Chapter 6

389 36 0
                                    

" sebentar yaa aku mau ambil obat dulu " Dinda melangkahkan kakinya berjalan keluar. tapi Billy menahanya.

" aku gak butuh obat. yang aku butuhin cuma kamu Din.. aku mau, kamu nemenin aku disini sekarang " mohon Billy dengan ekspresi yang penuh harap.

" aku mau ambil obat sebentar. nanti aku balik lagi kok Bil " Dinda tersenyum meninggalkan Billy.

tak lama setelah Dinda pergi..

Billy setengah membanting pintu kamarnya, napasnya terengah-engah dan dia mengernyitkan keningnya, benar-benar mengernyit menahankan sakitnya.

Keringat dingin mengalir di dahinya dan dia merasakan sakit yang luar biasa di seluruh tubuhnya.

Billy mencoba menarik napas, tetapi aroma anyir tercium dari hidungnya yang dipenuhi darah segar, mengalir tanpa henti sehingga mencapai level menakutkan.

Dia mengusap darah dari hidungnya dengan sapu tangannya, lalu membuang sapu tangan yang sudah berubah warna menjadi merah itu ke lantai. Kakinya gemetar, melangkah terseret-seret berusaha mencapai ranjang, tetapi rupanya ranjang itu terlalu jauh untuknya....

Dan tubuhnyapun rubuh ke lantai, kehilangan kesadarannya.

*****

Ketika Billy membuka matanya, dia berada di ruangan putih yang samar. Matanya mengerjap karena terpaan sinar lampu yang kontras dengan kegelapan yang selalu meliputinya. Dan kemudian, setelah berhasil mengatasi cahaya itu, Billy mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan.

Yang pertama dilihatnya adalah Mr.Antonio. Lelaki tua itu tampak muram, duduk di kursi di sebelah tempat tidurnya.

"Kakek kok bisa disini ?" Billy menyapa dengan suara serak dan lemah, membuat Mr.Antonio mengangkat kepalanya dan menghela napas panjang melihat kondisi Billy. Cucunya itu tampak pucat pasi.

"Aku pulang dan menemukanmu pingsan di kamar, aku membawamu ke rumah sakit secara diam-diam." Mata Mr.Antonio menyala tajam,

"Kenapa kau tidak memberitahu kakek sebelumnya tentang penyakit kamu, Billy ?"

Billy memiringkan kepalanya di atas bantal, tersenyum skeptis, tatapan matanya tampak kosong.

"Apa bedanya aku memberitahu kakek atau enggak ? Tidak akan ada bedanya buat Billy ."

"Tentu saja ada!" Mr.Antonio menyela, nadanya keras, "Kau cucuku dan kau mengidap penyakit yang sedemikian parah, tentu saja aku sebagai kakekmu akan melakukan segala cara untuk menyelamatkanmu, kita akan mencari dokter-dokter ternama di luar negeri dan..."

"ENGGAK ." Billy menyela, bersikeras, "Aku akan tetap berada di sini kakek, sampai aku menyelesaikan apa yang menjadi tujuanku."

Mr.Antonio menatap cucu lelakinya itu dengan sedih, cucu yang dulu tidak diketahuinya dan baru datang kepadanya setelah tahun-tahun berlalu. Apakah sekarang semuanya sudah terlambat?

"Sebegitu besarnyakah tekad kamu untuk mengalahkan Rizky? Apa kamu masih menyimpan kebencian yang begitu mendalam kepada anak lelakiku, Billy? Kepada ayah kandungmu? Tidak bisakah kmu meninggalkan kebencianmu itu dan kita bisa hidup bersama dengan damai serta mengganti tahun-tahun yang hilang?"

Billy tidak menampakkan reaksi apapun terhadap kata-kata Mr.Antonio dia memejamkan matanya, tampak begitu pucat dan rapuh.

"Aku lelah, kakek. Aku ingin istirahat." Dan Billy tetap memejamkan matanya, tidak mempedulikan Mr.Antonio yang duduk di sana, menanti jawabannya.

"Kamu bisa semakin parah dan tidak tertolong lagi, Billy" Mr.Antonio bergumam lagi, mencoba mengusik Billy, tetapi cucunya yang keras kepala itu tetap tidak bergeming.

Lama kemudian, setelah Mr.Antonio benar-benar yakin bahwa Billy tidak ingin melanjutkan percakapan dengannya, Mr.Antonio menghela napas panjang dan beranjak dari duduknya.

"Aku akan pergi Billy, beristirahatlah." Mr.Antonio menatap wajah Billy, yang tetap memejamkan matanya tanpa ekspresi. Entah Billy benar-benar tertidur atau cucunya itu berpura-pura tidur agar Mr.Antonio menyingkir....

Kemudian Mr.Antonio melangkah pergi, meninggalkan ruangan perawatan itu dan membiarkan Billy terbaring sendirian di sana.

Setelah yakin bahwa Mr.Antonio sudah pergi dari ruangan itu, Billy membuka matanya. Tatapan matanya menerawang, ada kesakitan di sana yang tertahan.

******

Dinda terlihat kebingungan dan mondar-mandir berjalan di dekat kamar Billy yang berdampingan dengan ruangan piano yang didapati Dinda saat menemukan Billy. Dinda kebingungan mencari Billy kesana kesini padahal Dinda hanya keluar sebentar untuk membelikan obat untuk Billy karena persediaan obat di Villa itu sudah habis. dan saat Dinda kembali Billy sudah menghilang, entah kemana.

kemudian Rizky keluar dari kamarya memperhatikan gerak-gerik Dinda yang ia rasa aneh. kemudian Rizky meendekati Dinda.

" lo kenapa? " tanya Rizky penasaran melihat gelagat Dinda yang aneh.

" enggak, tadi tuh... "

" lo pasti terpesona sama Billy karena permainan pianonya yaa? " Rizky memotong ucapan Dinda yang menggantung ketika pandanganya beralih pada ruang piano yang sering dimasuki Billy.

" piano doang mah gue juga bisa " Rizky memasuki ruangan itu dengan menarik Dinda yang dibawanya masuk ke dalam.

Dinda menatap jemari Rizky yang terulur, sejenak merasa ragu. Tetapi mungkin benar apa yang dikatakan oleh Rizky tadi, bahwa dia juga jago memakinkan alat musik pencet itu. Rizky mulai memainkan piano nya, kemudian berhenti sejenak.

" mau berdansa denganku Dindadari ? " Rizky mengulurkan tanganya mengajak Dinda berdansa.

" Dindadari ? " Dahi Dinda mengernyit.

" itu nama panggilan khusus dari gue. karena lo cantik. kaya bidadari " ucap rizky jujur, diakuinya memang Dinda sangat cantik. pipi Dinda mulai memanas dan terlihat salah tingkah.
dan pada akhirnya, Dinda menerima uluran tangan Rizky.

Rizky tersenyum dan menggenggam tangan Dinda, dengan lembut mengajaknya ke tengah ruangan, tepat di bawah kubah yang beratapkan kaca memantulkan langit gelap berbintang yang indah.

Mereka berdiri berhadapan, dan Rizky lalu merangkulkan tangannya di pinggang Dinda, membawa tangan Dinda supaya melingkar di lehernya, tubuh mereka merapat, tanpa diiringi musik bahkan suara apapun. Dinda sendiri kebingungan dengan sikap Rizky yang tiba-tiba mengajaknya berdansa sampai Rizky memberi tahu Dinda sesuatu.

" kita bisa lebih dalam mengenal seseorang dari berdansa, gue pengen lo ngenal gue lebih deket lagi. biar lo bisa nilai gue kaya gimana.. gue gak seketus dan sekasar yang lo fikir selama ini kok "

Kaki Rizky bergerak, dan kaki Dinda mengikuti, tubuh mereka seakan diciptakan untuk berdansa bersama, begitu pas. Kepala Rizky berada di atas puncak kepala Dinda, dan lelaki itu tersenyum.

“gue baru sadar kalau lo tuh cantik Dinda.. ”

Dinda mendongak, langsung bertatapan dengan mata Rizky yang tampak demikian tajam di bawah bayangan gelap ruangan. Pipinya memerah, dan berharap supaya suasana cukup gelap sehingga tidak kelihatan.

“Mungkin karna kamu yang terlalu tinggi.” Dinda menjawab sekedarnya, membuat Rizky terkekeh

,
“Mungkin juga.” Lelaki itu merapatkan pelukannya di pinggang Dinda membuat tubuh mereka makin merapat, “Sepertinya kita cocok bersama.”

Dinda tidak membantah, hanya diam saja dan menikmati dansa itu, mengikuti kemana tubuh Rizky membawanya. Dinda tidak pernah berdansa sebelumnya apalagi di usianya yang dewasa ini. Rizky adalah dansa pertamanya, tetapi mereka berdua melakukannya seolah-olah sudah bertahun-tahun berdansa bersama...

" you look beautiful makes me not want much from you "

Wajah Dinda memerah padam mendengar kalimat yang diungkapkan dengan tanpa basa-basi itu.

Astaga, membayangkan lelaki sedingin ini mendekapnya dengan kekuatan penuh terasa menakutkan untuknya..... dan kemudian secara reflek Dindaa langsung mundur satu langkah menjauh dari Rizky.

Rizky sendiri tersenyum melihat reaksi Dinda, lelaki itu sedikit memiringkan kepalanya, menatap Dinda dengan tajam.

"lo takut sama gue?"
Dinda hanya menelan ludahnya, tidak berani menjawab, suaranya seakan hilang tak berbekas.

Dan kemudian, tanpa diduga, Rizky melangkah maju, membuat Dinda membeku tak sempat menjauh. Lelaki itu berdiri tepat di depan Dinda, begitu lumayan tinggi membuat Dinda harus mendongakkan kepalanya untuk menatap ekspresi Rizky yang dingin dan tak terbaca. Lalu Rizky mengulurkan jemarinya yang ramping ke arah wajah Dinda
Kembali secara refleks, Dinda memejamkan matanya sambil mengernyitkan kening, takut akan apa yang akan dilakukan Rizky kepadanya.

Tak diduganya, Rizky hanya menyentuhkan ujung jemarinya ke pipi Dinda dengan sentuhan lembut seringan bulu.

"Jangan pernah berpikir buat mempertimbangkan Billy sebagai pilihan " suaranya berbisik, penuh ancaman tetapi diucapkan secara tersirat. Lalu lelaki itu melangkah melewati Dinsa yang masih membeku dan tak berani bergerak oleh sentuhan Rizky.

Sampai langkah-langkah Rizky menghilang dari ujung ruangan, barulah Dinda merani menoleh, menatap ke arah ruangan yang kini kosong.

Jemarinya menangkup pipinya sendiri, bekas sentuhan Rizky. dan entah kenapa, pipinya terasa amat panas.

*****

Malam itu, tepat di balkon kamarnya, pemuda berwajah tampan dan beralis tebal itu sedang merenung.

Tess..

Setetes air mata kini telah menetes dari pelupuk mata Irsyad, seorang lelaki yang seharusnya tidak pantas untuk mengeluarkan air mata, harusnya Irsyad bisa menahan air matanya agar tidak terjatuh, tapi kenapa dia bisa segampang itu mengeluarkan air matanya?.
Irsyad mengacak-acak rambutnya dan sesekali menjambak-jambak rambutnya frustasi, dia benar benar menyesal atas apa yang telah dilakukannya. Ternyata benar kata orang, menyesal selalu datang belakangan.

kemudian Irsyad beranjak dari balkon kamarnya dan sekarang dia sudah berada di dalam kamarnya. Dia berjalan ke arah meja dekat ranjangnya, meja itu yang berhiaskan banyak bingkai foto mesra sepasang kekasih, cerita cinta sepasang kekasih yang kini tinggalah kenangan, kenangan yang takkan bisa dilupakan oleh pemuda tampan itu.

Irsyad mengambil salah satu bingkai foto yang bergambarkan dirinya dengan wanitanya, wanita yang sangat dicintainya. Foto dengan pose yang sangat-sangat romance, yaitu Irsyad yang sedang mencium pipi kanan Dinda dan wanitanya itu berpura-pura kaget atas perlakuan Irsyad.

Tess...

Yang kedua kalinya Irsyad meneteskan air matanya. Dia benar-benar menyesal atas apa yang sudah dilakukanya. meninggalkan Dinda dan menyetujui pertunangan yang tidak didasari dengan cinta.

Irsyad kembali meletakkan bingkai foto itu di atas meja, dan Irayad beranjak kearah ranjangnya. Irsyad duduk di bibir ranjangnya dan langsung mengambil gitar yang terpajang indah di samping ranjangnya.

Perlahan-lahan Irsyad mulai memetikkan senar gitarnya, dia ingin menyanyikan sebuah lagu yang mungkin sama dengan keadaan hatinya sekarang.

oh.. ini kisah sedihku...

ku meninggalkan dia..

betapa bodohnya aku..

dan...

kini aku menyesal..

melepas keindahan....

dan itu kamu...

Tuhan tolonglah aku...

kembalikan dia, kedalam pelukku..

karna ku tak bisa, mengganti dirinya...

ku akui, jujur aku tak sanggup...

sungguh aku tak bisa...

Irsyad berhenti memetik senar gitarnya dan kembali meletakkan gitarnya di samping ranjangnya. Irsyad merebahkan tubuhnya di atas ranjang yang berwarna merah itu dan perlahan lahan memejamkan matanya yang mulai lelah, meminta untuk di istirahatkan.

Beberapa menit Irsyad memejamkan matanya, dia kembali membuka matanya dan kembali meremas remas rambutnya frustasi. Rupanya saat Irsyad memejamkan matanya, wajah Dinda yang sangat dicintainya itu kembali hadir dalam benaknya, bayangan itu kembali menghantui fikiran Irsyad.
Irsyad beranjak dari tempat tidurnya dan berjalan ke arah kamar mandinya. Dia membasuh wajahnya dengan air yang mengalir. Setelah membasuh wajahnya, dia melihat dirinya yang benar-benar seperti orang gila di cermin yang ada di hadapannya.

“din kamu bener-bener buat aku gila.”

Ternyata benar, Irsyad sudah benar-benar gila karena Dinda. bahkan kian hari badan Irsyad terlihat kurus dan tidak terawat, karena sudah beberapa minggu setelah pertunanganya lebih tepatnya saat Irsyad tau bahwa Dinda akan menjadi calon istri orang lain, calon istri dari cucu atasan ayahnya, yaitu Billy. Irsyad sering melamun bahkan menghabiskan waktunya dikamar dengan murung.

" andai aku bisa muter waktu din, aku pengen kembali di hari dimana kita masih sama-sama, aku masih milik kamu, dan kamu masih milik aku. bukan seperti sekarang, kita tlah sama-sama dimiliki orang lain. aku gak bahagia din, aku fikir kamu pun begitu "

Irsyad membalikkan badannya dan kembali berjalan menuju ranjangnya. Dia kembali merebahkan tubuhnya di atas ranjangnya dan langsung menutup matanya perlahan lahan.

CKLEKKK...

saat Irsyad hendak tertidur, Prilly membuka pintu kamarnya dan sontak Irsyad pun langsung terbangun.
" bisa gak kalo ke kamar orang tuh ketuk pintu dulu "

protes Irsyad melihat Prilly di ambang pintu kamarnya.
" dia udah sadar kak.. " ucap Prilly memberi tahu Irsyad sesuatu.

" baiklah "

****

Rizky berjalan-jalan mengelilingi Villa dengan earphone yang menempel di telinganya, kepalanya manggut-manggut seolah menikmati alunan musik di balik earphone-nya itu. lalu kembali menaiki tangga menuju kamarnya, dilantai 2 Villa itu memang terdapat 3 kamar dan 1 ruangan, kamar pertama adalah kamar Rizky, kamar kedua adalah kamar Dinda. dan kamar kketiga adalah kamar Billy. dan 1 ruangan paling ujung dekat kamar Billy adalah ruang piano.

tiba-tiba Rizky melepas earphone nya dan dibiarkan menggantung di lehernya, matanya menyipit melihat ujung ruangan, tepatnya pada kamar Billy yang pintunya terbuka lebar. Rizky melangkahkan kakinya berjalan menuju kamar itu, tepat di ambang pintu, dengan rasa penasaran Rizky memasuki kamar Billy.

kamar yang tertata rapih, beda sekali dengan kamar Rizky yang slalu berantakan. ranjang kasur yang berwarna putih, bantal dan guling yang berwarna putih juga serta berbagai poster mobil menempel di dinding menambah keindahan kamar tersebut.

Rizky menerawang, pandanganya mengelilingi kamar tersebut. " rapih banget ini kamar, cishhhh kaya kamar cewek "

lalu pandangan Rizky tersita oleh dompet yang tergeletak di atas meja dekat ranjang, dompet itu menyembul, sepertinya isinya penuh. karna penasaran Rizky pun meraih dompet tersebut dan membukanya perlahan.

DEGH...

Rizky terlihat sangat kaget ketika membuka dompet itu dan mendapati sebuah foto yang berukuran kecil, di foto itu terlihat Billy dan seorang perempuan yang tak asing baginya.

" Mi.. chelle " ucap Rizky dengan perasan getir, menatap foto tersebut dengan perasaan yang pedih, Rizky memang masih belum bisa melupakan Michelle, karena Rizky masih mencintai perempuan berbadan mungil itu.

" kenapa? kaget " sambar seseorang di ambang pintu, membuat Rizky menoleh, dan kaget.

" lo.... lo ada hubungan apa sama Michelle ? " tanya Rizky melihat Billy yang sekarang berada di hadapanya.

" gue mantanya dia.. " Billy melipat tanganya di dada dan tersenyum kecut melihat Rizky yang sepertinya sedang kaget.

" mungkin lo kaget. wajar sih lo kaget. mungkin lo bakal bertanya-tanya gimana bisa gue jadi mantanya Michelle? kapan gue berhubungan sama dia? oke gue ceritain " Billy memasuki kamarnya dan duduk di kursi dekat ranjangnya, jarak yang tidak jauh dan tidak dekat juga dengan Rizky yang masih berdiri mematung di dekat meja samping ranjang.

" gue pacaran sama dia, semenjak dia masih sama lo "

DEGH...

Rizky seperti merasakan panah yang menancab di hatinya, perih dan sakit mendengar pernyataan Billy.

" selama ini gue ngikutin perjalanan cinta lo, dan yang gue tau saat itu lo lagi pacaran sama Michelle. dia emang cantik, lucu, membuat gue sedikit tertarik. gue nyoba deketin dia, dan dia ngerespon gue dengan mudahnya, bagi gue itu adalah kesempatan. kesempatan buat nyakitin lo, dan ngebuat lo hancur Rizky.. hahahaha " Billy tertawa dengan nada merendahkan Rizky, srdangkan Rizky mengepalkan tanganya kuat-kuat seolah-olah luapan rasa sakitnya.

" gue ngejar-ngejar dia, dan gue berhasil buat ngejadiin dia sebagai pacar gue, otomatis waktu itu dia nyelingkuhin lo. dan yang jadi selingkuhanya adalah kakak tiri lo!! hahahaha "

" pada awalnya gue fikir adahal hal sulit bagi gue buat ngedapetin dia. tapi ternyata dia gampang banget buat gue dapetin. dan jelas dia lebih milih gue daripada lo waktu itu. gue seneng banget pas denger dia mutusin lo, GUE SENENG BANGET. setiap hari gue liat lo kaya orang gila yang udah gak punya semangat lagi buat hidup, tiap hari mabuk-mabukan, keliaran, murung di kamar seharian HAHAHA GUE SENENG BANGET WAKTU ITU KY GUE SENENG BANGET LIAT LO HANCUR! AT LEAST, LO BISA NGERASAIN APA YANG GUE RASAIN. LO NGERASAIN GIMANA RASANYA ORANG YANG KITA SAYANGI LEBIH MENYAYANGI ORANG LAIN, LO BISA NGERASAIN GIMANA RASANYA DI BUANG, GAK DI PEDULIIN SAMA SEKALI "

" LO UDAH NGEREBUT PAPA, PAPA UDAH NGEBUAT MAMA GUE HANCUR, MAMA GUE DI BUANG GITU AJA, GAK DI PEDULIIN SAMA SEKALI KARENA ADANYA LO SAMA MAMA LO "

suara Billy makin meninggi, dan emosi mulai menguasai dirinya, nafas Rizky pun memburu mulai tak tahan dengan keadaan yang menyudutkanya, tapi Rizky mencoba mengatur nafasnya, mencoba menahan emosinya.

" dan lo tau? Michelle cinta gila sama gue. sampe-sampe dia ngasih semua yang dia punya sama gue. "

" DAN... " Billy menggantungkan ucapanya.

" DAN APA? " Rizky bersuara.

" SAMPE DIA NYERAHIN TUBUH DIA BUAT GUE TANPA GUE MINTA!!! DAN SETELAH GUE DAPET, GUE BUANG DIA GITU AJA, GUE NINGGALIN DIA. MICHELLE BUKAN TYPE GUE. DIA TERLALU MURAHAN BUAT GUE "

BUKKKKK..

pukulan mendarat di perut Billy, hingha Billy jatuh tersungkur ke lantai. Rizky menatap Billy dengan tatapan benci, sedangkan Billy tersenyum sinis memegang perutnya yang kesakitan setelah mendapat pukulan yang cukup keras dari Rizky.

" MICHELLE GAK ADA HUBUNGANYA SAMA INI SEMUA!! KALO LO MAU HANCURIN GUE. YAA HANCURIN AJA GUE SEPUAS LO, JANGAN MALAH LO HANCURIN HIDUPNYA MICHELLE!! OH DAMN!!!!! LO COWOK MACAM APA SIH BIL HAH? DENDAM KESUMAT LO SAMA GUE, ITU YANG BAKAL NGEHANCURIN DIRI LO SENDIRI "

" GUE NGEHANCURIN MICHELLE ADALAH CARA GUE NGEHANCURIN LO!! GUE TAU LO CINTA MATI SAMA DIA, DAN GAK MENUTUP KEMUNGKINAN KETIKA DIA HANCUR LO AKAN MERASAKAN HAL YANG SAMA. " Billy berusaha bangkit dan menghampiri Rizky. Dengan mata yang memerah layaknya orang emosi Billy memegang kerah baju Rizky.

" LO.. JANGAN SAMPE BILANG INI SEMUA SAMA DINDA. KALO LO SAMPE BILANG, GUE BAKAL HANCURIN MICHELLE LEBIH DARI ITU "  Billy menatap adik tirinya itu dengan lekat sedangkan Rizky membuang muka.

Dinda mendengar keributan dari kamar Billy. karena penasaran Dinda mulai menguping pembicaran kakak-adik seayah itu di ambang pintu.

" LO MASIH CINTA KAN SAMA DIA HAH? " tanya Billy dengan tangan yang masih mencengkram kerah baju Rizky.

" SAMPE DETIK INI GUE MASIH MENCINTAI MICHELLE. PUAS LO HAH BANGSAT? " Rizky melepas cengkraman Billy di kerahnya.

PRAK...

suara guci pecah..

" DINDA... " ucap billy dan rizky berbarengan.

****

Hujan malam itu semakin lebat, sesekali terdengar ledakan-ledakan petir malam dengan kilauan cahaya kilat putih. Billy melihat Michelle begitu pulas dalam mimpinya. Tiba-tiba saja lampu dirumah itu padam.

Gelap tanpa setitik cahayapun. Billy sibak tirai jendela untuk melihat keluar Villa. Ternyata pemadamaman masal. Tidak satupun titik lampu yang yang menyala. Yang ada hanya biasan lampu kendaraan yang sesekali melitasi di jalan raya.

Susana malam itu benar-benar seram menegangkan. Karena Billy tau, terdapat komplek pekuburan yang berlokasi tidak jauh dari Villa itu.

Dalam debar jantung yang gak karuan Billy tetap mencoba menenangkan persaan. Billy keluar kamar dengan niatan menghidupkan dua batang lilin yang sempat Billy lihat tergeletak di meja ruang tamu. Dari biasan cahaya sederhana ini, Billy lihat Michelle masih terjaga.

" belum tidur chell ? " tanya Billy

" belum. listrik nya mati ya sayang? " tanya balik Michelle.

saat itu Billy dan Michelle sedang liburan bersama merayakan hari jadi mereka. dan karna hari itu sudah kemalaman, Billy dan Michelle memutuskan untuk tidur di Villa milik Michelle yang tak jauh dari tempat berlibur mereka. " iya. aku tidur duluan yaa. lumayan ngantuk ini "

Michelle mengangguk setuju. Sejenak memejamkan mata, tiba-tiba terdengar suara Michelle memanggil Billy. " Bil, aku takut "

" tenag aja, jangan takut chell "

balas Billy dari balik dinding kamar mencoba menenangkannya. Tidak berapa lama Michelle kembali memanggilnya “ Bil, Aku takut”. Ucapnya dengan nada serius. Akhirnya Billy beranjak menuju ruang tamu guna menemaninya. Hujan malam semakin lebat. Di dalam gelap itu Michelle meminta Billy untuk terus menemaninya.

“ Kamu disini aja ya”. Michelle kembali berbaring dialas tikar pandan capuh itu. Tampaknya dia tidak tahan dengan rasa kantuk yang menyirapnya.

Sedangkan Billy duduk disisinya sambil menikmati asap tembakau di dinginnya malam gelap berhujan lebat. Sebatang rokok yang Billy habiskan mengantarkan Michelle kembali pada mimpinya.

Billy pun beranjak kemnali menuju kamar. Tak lama setelah Billy mecoba memejamkan mata, Michelle kembali memanggil Billy.

" Bil.. aku takut ”.

Dengan langkah lunglai Billy kembali menemuinya. Tidak ada satu katapun yang mereka ucapkan. Billy hanya duduk di sisinya sambil menahan kantuk yang semakin sangat. Tanpa terasa Billy terbuai lelap dan berbaring di sisiMichelle tanpa berbantal alas kepala.

Entah mimpi apa Billy malam itu. Tiba-tiba saja Billy merasakan Michelle memeluknya. Billy pun terjaga, teranyata benar, lengan Michelle tampak melingkar di tubuhnya. Dia memeluk Billy hangat. Debar jantung Billy "dag dig dug" tak karuan.

Billy mencaba melepaskan pelukan itu dan berbalik membelakingi Michelle. Kantuk berat dimata lelah Billy kembali membawanya kedalam mimpi. Namun malam gelap dengan hujan lebat, lampu mati, diterangi dua batang lilin. Disaanalah Billy mengenal ciuman pertamanya.

Awalnya sama sekali Billy tidak berencana mencicipi ciuman bibir cinta. Sama sekali Billy tidak pernah membayangkan untuk mencoba melakukan hal itu. karena walaupun usia Billy telah lebih dari 20tahun dia belum pernah melakukan hal itu dengan perempuan manapun.

Lagi-lagi Billy rasakan pelukan itu. Billy sungguh tidak terbiasa dengan semua itu. Malam pertama dia tidur bersama perempuan yang bukan muhrim. Dalam dekapan hangatnya Billy dihantui kebimbangan. Tidak tau apa yang harus dialakukan. Billy hanya jujur merasakan indahnya pelukan hangat. Namun, hati kecil mengatakan bahwa hal itu salah, itu dalah dosa. Cukup lama Billy tediam dalam kebimbangan. Namun malam itu semakin menjanjikan kenikmatan. Pelukannya terasa semakin erat dan menghangat.

Michelle mulai menciumi tubuh Billy yang membelakanginya. Bulu badan Billy terasa merinding gak karuan. Namun dalam diam kebimbangan, Billy mulai menikmati kehangatan pelukan.

Sementara itu, Michelle terus saja menyasarkan ciumannya. Sesekali dia membelai rambut Billy dan menjatuhkan ciuman dipipinya.

Billy masih diam dalam bimbang. Tak tau apa yang harus dia lakukan. Akhirnya, sontak Billy melepaskan pelukanya, dan berbalik membelakangi Michelle. Tak lama berselang Michelle kembali mencium Billy.
Ketika itu Billy pun berbalik mengahdap kearahnya.

Sejenak mereka saling memandang dalam kesunyian. Malam yang hanya berterangkan dua batang lilin kecil, sesekali Michelle menghusap wajah Billy. memandang, dan mencium kening Billy. Billy tetap diam dan hanya memandanginya.

Tiba-tiba Michelle memeluknya erat dan menjatuhkan ciumannya tepat dibibir Billy. Billy tersentak dan terkejut. Itu adalah pertama kalinya dia mersakan ciuman bibir dari seorang perempuan. Namun ciuman itu tidak terbalskan. Michelle kembali memandangnya dengan senyuman dalam. Lagi Michelle mencium bibir Billy.
Billy  rasakan ciuman itu lebih lama dari sebelumnya.

Michelle meneruskan ciumannya sambil membelai rambut Billy. Billy pun mulai menikamati ciuman itu, dan mencoba membalasnya. Dalam beberapa waktu Billy menikmati ciuman itu. Namun tiba-tiba saja Billy merasa bersalah atas hal yang telah dia lakukan.

Secepat kilat Billy melepaskan pelukan dan ciuman itu. Michelle terkejut,namun dia hanya terdiam. Billy kembali membalik badan membelakanginya. Lamunank melambung mengenangan kejadian itu. Rayuan iblis meramaikan bisik pikirnya. " aku sayang banget sama kamu Bil, aku gak mau kehilangan kamu. aku cinta banget sama kamu. dan aku gak akan pernah lepasin kamu sayang "

setelah mendengar pernyataan Michelle. Perasaannya kembali berbalik menginkan ciuman dan pelukan itu kembali. Billy balikkan tubuhnya mengadap kearah Michelle. Billy merasakan tubuh cantik berbaring disampingnya . Dengan matanya yang masih terpejam, Billy meihat Michelle begitu menggairahkan. Billy mulai menggennggam jarinya. Michrlle terusik dan memandang ke arah Billy Ingin Billy menciumnya, namun malu untuk memulainya.

Sepertinya Michelle mengerti tentang apa yang Billy rasakan. Dia mulai membelai pipi Billy sambil melepas senyum kecilnya. Lembut belain jarinya membuat Billy semakin kelimpungan. Dengan penuh gairah, dia melabuhkan ciuman dibibir Billy. Kali ini Billy sudah tidak mampu mengendalikan diri. Billy tak berdaya dengan indahnya ciuman itu. Dan akhirnya ciuman itupun saling berbalas. Billy menjadi seperti orang yang sudah terbiasa dengan semua itu. Kehangatan cium dan peluk malam itu mengantarkan mereka pada hubungan yang harusnya tidak terjadi.

Irsyad termangu beberapa saat setelah Michelle menceritakan semua yang terjadi pada dirinya. bahkan Michelle menceritakan bagaimana dirinya bisa ditinggalkan begitu saja oleh Billy. laki-laki yang sangat dicintainya. hingga membuatnya seperti orang yang kehilangan akal sehat, saat itu Michelle benar-benar takut kehilangan Billy hingga Michelle melakukan hal bodoh untuk mengikat Billy untuk tetap bersamanya. tapi Billy tetap meninggalkanya. Billy memutuskan hubunganya bersama Michelle. meskipun Billy dan Michelle telah melakukan hal yang membuat Michelle hancur. Billy sama sekali tidak memperdulikan Michelle waktu itu.

Irsyad adalah laki-laki asing yang menyelamati Michelle saat dia hendak bunuh diri di jembatan waktu itu. Irsyad sangat kaget mendengar pernyataan Michelle yang tiba-tiba membongkar aibnya sendiri tapi lebih kaget lagi ketika Irsyad mengetahui laki-laki yang dimaksud Michelle. yang di ketahui Irsyad selama ini adalah Billy itu calon suami dari mantan kekasihnya, Dinda.

" maksud lo apa nyeritain semua ini sama gue ? " tanya Irsyad yang duduk di sofa dekat ranjang yang ditempati Michelle.

" gue mau. lo bantuin gue! "

" bantuin apa? " dahi Irsyad mengernyit.

" bales dendam sama Billy "

****

gadis itu, dengan rambutnya yang panjang. dia membuka pintu pagar, dan lari begitu saja menembus hujan. Dinda merasakan sakit di ulu hatinya saat mendengar perbincangan antara Rizky dan Billy. lebih tepatnya ucapan Rizky yang menyatakan bahwa dia masih mencintai perempuan bernama Michelle yang dia tak tahu siapa.

Dinda bingung bagaimana bisa dia merasakan sakit hati saat terang-terangan Rizky mengakui masih mencintai perempuan itu.

" apa kamu mulai jatuh cinta sama dia, din? " gumamnya dalam hati.

Billy dan Rizky mencari Dinda di sekitar Villa. meduanya kelimpungan mencari Dinda kesana-kemari sampai akhirnya Rizky menemukan Dinda menyusulnya dipenghujung jalan, meraih bahu dan membalikan tubuhnya untuk menatap mata dibalik rambut yang basah.

" lo yang tadi mecahin guci deket kamar Billy kan? " Rizky bertanya pada Dinda.

" eng... enggak " jawab Dinda berbohong.

" jangan ngelak. lo denger apa aja tadi? "

" hmmm.. aku cuma denger kamu bilang kalo kamu masih mencintai Michelle "

" terus kenapa lo lari? ujan-ujanan? terus nangis? lo cemburu? sakit hati? "

Rizky memang mendapati Dinda dengan mata yang berair, meskipun dalam keadaan hujan, Rizky bisa melihat air mata itu. air mata yang keluar dari pelupuk mata Dinda. Dinda hanya menunduk menggeleng-gelengkan kepalanya tidak membenarkan pertanyaan Rizky.

" lo gak mencintai gue? "

Dinda mendongak, kaget mendengar pernyataan Rizky. tapi Rizky meraih tangan Dinda dan di arahkan ke dada bidang milik Rizky.

" lo bisa rasain ini? "
Dinda merasakan detak jantung Rizky yang berdegup begitu kencang, Dinda mengangguk.

" sakit jantung kamu kumat? " tanya Dinda polos.

Rizky menepuk jidatnya, dia rasa Dinda sangat polos. " AISHHH LO!! LO TUH POLOS APA BEGO SIH? MASA GAK NGERTI? " Rizky mendengus kesal. tapi Dinda masih terlihat bingung dan tak mengerti.

" Dinda.. setiap deket lo, gue slalu ngerasa detak jantung gue berdebar kenceeeeng banget. dan lo tau itu artinya apa? " Rizky bertanya lembut pada Dinda. tapi Dinda tetap menggeleng tak mengerti.

" AISHHH LO!!! " Rizky mengacak-acak rambutnya prustasi.

" ITU ARTINYA... GUE CINTA SAMA LO DINDA.. GUE CINTA SAMA LO!!! "

ucap Rizky lantang di tengah derasnya air hujan. Dinda kaget setengah mati mendengar pernyataan dari Rizky bahwa dia mencintainya. Dinda tidak tahu harus sedih ataupun senang, karena di satu sisi Dinda senang mengetahui Rizky mencintainya tapi disisi lain Dinda sedih mengetahui Rizky masih menyimpan nama perempuan lain dihatinya. dan sebenarnya Dinda juga ingin memberi tahu pada Rizky bahwa dia merasakan cinta yang sama pada Rizky. tapi Dinda lebih memilih diam karena tak yakin bahwa Rizky benar-benar mencintainya.

" gimana bisa kamu cinta sama aku tapi hati kamu masih menyimpan nama orang lain? "

" din, Michelle itu cuma masa lalu gue. meskipun gue masih mencintai dia, gue gaada niat sedikitpun buat balik sama dia. trust me! i love you! dan gue mau lo bantuin gue move on dari dia "

" hati kamu masih buat michelle, aku bisa liat itu. dan hati aku pun masih ditempati laki-laki lain "

" LAKI-LAKI LAIN SIAPA HAH? SIAPA? ENGGAK, LO TUH CUMA MILIK GUE DINDA. LO TUH CUMA MILIK GUE. HATI LO, HIDUP LO ITU MILIK GUE. JUST ME!! " Rizky berteriak.

" KENAPA SELAMA INI KAMU SLALU MEMAKSAKAN KEHENDAK KAMU SAMA AKU SIH KY HAH? "

Rizky hanya terdiam menarik diri Dinda ke pelukanya. sementara Dinda merintih menolak. tetapi akhirnya mereka berciuman juga. dalam bibir yang basah, Rizky merasakan getar dari tubuh Dinda. hujan masih turun, dan ia merangkul Dinda. Dinda lepas sebentar untuk melihat mata Rizky . pada tatapan itu Rizky berbisik pada Dinda.

"selama ini cinta ngebuat hati gue slalu berdarah, dan karena ini cinta. maka gue bakal ngebuat lo berdarah."

tangannya membawa wajah Dinda mendekat. ciuman itu seperti bibir dan lidah berujar. sampaikan banyak rasa, kehangatan, gejolak. lapisan kulit berwarna kemerahan yang memberikan kecupan dari setiap ujung syaraf. membuat mereka begitu dekat. Dinda menjinjit, maka Rizky mengangkat tubuhnya, hinga mereka lekat. Dinda merasakan dada Rizky. Dinda merasakan detak dalam dada itu.

" apa benar kamu cinta sama aku ky? " ucap Dinda dalam hati.

hujan masih turun, selagi mereka berciuman. lalu Rizky menggigit bibir bawah Dinda. tidak dengan mendadak, tapi pelan. Dinda merasakan gigitan makin mengeras. tapi Dinda membiarkannya, karena Rizky akan membuatnya berdarah.
ini masih sebuah ciuman. Rizky menggigit bibir Dinda keras, sehingga berdarah. sementara Rizky nikmati keintiman dari bibir, lidah dan seluruh tubuhnya.

akhirnya ia kembali menempelkan bibirnya. menciumi Dinda penuh nafsu, memeluk erat, menyerahkan seluruhnya. kemudian melepaskan.

Dinda mengahapus bekas darah dari bibirnya, membasuhnya dengan air hujan. Rizky hanya pandangi darah dari sudut bibir bawah Dinda. sepertinya Rizky menangis. tapi apakah itu hujan, Dinda tak akan pernah tahu.

Eye To LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang