tempat duduknya lalu melangkah pergi meninggalkan nisa.

Nisa menatap kepergian arya sambil memegang dadanya.

"Dia cuma bercanda nis" gumam nisa sambil meredakan rasa deg-degan nya.

***

Nisa memperhatikan sekitarnya. Sekolah yang biasa sudah sangat ramai kalau dia datang, kini terlihat sangat sepi, bahkan hanya ada dua atau tiga orang saja yang baru berada di sekolah.

"Kepagian nih gue keknya datang" ucap nisa setelah memarkirkan motornya di parkiran kelas 10.

Dengan gaya ala alanya, nisa berkaca di spion motornya.

"Lo ini emang selalu cantik" ucap nisa sambil melihat bayangan di kaca.

Setelah selesai merapikan jilbabnya sebentar dia pun pergi menuju kelas kesayangannya.

***

Motor merah kini terparkir rapi di parkiran kelas 11. Sang pemilik kini terlihat berkaca sebentar di spionnya lalu berlalu menyusuri koridor untuk menuju kelasnya yang terletak di ujung.

Dengan senyum yang terukir di wajahnya, arya memperhatikan cewe berjilbab yang kini terlihat sedang bernyanyi dari koridor seberang lapangan.

"Nisa tuh, gangguin ah" ucap arya lalu berjalan mendekati nisa. Namun langkahnya tiba-tiba terhenti saat mantan ketua osis yaitu radit datang lebih dulu mendekati nisa.

Arya melihat dengan raut wajah yang tidak suka.

***

"Kenapa lagi sih?" Bentak nisa ke arah radit.

"Dengerin aku dulu, aku mau minta maaf nis" ucap radit menggenggam tangan nisa. Dengan kasar nisa menghempaskan tangan radit.

"Udah gue maapin, sekarang minggir, gue mau ke kelas" ucap nisa menunduk menahan air matanya yang hampir jatuh.

Dengan cepat dia berlari agar tidak dilihat oleh siapapun termasuk radit kalau dia menangis. Namun nisa salah, radit memang tidak melihatnya, namun ada orang yang dari jauh memperhatikannya.

Radit menatap kepergian nisa dengan tatapan sendu.

***

"Hikss..hikss.." isak nisa duduk di tempatnya sambil menunduk.

Sakit kembali dia rasakan saat melihat radit. Orang yang dulu paling dia sayang namun tidak lagi saat radit memutuskan untuk bersama arin dibanding dirinya.

Arya memasuki kelas nisa dengan perlahan agar tidak diketahui. Dalam senyap arya duduk di samping wanita yang sibuk menangis meratapi nasibnya. Ditepuknya punggung cewe berjilbab itu dengan pelan, berharap agar dia tidak menangis lagi.

Perlahan nisa mengangkat wajahnya saat merasakan tepukan dari arya dibahunya. Dengan cepat nisa menghapus air mata yang terus mengalir tanpa henti.

"Nangis aja gak apa" ucap arya.

"Saya gak nangis kok" ucap nisa berusaha kuat.

"Gak usah sok kuat, kalau mau nangis ya nangis ae" ucap arya dengan sedikit kesal.

Dengan sekejap, nisa kembali menangis dengan sejadi-jadinya.

"Lo masih sayang sama kak radit?" Tanya arya.

Nisa hanya terus menangis tanpa menjawab pertanyaan arya.

"Gue tau lo masih sayang sama dia nis" gumam arya dalam hati sambil terus menepuk bahu nisa.

"Saya gak sayang dia kak, saya udah sayang sama orang lain" gumam nisa dalam tangisannya seakan menjawab arya dalam diam.

***

Semenjak hari itu, radit terus saja mendatangi nisa untuk meminta maaf, dan semenjak hari itu pula, arya hilang entah kemana.

"Lo dicari tuh sama kak radit" ucap ica yang baru datang dari kantin dengan membawa batagor kesukaan nisa.

Nisa hanya diam dalam lamunannya.

"Woiii, lo kenapa sih?!" Bentak ica berhasil membuat nisa bangun dari lamunannya.

"Apaan sih?!" Omel nisa tak mau kalah.

"Lo dicari sama ka radit" ucap ica mengulang perkataannya.

"Iya ntar gue datengin dia" ucap nisa malas.

Ica yang mengetahui sahabatnya sedang memikirkan sesuatu, akhirnya duduk dan mulai bertanya.

"Lo kenapa?" Tanya ica.

"Kenapa emang gue?" Bukannya jawab, nisa justru bertanya balik.

"Gue nanya malah nanya balik, lo kenapa? Tumben kaga pernah keluar kelas, biasanya kan lo datengin kak arya, idola lo" ucap ica sambil mencolek bahu nisa.

"Gak usah colak colek deh, gue bukan sabun colek, kak arya gak tau kemana" ucap nisa menunduk.

Karena takut ditanya lebih dalam lagi dengan ica, nisa pun beranjak dari kursinya lalu berjalan meninggalkan kelas.

Ditengah perjalanan nisa bertemu dengan sosok yang selama ini menghindarinya.

Arya menatap nisa sebentar lalu berjalan kembali seolah tak melihat nisa yang kini tepat berada di depannya.

"Kak arya!!!" Teriak nisa kesal karena merasa tak di hiraukan.

"Ish, kenapa sih kakaknya tuh, kesal gue, gak tau apa orang lagi kangen" ucap nisa mengacak jilbabnya dengan frustasi. Dia pun pergi. Tanpa disadarinya arya balik menghadapnya.

"Maapin gue" gumam arya menatap kepergian wanita yang kini mengisi sudut-sudut di hatinya.

DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang