Chapter 14

341 22 0
                                    

" Errrrghhhh " Rizky menggeliat, lelaki itu baru saja bangun dari tidurnya, dia mengerjap-ngerjapkan matanya.

Lalu Rizky menoleh ke sebelah kiri ranjangnya, dia menemukan Michelle disana, perempuan itu nampak tengah tertidur pulas. ketika merasa ada yang aneh dalam dirinya, Rizky menunduk melihat keadaan tubuhnya yang telanjang dibalik selimut itu, dia merasa terkejut dan mencoba mengingat-ingat apa yang telah terjadi dengan dirinya dan Michelle. dan lelaki itu hanya mengingat bahwa ia sedang mabuk berat dan setelah itu bercinta dengan Dinda.

" Apa aku telah bercinta dengan Michelle? " gumamnya dalam hati.

" Tapi bagaimana mungkin? bagaimana mungkin aku melakukanya? "

" Apa karena pengaruh alkohol? "

" ARRRGGHHHHHH " Rizky mengacak-acak rambutnya prustasi.

" Dinda.. maafkan aku.. " lirihnya.

" Aku mengkhianati kamu "

" Aku isteri kamu, kamu tidak mengkhianati siapa-siapa Ky " pungkas Michelle secara tiba-tiba, membuat Rizky menoleh dan sedikit terusik oleh kata-katanya.

dengan tiba-tiba Rizky mengcengkram lengan Michelle.
Michelle sedikit terkaget dengan perlakuan tiba-tiba lelaki itu, Rizky mencengkram keras lengannya dan tak melepaskan tatapannya dari Michelle sedikit demi sedikit tatapannya berubah menjadi sebuah tatapan tajam Michelle pun dapat merasakannya wajah Rizky berubah seperti ada gurat kekesalan dalam dirinya.

" Cih. kamu memanfaatkan ketidak sadaran aku hanya untuk menjebaku supaya melakukan ini? HAH? Dan apa? Isteri? Hahaha.. Jangan mimpi, ini hanya untuk sementara Michelle.. dan tidak mengkhianati siapa-siapa? Jelas-jelas aku telah mengkhianati Dinda "

" Dinda bukan siapa-siapa kamu! Kamu tidak perlu merasa mengkhianatinya Ky "

" Dinda adalah belahan jiwa, separuh dari diri aku, sebenarnya aku jijik dengan diriku sendiri saat ini "

" Perempuan rendah memperlakukan dirinya sendiri dengan cara yang rendah juga! " lanjutnya lagi

.
" CUKUP!!!! DINDA.. DINDA.. DINDA.. AKU CAPEK MENDENGAR NAMA ITU! " Michelle menutup kedua telinganya.

" AKU RENDAH? LALU DINDA APA? MURAH? AKU ISTERI KAMU RIZKY, INGAT ITU! DAN SUDAH SEPANTASNYA JUGA KAMU MEMBERIKAN APA YANG AKU INGINKAN.. JUSTRU DINDA YANG RENDAH! APA KAMU FIKIR AKU TIDAK TAHU KISS MARK ITU MILIK SIAPA? " Michelle melihat tubuh Rizky yang telanjang dada, ditelusurinya bagian-bagian tubuhnya yang terdapat Kiss Mark, Rizky mengikuti arah pandang Michelle, lelaki itu tersentak saat melihat bagian tubuh atasnya terutama di bagian dada. terdapat banyak Kiss Mark disana.

" APA PANTAS SEORANG ISTERI MENDAPATKAN BAGIAN SISA DARI WANITA LAIN? SETELAH KAMU PUAS BERCINTA DENGAN WANITA LAIN LALU AKU HARUS MEMUASKANMU JUGA? AKU JUGA JIJIK DENGAN DIRIKU SENDIRI RIZKY! "

" APA BENAR KAMU MELAKUKAN ITU DENGAN DINDA? WANITA ITU TAHU KAMU MASIH HIDUP? "

" INGAT KY! AKU TIDAK AKAN PERNAH MELEPASKAN KAMU... AKU TIDAK AKAN PERNAH MEMBIARKAN KAMU JATUH KE WANITA ITU LAGI "

" SHIT!!!!!! " umpat Rizky.
Kemudian dengan cepat Rizky sekarang duduk menindih tubuh Michelle. mengangkat tangannya ke udara dan mengepalkan tangannya seperti hendak meninju seseorang yang berada di bawahnya.

“Aaarggh” sontak Michelle berteriak melihat kepalan Rizky yang diarahkan kepada dirinya. Kedua tangannya secara refleks menutupi wajahnya. Hingga tinggal beberapa centi hampir mengenai wajah Michelle.

tangan Rizky berhenti di udara urat-urat dalam kepalan tangannyanya terihat. Kemarahan yang tak dapat diungkapkan membuatnya bertumpu pada pikiran yang membebaninya hingga tak menyadari atau entah mungkin memang sengaja bahwa yang berada di bawah tubuhnya itu bukan seorang lelaki yang bisa adu jotos dengan dirinya yang sekarang berada di bawah tubuhnya adalah seorang wanita yang sampai kapanpun tak akan sebanding tenaganya dengan seorang pria.

Dia memandang Michelle yang tubuhnya bergetar hebat. Bukan main Michelle takut dengan apa yang baru saja akan terjadi kepadanya. Suaminya Rizky dengan tiba-tiba menghempaskan tubuhnya lalu menindihnya dan hampir melayangkan sebuah tinju kewajahnya.
Napas Michelle terengah dengan perlahan dia menurunkan kedua telapak tangannya yang  tadi dia gunakan untuk melindungi wajahnya dari kepalan tangan Rizky. Sedikit-demi sedikit dia mengangkat pandangannya terus naik ke wajah Rizky hingga mata mereka berpandangan.

Untuk malam itu setan, kemarahan, keangkuhan dan ego sudah menguasai Rizky.  Walaupun rintihan kesakitan dan kalimat-kalimat permohonan yang memetakan hati telah Michelle keluarkan agar Rizky menghentikan aksinya tak membuat Rizky sadar bahwa apa yang dilakukannya adalah salah
Rizky menjauhkan tubuhnya dari Michelle " Dimata kamu mungkin Dinda adalah perempuan rendah, tapi dimata aku, dia adalah perempuan paling berharga "

Rizky keluar dari kamarnya setelah mengucapkan kata-kata barusan, sementara Michelle mencengkram erat selimutnya seolah-olah luapan rasa sakitnya.

" Cintai aku lagi, Ky.. " lirihnya.

*****

Maxime berada di halaman rumah Mr.Antonio, lelaki itu melirik jam berkali-kali, tanganya bertengger manis di kaca mobil. Maxime sedang menunggu Dinda, mereka berencana untuk bertemu saat itu.

Maxime sudah mengetahui tentang Dinda yang tahu bahwa Rizky masih hidup, lelaki itu memberitahu semua rencananya dengan Rizky kepada Dinda. Dinda mengerti, dan tugas perempuan itu hanya menyembunyikan itu semua dari semua orang.

Setelah Dinda keluar dari rumah, di hampirinya Maxime yang kali ini sedang sibuk dengan ponselnya.

" Maxime " Dinda menyapa, Maxime menoleh dan tersenyum, menunjukan lesung pipinya.

" Sudah siap Din? " Maxime memasukan ponsel ke saku jas nya, pria itu memang lebih sering memakai pakaian formal karena intensitas pekerjaanya yang mengharuskan dirinya lebih sering di kantor.

" Sudah, kita mau kemana? "

" Ikut saja " Maxime membuka pintu mobilnya mempersilahkan Dinda masuk, kemudian mereka mengenakan seatbelt nya dan Maxime mulai melajukan mobilnya.

Ditengah-tengah perjalanan..

"Kita akan menikah minggu depan?" Dinda berseru memprotes sambil menatap Maxime yang sedang menyetir dengan tajam,

" Pernikahan bukan sebuah lelucon Max, bahkan aku belum menjawab lamaran kamu kan? "

" Tidak perlu menjawab, Karena mau tidak mau kamu harus menikah denganku Dinda.. Apa kamu tidak berfikir bagaimana nasib anak kamu? Jika aku tidak cepat-cepat menikahi kamu? semakin hari perut kamu semakin membuncit, Kita tidak punya banyak waktu. Aku tidak mau anak itu di cap sebagai anak haram "

" Tap... " Dinda ragu, kemudian tangan kiri Maxime meraih tangan Dinda dan menggengamnya, tangan kananya masih memegang stir.

" Ini demi anak kamu dan anak Rizky.. "

" Kenapa kamu rela berkorban untuk kita Max? Apa kamu tidak mau menjalani hidup kamu? mencari wanita lain yang mencintai kamu? Kenapa kamu malah mau terlibat di pernikahan konyol ini? "Dinda menatap Maxime menunggu jawaban, tapi pandangan Maxime hanya lurus ke depan.

" Karena ini ulah Dimas, aku merasa bertanggung jawab atas ini semua, terlebih Rizky adalah sahabat aku Din. tapi ada satu alasan yang tidak aku mengerti sampai saat ini, dan alasan itu adalah ketika setiap kali aku melihat air mata kamu, aku merasa ingin terus ada di samping kamu, melindungimu, menjagamu.. " gumam Maxime dalam hati.

Dinda mengerutkan dahinya, bingung dengan Maxime yang tiba-tiba diam. " Max.. " perempuan itu menepuk pundak Maxime membuat lelaki itu tersentak.

" Eh .. Iya.. " Jawabnya kikuk

.
" Kenapa melamun? "

" Hmm.. alasanya karena selama ini Rizky sudah banyak membantu aku, apa salahnya jika aku balas budi dengan melakukan ini semua bukan? "
Dinda tersenyum dan mengangguk.

" Dan senyuman itu membuat aku semakin yakin, Aku tidak akan menyesal terjebak dalam keadaan ini Dinda. " Maxime membatin.

" Aku tidak menyangka kalau Rizky menikahi Michelle " perempuan itu menunduk mengingat-ingat kejadian semalam, dadanya terasa sesak saat mengingat Rizky mengatakan bahwa dirinya telah menikah dengan Michelle, wajah lelaki itu nampak menderita dan semua itu karena upayanya melindungi Dinda.

" Itu semua karenamu dan untukmu Din.. "

" Ya. Aku tahu " Dinda tersenyum hambar.

" Percaya saja, sahabatku tidak akan mungkin mengkhianati kamu "

" Ya. Aku percaya "

" Bagus "

" Sekarang kita akan kemana Max? "

" Ke toko perhiasan "

Sesampainya di toko perhiasan..

"Kamu mau yang seperti apa?" Maxime mengedikkan bahunya kepada jajaran cincin-cincin pernikahan yang diletakkan berjejer dalam kotak beludru di atas etalase,

Dinda mengamati cincin-cincin itu, luar biasa mewahnya, tetapi tentunya cincin yang dipersiapkan untuk pengantin Maxime pasti akan luar biasa bukan?

"Cincin ini terlalu bagus untuk pernikahan pura-pura kita Max" Dinda bergumam lirih kepada Maxime, takut kedengaran petugas toko perhiasan itu, "Mungkin kamu pilihkan saja yang sesuai seleramu."

Maxime menatap Dinda tajam, lalu mengangkat bahunya,
"Oke. Yang itu."
Dinda melirik pada pilihan Maxime dan membelalak, sepasang cincin itu memang begitu indah di dalam kotak beludru warna merah itu. Cincin untuk laki-lakinya begitu maskulin tetapi yang mengganggu adalah cincin untuk perempuannya yang dihiasi dengan batu berlian yang begitu besar berkilauan, terasa berlebihan.

"Kamu tidak bisa memilihkan cincin yang lebih sederhana?" gumam Dinda ketus.

Maxime tertawa,

"Aku akan memilihkan yang itu untuk calon isteriku, lagipula kamu tadi bilang mau yang sesuai seleraku."

"Aku berubah pikiran." gumam Dinda sambil melirik sinis, "Yang itu saja."

Maxime mengangkat alisnya melihat cincin pilihan Dinda, sepasang cincin dengan uliran sederhana tetapi elegan, hanya cincin polos dengan variasi uliran indah buatan tangan. Tanpa batu berlian apapun.

"Terlalu polos dan sederhana." gumam Maxime tidak suka.
Dinda menatap Maxime tajam,

"Pokoknya yang itu."
Maxime terkekeh, geli dengan kekeraskepalaan Dinda,

"Oke.. oke.. baiklah." Dia melirik kepada Manager toko yang menunggu mereka, "Kami ambil yang itu."

Ketika Manager toko menyiapkan cincin itu, Dinda berbisik pelan kepada Maxime.
"Kamu membeli sesuatu yang terlalu mewah untuk pernikahan konyol kita Maxime"
Maxime melirik Dinda seolah tersinggung,

"Harga cincin itu tak seberapa." gumamnya tenang,

"Jangan kamu pikirkan, tidak apa-apa."

Ketika mereka menerima kotak cincin itu, ponsel Maxime berbunyi. Lelaki itu mengangkatnya dengan tenang.

Lalu setelah menerima penjelasan dari ujung sana, wajahnya memucat, berubah tegang.

wajah Maxime tampak pucat pasi, tetapi matanya menyala penuh tekad. Lelaki itu langsung melangkah dan berdiri di depan Dinda.
Dinda menatap Maxime bingung. Ada apa?

Tak disangkanya, sedetik kemudian, Maxime berlutut di depannya dengan posisi melamar, mengeluarkan kotak cincin itu dan menunjukkannya kepada Dinda.

"Dinda maukah kamu menikah denganku, lusa?"

" Lusa? "

" Din? " Maxime menatap Dinda dengan mata membara, tampak tersiksa,

"Please." Mulutnya membentuk permohonan tanpa bersuara.

Dinda menelan ludah lagi. Maxime pasti punya alasan melakukan ini, mungkin dia akan menjelaskannya nanti.
Dengan menguatkan hati, Dinda menganggukkan kepalanya.

"Baik Maxime aku bersedia menikah denganmu."

" Tapi kenapa harus lusa? Apa itu tidak terlalu cepat? Apa memang keputusan ini yang terbaik? " gumam Dinda dalam hati.

Sedangkan Maxime lelaki itu memejamkan matanya tampak lega luar biasa. Lalu dengan cepat, seolah takut Dinda berubah pikiran, dia menyelipkan cincin yang mereka beli barusan ke jemari Dinda.

******

Garden Caffe..

Rizky, Maxime, Irsyad ketiga lelaki itu memutuskan untuk bertemu di kafe ini, suasana kafe saat itu lumayan lenggang sehingga Rizky sedikit leluasa, tidak perlu menyembunyikan diri seperti biasanya.

" Kita harus menyusun strategi dari sekarang " Irsyad membuka percakapan, Rizky dan Maxime mengangguk setuju.

" Iya. Billy sudah pulang ke Indonesia dan kakek bilang besok dia akan ke Villa.. " gumam Rizky.

" Dia tidak boleh mengetahui pernikahan lo dengan Dinda Max, kalau dia sampai tahu itu bahaya " lanjutnya.

" Dia belum mengetahui tentang ini.. " Maxime bersuara.

" Dan dia jangan sampai tahu " Sambung Irsyad.

" Berhasil melamar Dinda? " Rizky menatap Maxime yang sedang menyesap kopinya. " Uhuk.. Uhuk.. " lelaki itu tersedak.

" Hmm.. Ya, Berhasil " Maxime meletakan cangkir kopinya ke tempatnya kembali.

" Bagus. Kita harus berhasil menikahkan Dinda dan Maxime sebelum Billy pulang ke Villa.. " Irsyad bersuara lagi.

" Tapi bagaimana caranya syad? Maxime akan menikahi Dinda lusa sedangkan Billy akan pulang besok? Lagipula lo Max, Kenapa gak sekalian besok nikahnya? " Rizky mengacak-acak rambutnya prustasi.

" Lo fikir pernikahan itu apa? gue belum menyiapkan apa-apa "

" Hmm.. Kita culik saja Billy "
Rizky dan Maxime saling berpandangan " CULIK? "

*****

"Ghina." Panggil Ali.

"Iya? Kamu mau pulang?" tanya Ghina yang melihat Ali berlari menghampirinya.

Ali dan Ghina memang satu kampus tetapi berbeda jurusan, tapi meskipun begitu kelas mereka tidak begitu jauh, intensitas pertemuan pasangan ini bisa di bilang sangat sering, karena selain mereka tinggal satu rumah, kelas mereka pun cukup dekat.

Dengan intensitas pertemuan yang sering itu tidak membuat mereka bosan malah membuat mereka semakin lengket.

"Iya…" Ali mengentikan perkataannya dan mlihat kening Ghina yang di plester. "Kening kamu, kenapa?" tanya Ali sambil memegang kening Ghina.

"Tidak apa-apa"

"Yakin? tadi pagi aku lihat tidak seperti ini" kata Ali"Yasudahlah, yang penting kamu tidak apa-apa kan?" tanya Ali.

"Iya, tidak apa-apa. aku akan tetap baik-baik saja selama kamu di samping aku" Kata Ghina tersenyum.

"Gombal..." Kata Ali sambil terkekeh.

"Tapi suka kan?." Kata Ghina tersenyum.

Ali melihat senyum Ghina yang dirindukannya itu dan menicum kening Ghina yang luka itu kembali. "Cepat sembuh yah." Kata Ali lembut.

"I…Iya, terima kasih." Kata Ghina yang wajahnya memerah, dia merasa heran pada Ali, bisa-bisanya dia menciumnya dengan tenang tanpa ragu-ragu.

"Ghin…kamu mau langsung pulang?" tanya Ali.

""Ehm…memangnya kenapa?" tanya Ghina balik.

"Kita jalan-jalan dulu yuk." Ajak Ali yang mengulurkan tangannya.

Ghina dengan senyum dan tawa yang ceria menggapai tangan Ali. "Ayo."

Merekapun berlari menuju tempat yang akan mereka tuju, Ali tetap menggenggam tangan Ghina, dan Ghina pun tidak mau melepaskan tangan Ali, Ali membawa Ghina ke pantai yang letaknya tidak jauh dari kampusnya.

"Huuaaaaaahhh…segaaaaarnyaaa…" kata Ghina menghirup udara, dan dia melepaskan sepatunya lalu berlari menuju pinggiran pantai untuk main air.

"Ahahahaa…dingiin…Ali.,,,kesiniiii…" panggil Ghina.

Ali membuka sepatunya dan menghampiri Ghina, dia berjalan menuju Ghina yang sedang berlari-lari dipinggir pantai, Ali memandangi Ghina yang sangat cantik, betapa cintanya dia pada wanita yang ada didepannya itu.

"Ali…lihaaat…sebentar lagi akan sunset…" kata Ghina.
gadis itu berputar-putar di tepi pantai karena bahagia.

"Ghina, hati-hati nanti kamu jat…aahh.." Ali berlari kearah Ghina yang keseimbangannya hilang dan ingin jatuh, untung Ali cepat dan lincah, jadi Ali sempat menangkapnya, tapi percuma, karena mereka berdua sama-sama jatuh dan basah, kini Ghina berada diatas Ali, dan Ali berada dibawah Ghina. Mereka berdua saling menatap.

"Hahahahahahaa…kita jadi basah beginii…" tawa Ghina.
Ali yang melihat Ghina tertawa disinari oleh sunset, memegang pipi Ghina dan mendekatkan wajah Ghina kepadanya, hingga akhirnya kedua bibir mereka bertemu. Ghina sangat kaget, Ali menciumnya.

Bibir mereka bertemu satu sama lain, Ali menciumnya, tapi hanya Ali yang aktif, Ghina terdiam karena kaget, dia tidak tahu harus bagaimana, karena itu ciuman pertamanya, Ali perlahan memegang belakang kepala Ghina dengan lembut dan terus menciumnya dengan lembut dengan mata terpejam,
Ghina yang matanya masih terbuka melihat ekspresi Ali yang begitu menikmati ciuman tersebut, ekspresi Ali sangat tenang dan damai, Ghina merasakan debaran di jantungnya yang sangat cepat, akhirnya Ghina merespon ciuman dari Ali, dia memegang pundak Ali, mereka tetap pada posisi seperti itu, lalu Ali meremas rambut Ghina dengan lembut sehingga membuat mata Ghina terpejam, lidah Ali mulai bermain, dia meminta Ghina untuk membuka mulutnya, ketika dia membuka mulutnya,
ciuman Ali berubah menjadi panas, Ghina yang kaget dengan permainan lidah Ali mendorong Ali sehingga pemuda itu terbaring dipasir pantai yang basah itu.

"Ah…." Kata Ghina yang kaget sambil mendorong Ali.

Ali tidak bergerak, dia tetap terus dalam posisi terlentang di pasir.

"…m…maaf…" kata Ghina yang membantunya kedalam posisi duduk.

"Hahaha…." Ali tiba-tiba tertawa dan mengacak-ngacak rambutnya sendiri.

"Hahahahaa…Ghin" dan dia memeluk Ghina.

"Akhirnya…" kata Ali yang tidak jelas suaranya karena ombak pantai.

"Hah? apa?" tanya Ghina yang memintanya mengulang.
Ali melepaskan pelukannya dan berbicara.

"Aku…" belum menyelesaikan perkataannya, mereka berdua telah terkena serangan ombak yang besar, dan itu membuat mereka terbengong dan basah satu sama lain. Ali melihat Ghina begitu juga Ghina, lalu mereka tertawa perlahan-lahan dan makin lama makin kencang.

"Ahahahahahahahaaa….."
Mereka berdua tertawa, sampai perut mereka sakit.

"Aku tidak menyangka akan memilikimu Ghin, dulu aku hanya bisa melihat kamu dibalik meja barista, membayangkan kalau suatu saat aku bisa memiliki kamu "

" Aku juga tidak menyangka bisa mencintai seorang barista yang selama ini membuatkan kopi untukku "

" Aku mencintai kamu Ghin. lebih dari apapun, lebih dari yang kamu tahu.. " Ali tersenyum sedangkan Ghina mengalihkan pandanganya ke arah lain, pipinya memerah dan gadis itu tidak mau Ali mengetahuinya.

" Sunset nya indah ya? " Ali menatap silau pemandangan di depanya, langit yang oranye.

"Iya. Indah.. "

" Tapi aku lebih suka sunrise daripada sunset.. " gumam Ali membuat Ghina menoleh. "Kenapa? "

" Karena Aku lebih suka melihat yang terbit daripada yang terbenam" gumam pemuda beralis tebal itu.

*****

Dinda, Rizky, dan Maxime sedang berada dikamarnya masing-masing sambil melihat foto orang-orang yang dicintainya dibalik layar ponselnya.

Dinda melihat foto Rizky dan Maxime yang posisinya Rizky merangkul Maxime, sedangkan Maxime hanya tersenyum memamerkan lesung pipinya. kedua lelaki tersebut memakai stelan jas resmi di foto itu.

" Apa yang harus aku lakukan Tuhan? saat aku harus menerima kenyataan bahwa orang yang aku cintai telah memiliki dan dimiliki orang lain, dan dengan aku yang harus menikah dengan lelaki yang sama sekali tidak aku cintai " Dinda mengusap bagian wajah Rizky dibalik layar ponselnya.

" Apa aku tidak egois jika suatu saat nanti Rizky kembali padaku? bagaimana dengan Michelle nanti? Ini semua tidak adil bagi dia.. hmmm.. dan juga Maxime " Dinda bergumam sendiri. tatapanya beralih pada Maxime yang berdiri gagah disamping Rizky pada foto tersebut.

" Dia lelaki yang sangat baik tapi kenapa dia harus ikut terjebak dalam situasi seperti ini? " perempuan itu menatap nanar pemandangan luar di balik balkon kamarnya.

Dinda tak menyangka akan di sudutkan dalam situasi seperti ini, kenyataan yang baru saja diterimanya seakan-akan membuatnya pusing, tentang Rizky yang baru saja difikirnya meninggal tetapi kemudian hidup lagi, tentang pengakuan lelaki itu bahwa dirinya telah menikah dengan Michelle, mantan kekasihnya sendiri. dan tentang pernikahan yang dirasanya konyol itu.

" Ini tidak adil bagi kami semua Tuhan.. " Air mata mulai merembes jatuh ke pipi mulus perempuan itu. mengingat semua ini tidak akan berjalan begitu mudah.

" Terus bagaimana dengan Billy? apa kabar dengan dia? Aku merindukanya.. " Dinda menggeser layar touch screen ponselnya mendapati foto Billy yang sedang bermain piano memunggunginya.

Sementara di kamar Rizky, Rizky mengamati foto perempuan cantik berambut hitam panjang dibalik dompetnya. lelaki itu tersenyum sesekali mengingat kisah cintanya dengan perempuan itu yang bisa di bilang unik. kadang Rizky menyesali sikap ketusnya kepada Dinda saat mereka masih bersama-sama. lelaki itu merindukan perempuanya, sangat merindukanya.

" Sebentar lagi kamu akan menjadi isteri orang lain Din " gumamnya sambil tersenyum hambar.

" Apa aku siap menerima kenyataan ini? "

" Dan maafkan aku telah mengkhianati kamu.. itu semua diluar kendali aku Dinda... " Rizky mengingat-ingat kejadian beberapa hari yang lalu. dimana dia dengan secara tidak sadar menyetubuhi Michelle. lelaki itu sangat menyesali perbuatanya.

" Aku merasa jijik dengan diriku sendiri " lelaki itu memijit pelipisnya. seseorang di belakangnya menahan tangisnya dadanya terasa sesak. itu Michelle.

perempuan itu mengepalkan tanganya.

" Jijik? " gumamnya pelan hingga tidak terdengar oleh Rizky. lelaki itu tidak menyadari kehadiran isterinya di belakangnya.

" Apa aku sebegitu menjijikanya di mata kamu Ky? " Michelle membatin.

Di kamar lain, Maxime sedang merebahkan tubuhnya di sofa kamarnya, lelaki berdarah prancis itu membuka jasnya dan melemparnya ke sembarang tempat, kemudian melonggarkan dasinya lalu tanganya merongoh saku celanaya mengeluarkan ponsel bermerk I-Phone itu.

Di bukanya galeri foto dan mendapati foto dirinya dengan sahabatnya, siapa lagi kalau bukan Rizky. kemudian menggeser layar ponselnya dan mendapati foto Dinda yang sedang tersenyum, foto itu diambil Maxime secara diam-diam saat dirinya dan Dinda tengah bersama-sama kemarin.

" Kenapa setiap melihat wanita ini tersenyum hati aku merasa damai Tuhan? dan kenapa saat melihat wanita ini menangis hatiku juga merasa teriris dan entah kenapa aku merasa bertanggung jawab untuk menghapusnya dan menggantikanya dengan kebahagiaan? " Maxime tersenyum melihat foto Dinda sejurus kemudian lelaki itu menepis fikiranya.

" Apa aku jatuh cinta lagi? Tapi sejak kapan? " Maxime prustasi. lelaki itu buru-buru menjauhkan ponselnya.

" Tidak Max, kamu tidak boleh jatuh cinta sama Dinda. dia itu hanya milik Rizky! Kamu tidak boleh mengkhianati sahabat kamu! Kamu harus buang perasaan ini jauh-jauh " gumamnya prustasi.

" Tapi bagaimana bisa? Setelah pernikahan kita berlangsung kita akan sering bertemu, dan usaha melupakan Dinda akan semakin sulit. Arrrrgghhhhh.... "

*****

Audi sedang berada di kamarnya, matanya tak lepas dari layar laptop, Gadis itu adalah seorang mahasiswi yang bekerja part-time untuk membiayai kuliahnya, bukan karena keluarganya tidak mampu membiayainya, hanya saja gadis itu ingin hidup mandiri.

Saat sedang sibuk membaca artikel bisnis yang tertera di laptopnya, perhatian Audi sedikit tersita oleh sebuah postingan blog seseorang, artikel yang di post itu berjudul " Cucu Mr.Antonio, Billy Davidson Antonio telah pulang dari New York " lalu dengan seksama gadis itu melihat foto seorang pemuda yang tak asing baginya, Foto itu di beri nama Billy Davidson Antonio. di foto, pemuda itu terlihat tampan dan sangat berwibawa dengan stelan jas lengkap.

" Ini kan? " Audi berfikir keras mencoba mengingat-ingat apa yang ingin ia ingat

.
" Ah.. Iya, ini lelaki yang ada di makam itu " Audi tersenyum ketika mengingat Billy yang tanpa ragu memeluknya waktu itu.

" Jadi namanya Billy, dan dia cucu Mr.Antonio? sebentar, bukanya cucu Mr.Antonio itu hanya Rizky dan Ghina? "

Audi semakin bingung, gadis itu hanya tahu bahwa Mr.Antonio hanya memiliki 2 cucu, dan salah satu cucunya adalah suami dari Michelle, kakaknya.

Ya, Audi adalah adik Michelle, selama ini gadis itu tinggal di luar kota, dan baru saja kembali ke Jakarta setelah memutuskan untuk pindah kuliah, waktu itu dia mendapat tawaran kerja yang gajinya lumayan besar di Jakarta jadi dia memutuskan untuk kembali.

Audi juga berfikir bahwa kakaknya sangat membutuhkanya sekarang ini. karena gadis itu memgetahui hubungan kakaknya dengan Rizky tidak begitu baik.

" Apa aku tanya kak Michelle? " fikirnya lagi.

" Lelaki yang tampan tapi rapuh " gumamnya menyimpulkan.

" Semoga kita bisa bertemu lagi ya Bil " Audi tersenyum tipis, matanya tak lepas dari layar laptop yang terdapat foto Billy.

Tok..

Tok..

Tok..

" Masuk aja " Audi yang mendengar ketukan pintu langsung mempersilahkan masuk. lalu gadis itu menoleh ke arah pintu. ia mendapati Michelle disana.

" Kak Ichell? " Audi mengerutkan dahi ketika melihat Michelle yang menghampirinya dengan mata yang sembab.

" Rizky lagi? " Audi sepertinya tahu betul penyebab air mata kakaknya.

Michelle hanya mengangguk meng-iyakan, lalu meraih adiknya ke pelukanya, Audi hanya mengelus punggung Michelle mencoba menenangkan.

" Sampai kapan cha? " Michelle slalu memanggil Audi dengan 'Icha' mengingat namanya adalah Audi Marissa, Itu panggilan keluarganya terhadap Audi.

" Kamu harus sabar kak. aku yakin, suatu saat nanti Rizky akan mencintai kakak.. " Audi tersenyum tanganya menyeka air mata Michelle.

" Aku capek cha.. setiap hari Rizky slalu cuek, ketus, marah-marah, tidak pernah sedikitpun dia bersikap lembut " Michelle menunduk sambil menyeka air matanya yang tak berhenti tumpah.

" Kakak tidak boleh menyerah. kakak harus bisa membuat Rizky jatuh cinta lagi sama kakak " perkataan Audi membuat Michelle menoleh. " Maksud kamu? "

" Kehangatan sebuah keluarga bisa di dapatkan setelah hadirnya seorang anak, dan orang-orang yang pernikahanya tidak di dasari dengan cinta bisa bertahan karena seorang anak, aku rasa, You know what i mean kak "

" Jadi? " Michelle menatap Audi. Audi hanya tersenyum dan berkata " Semoga kakak cepat hamil, Ikat Rizky dengan anak itu "

" Tapi bagaimana mungkin aku bisa hamil kalau Rizky jarang menyentuhku? semalam saja dia melakukan itu tanpa sadar dan mengira aku ini Dinda.. "

" Icha akan bantu kakak. " Audi menyeringai dan membisikan sesuatu pada Michelle. sejurus kemudian Michelle tersenyum.

" Thanks cha " Michelle tersenyum seraya menghapus sisa air matanya.

Audi mengangguk, Michelle menarik Audi ke pelukanya.
Tapi mata Michelle membulat sempurna saat melihat seseorang dibalik layar laptop itu. " Billy? " gumamnya dalam hati.

******

" Aku akan membuat kamu merengek minta di puaskan malam ini Rizky " Michelle menyeringai.

" Aku ingin anak kita tumbuh dengan segera di rahimku, agar kamu tidak akan mudah melepaskanku " lanjutnya.

Obat ini sangat keras, dan tidak bisa digunakan untuk main-main. Michelle mengamati bubuk putih dalam wadah kecil di depannya. Sangat keras, sekaligus sangat efektif.
Dan kalau lelaki itu meminumnya, maka lelaki itu akan menyerah pada Michelle, dan menyenangkan dirinya.

Dengan gerakan pelan penuh perhitungan, Michelle mencampurkan bubuk putih tanpa rasa itu ke dalam minuman Rizky.

Obat ini akan membuat Rizky tersiksa, meminta dipuaskan. Kalau tidak ada yang memuaskannya, lelaki itu akan merasa seluruh tubuhnya terbakar, kesakitan. Dan Michelle yakin, Rizky akan meminta, bahkan memohon-mohon pada dirinya malam ini.

Malam ini lelaki itu akan menyerah dalam tanganku.
Michelle tersenyum dalam hati, menanti apa yang akan terjadi.

Michelle berjalan menuju kamar Rizky, dengan senyuman lebar perempuan itu membawa secangkir minuman untuk suaminya itu.
Michelle melihat Rizky sedang berkutat dengan laptopnya sambil sesekali melirik ke arah ponselnya, Michelle mengerutkan kening, bingung dengan apa yang Rizky lakukan.

" Boleh aku masuk? " Michelle meminta izin saat dia berada di ambang pintu.
Rizky menoleh kemudian mengangguk. Michelle tersenyum dan menyodorkan secangkir teh hangat yang telah dicampur sesuatu olehnya. " Lelah? minumlah! " kata Michelle, Rizky yang tak melepaskan tatapanya pada laptop pun meraih minuman itu dan tanpa ragu menegaknya.

" Terimakasih " Rizky mengembalikan cangkir yang telah kosong itu pada Michelle. " Sama-Sama Ky "
Michelle tersenyum penuh kemenangan.

" Sebentar lagi obatnya bereaksi " Michelle membatin.

1

2

3

Michelle menghitung dalam hati, dilihatnya Rizky yang nampak gelisah, entah kenapa kepalanya terasa pening, dan seluruh tubuhnya menggelenyar…. Kepanasan…
Ada apa ini? Rizky meraba dahinya sendiri, terasa panas, Apakah dia demam ? Napas Rizky terengah, semuanya terasa panas….. terasa panas… Rizky sangat butuh.....

Michelle mendekat, dan melihat Rizky sudah  berbaring disana dengan tatapan mata tersiksa, tubuhnya menggeliat di atas ranjang berseprei satin putih itu seperti kepanasan,

“Tolong…panas….” Suara Rizky mendesah, serak seperti kesakitan.

“Kamu mau minum?” Dengan cekatan Michelle mengambil gelas air di meja pinggir ranjang, perempuan itu pura-pura polos.

“Sini, aku bantu kamu minum.” Michelle bangkit dan mengangkat tubuh Rizky, lalu mencoba membuatnya berdiri. Tubuh Rizky menggayut lemah di lengannya, dan napas lelaki tu terengah,

“Panas…. Tolong… panas….” Sekali lagi Rizky mendesahkan suara itu, suara kepanasan, seperti tersiksa.

Michelle meminumkan air itu kepada Rizky, dan dengan rakus Rizky menghirup air itu, tetapi napasnya tetap terengah, dan dia masih tampak tersiksa oleh rasa panas yang mendera tubuhnya.

Wajah Rizky merona kemerahan, napasnya terengah, dan matanya sedikit tidak fokus.

“sakit….tubuhku… panas…”
Michelle tersenyum dengan kelembutan yang aneh, Rizky benar-benar tidak tahu apa yang terjadi kepada dirinya, bahwa hanya ada satu cara untuk menyembuhkan Rizky dari kesakitannya.

Dan Rizky membutuhkan Michelle untuk itu.
" Apa yang terjadi? " ucap rizky parau.

Michelle merengkuh Rizky lagi dan berbisik lembut di telinga Rizky “Aku bisa membantumu menyembuhkan rasa sakitmu,” sambil berbicara, tangannya yang bebas turun ke dada Rizky, erangan Rizky ketika merasakan jemari Michelle terdengar begitu menderita,
“terlalu sensitif, sayang? Kamu membutuhkan pelampiasan dengan segera
bukan?” Tangan Michelle bergerak kesana-kesini, perempuan itu sedang berusaha menggoda Rizky, perempuan itu menjebak Rizky dengan obat perangsang.

“Tidak!” Rizky mencoba berteriak dan mencengkeram lengan Michelle.

“Jangan! Kamu tidak boleh melakukannya! cukup sekali aku mengkhianati Dinda!”

“Ini satu-satunya cara, sayang,” suara Michelle terdengar sedikit parau,

“biarkan aku membantu kamu.”

Rizky mengerang ketika denyutan itu meningkat seiring dengan sentuhan Michelle. Otaknya memberontak atas apa yang dilakukan perempuan itu dengan jari-jarinya, tapi tubuhnya tak kuasa menolaknya.

" Lakukan Ky, tanam benih kamu dalam rahimku " batin Michelle.

Kini..
Kecupan demi kecupan didaratkan Rizky pada sekujur tubuh polos Michelle. Belaian-belaian kehangatan pun dilakukan Rizky demi menyembuhkan dirinya, Tidak ada pilihan lain, ini satu-satunya cara. fikirnya. Michelle berusaha membalas kehangatan itu dengan mencium setiap inci tubuh Rizky yang dapat diraihnya. Hingga mereka mengira tidak dapat menahan keinginan ini lagi, Michelle merasakan belaian hangat di daerah sensitifnya. Belaian itu lembut, tetapi mampu membuat Michelle ingin menjerit.

" Aku tidak akan pernah melepaskan kamu " gumamnya dalam hati.

*****

From : Irsyad

Ky, Billy telah berhasil di culik, pernikahan Dinda dan Maxime bisa dilaksanakan sekarang juga.

Rizky membuang nafas lega saat menerima pesan singkat dari Irsyad, lelaki itu memang telah banyak membantunya dan Rizky sangat berterima-kasih untuk itu. saat telah membalas pesan singkat dari Irsyad, Rizky pun bergegas pergi menuju pernikahan kekasihnya dan sahabatnya itu.

" Hari ini kamu akan sah menjadi isteri orang lain " Rizky membatin.

Hari ini adalah hari pernikahan Dinda dan Maxime, dengan berat hati Rizky menghadirinya, bagaimana pun melihat seseorang yang kita cinta menikah dengan orang lain itu sangat menyakitkan bukan? Tapi Rizky berusaha untuk tidak egois kali ini, semua yang dilakukanya hanyalah untuk Dinda.

Sebelumnya Rizky telah datang ke panti rehabilitasi untuk menemui ayah Dinda disana, kedatangan Rizky kesana tentu saja untuk meminta Ayah Dinda ( Mathias Muchus ) menjadi wali nikah Dinda. awalnya Mathias sempat bingung dengan pernikahan anaknya yang bisa di katakan mendadak ini, tapi setelah Rizky menjelaskan semuanya akhirnya Mathias mengerti. perkembangan kesehatan Mathias sangat pesat, lelaki paruh baya itu sudah bersih dari narkoba dan bahkan sebentar lagi ia akan bebas dari panti rehabilitasi.

Ali, dan Ghina juga pada awalnya terkejut dengan pernikahan mendadak ini, tapi lagi-lagi setelah Rizky menjelaskan, mereka pun mengerti. Ali dan Ghina saat ini hanya merasa prihatin terhadap Dinda dan Rizky.
Pernikahan ini hanya di hadiri orang-orang terdekat saja, mereka tidak ingin mengambil resiko jika pernikahan ini di laksanankan secara besar-besaran damengundang banyak orang, semua itu akan membahayakan. untungnya Keluarga Maxime mengerti setelah di beri tahu bahwa Maxime ingin pelaksanaan pernikahanya berlangsung secara khidmat tanpa banyak media yang meng-ekspos. bagaimana pun Maxime sudah dianggap sebagai salah satu keluarga dari Mr.Antonio. keluarga terhormat yang tak lepas dari berita-berita heboh dan menarik seperti biasanya.

Keluarga Maxime sangat baik dan menerima Dinda dengan baik juga. Maxime cukup merasa lega dengan itu semua.

Dinda mematut dirinya didepan cermin dan memandangi lamat-lamat penampilan serta wajahnya yang hari ini begitu berbeda atau bisa dibilang cantik juga mempesona dengan balutan kebaya putih pemberian dari ibu Maxime.

Kebaya yang dipakai Dinda termasuk warisan turun temurun yang sudah dipakai oleh Ibu Maxime ( Maeva Amin ) dan para wanita keturunan keluarga Maxime.

Tak ada raut bahagia dari wajah perempuan berkulit eksotis itu, ini hari pernikahanya yang sama sekali tidak di inginkanya. baginya dia sendiri masih asing dengan Maxime. dan Dinda merasa sangat sedih, karena ibunya tak bisa menyaksikan pernikahanya.

Tes...

Setitik air mata keluar diujung kedua matanya tak kala mengingat-ingat ibunya.
"Ibu." Batinnya lirih.

SREK...

Pintu ruangan rias terbukan dan menampilkan seorang wanita paruh mengenakan gaun berwarna golden nampak sangat glammour.

"Kamu sangat cantik sekali Dinda ." Puji Maeva pada calon menantunya itu.

"Terima kasih Tante." Balasnya seraya menghapus jejak air matanya.

"Apa kamu menangis?" tanya Maeva cemas.

Gelengan pelan Dinda lakukan, gadis cantik ini tersenyum lebar menatap wanita paruh baya itu, "Ti-tidak Tante." Elaknya.

Maeva duduk disebelah Dinda lalu memandang lembut, "Apa kamu sedang memikirkan ibumu?"

Dinda diam dan bibirnya terkatup rapat namun air matanya menetes deras mendengarnya.

Maeva menghapus lelehan air mata Dinda, "Jangan menangis dan bersedih sayang, Mulai sekarang kita adalah keluarga dan panggil aku ibu jangan Tante lagi,"

GREP...

Dinda menubrukkan dirinya memeluk erat tubuh Maeva "Te-terima kasih, i-ibu." Isaknya pelan.

"Sama-sama. berhenti menangis ya! karena kamu merusak make up diwajah kamu," ucap Maeva seraya melepaskan pelukkan Dinda.

SREK...

Tiba-tiba seorang pelayan datang menghampiri Maeva "Nyonya semuanya sudah menunggu," ucapnya sopan seraya membungkukkan tubuhnya.

" Baik, sebentar lagu kami akan keluar "

"Baik, Nyonya."

Maeva membantu Dinda berdiri,
Dinda berjalan diringi dan ditemani oleh Maeva ke dalam ruang tengah rumah Maxime, wajahnya ditundukkan hanya lantai yang menjadi pemandangannya selama menuju tempat itu.

Entah apakah yang dilakukannya saat ini benar atau tidak mengingat ini menyangkut masa depannya.
" Keluarga ini sangat baik Tuhan, Aku sangat tidak tega jika suatu saat nanti aku harus menghancurkan hati mereka dengan meninggalkan Maxime. Apa yang harus aku lakukan? " Dinda membatin.

Saat Dinda sampai ke tempat dimana Maxime berada.  nampak Maxime yang tampan juga gagah dengan jas hitam yang dipakainya. Setelah Dinda dan Maxime duduk didepan penghulu, pernikahan langsung digelar. Keduanya mengikuti semua syarat-syarat  pernikahan dengan khidmat dan tenang, setelah semua itu dilakukan penghulu mensahkan mereka sebagai suami istri.

Setelah pelaksanaan pernikahan selesai Maeva menangis bahagia menyaksikkan pernikahan putranya, akhirnya keinginannya bisa terwujud melihat putranya menikah dan membangun sebuah keluarga.

"Sudah-lah Mah, kamu jangan menangis terus. Ini bukan upacara kematian anak kita." Pinta (Surya Saputra) pada istrinya yang saat ini duduk disebelahnya.

"Ini tangis bahagia pah.." ucap Maeva sesenggukkan.

"Aku tahu, tapi bisa kan kamu menghentikan tangismu." Ujar Surya pada istrinya karna tangisan darinya cukup menggangu pelaksanaan pernikahan.

"Ba-baik pah." Maeva berusaha menghentikan tangisannya.

Upacara akhirnya selesai dan keduanya telah resmi menjadi suami istri. Dinda mencium punggung tangan Maxime sebagai tanda hormatnya kepada suaminya kini, sedangkab Maxime mencium Dinda tepat dibibirnya, walupun ini bukan sebuah ciuman yang mesra tapi Dinda cukup tersentak dengan perlakuan Maxime

.
" Kalau kak Rizky ada disini, bahaya " gumam Ghina dalam hati setelah melihat Maxime yang mencium Dinda.
Maxime hanya sekedar menempelkan bibirnya saja.

Namun tetap saja hal ini membuat wajah Dinda merona merah dan malu.
"Selamat atas pernikahannya." Teriak Maeva dengan penuh semangat dan kegembiraan.

Surya mengahampiri Maxime dan memberinya selamat atas pernikahan putra pertamanya itu.

"Selamat Max akhirnya kamu menjadi suami. Jaga istrimu dengan baik dan jangan sampai kamu sakiti dia."
Surya memberi wejangan dan nasehat pada Maxime.

"Baik ayah." Ucap Maxime penuh hormat pada sang ayah.

Sang Ayah meminta Maxime untuk selalu menjaga dan melindungi Dinda dengan segenap jiwa raganya. Jika sampai Maxime melukai dan menyakiti Dinda maka ia tak segan-segan untuk member Maxime hukuman.

Maxime hanya bisa tersenyum mengangguk pada sang Ayah menanggapi permintaannya. Karena ia tak bisa berjanji tak akan menyakiti dan membahagiakan Dinda karena dari awal pernikahan ini tak berlandaskan cinta sama sekali. lebih tepatnya pernikahan ini hanya berlandaskan cinta sepihak. Maxime mengakui bahwa ia mulai mencintai isterinya.

" Selamat nak, Jaga anaku dengan baik Max. " Mathias menghampiri Dinda dan Maxime, dan pasangan suami isteri itu langsung mencium punggung tangan Mathias bergantian. Dinda menangis dan langsung menarik Mathias ke dalam pelukanya.

" Aku rindu ayah, maaf selama ayah di panti, Dinda jarang menjenguk, Din... " belum sempat Dinda melanjutkan ucapanya, Mathias langsung melepaskan pelukan Dinda dan tersenyum pada anak perempuanya " Tidak apa-apa, ayah mengerti "

Kemudian Mathias membisikan sesuatu pada Maxime, membuat dahi Dinda berkerut. " Aku tahu, anakku hanya mencintai satu lelaki saja, tapi tidak menutup kemungkinan kamu akan masuk ke dalam hatinya juga, pepatah jawa pernah mengatakan, witing tresno jalaran soko kulino, cinta akan datang karena sering bertemu, kamu tahu maksudku kan? aku tahu kamu juga mencintai anakku, aku bisa melihat binar matamu ketika melihat anakku " Mathias tersenyum dan mengalihkan pandanganya kepada Ali, anak bungsunya. lalu merangkul Ali dan berjalan menuju keluar.

Dinda memandang Maxime seperti berkata 'Apa?' dan Maxime hanya mengangkat bahu sejurus kemudian tersenyum.

" Witing tresno jalaran soko kulino " gumam Maxime dalam hati.

Taksi warna biru berhenti di depan rumah Maxime dengan mendadak. Menyisakan suara decit ban yang terngiang di telinga dan debar jantung. Lelaki berjaket kulit itu turun dengan tergesa-gesa setelah mengucapkan terima kasih pada sopir taksi yang menggerutu dalam hati lantaran hampir menabrak penyeberang jalan. Ia menggaruk-garuk kepalanya sambil memandangi rumah Maxime yang menjulang. Diliriknya jam tangan sekilas, lantas bergegas masuk.

Lelaki itu yang adalah Rizky, Rizky masuk ke dalam rumah Maxime dan tersenyum hambar saat melihat Dinda yang sedang tertawa dengan Maxime.

" Aku belum pernah melihat tawa seindah itu sebelumnya Din.. " gumamnya lirih.

Tanpa ragu, Rizky menghampiri kedua pasangan pengantin itu,
"Selamat atas pernikahannya, ." Ucap Rizky memberi selamat pada sahabatnya yang terlihat kaget saat melihatnya kedatangannya di pernikahannya.

" Gue harap lo ingat Max, bahwa pernikahan ini hanyalah pernikahan sementara. lo harus ingat janji lo, lo harus ingat baik-baik komitmen kita " Rizky mengingatkan, dan dibalas anggukan setengah hati dari Maxime.

Lalu Rizky mengulurkan tanganya juga pada Dinda, Dinda menerima uluran itu dengan getir, dia sangat merindukan Rizky, dia sangat mencintai lelaki itu, dan andai saja Rizky yang berada disampingnya sekarang, bukan Maxime.

" Jaga anak kita baik-baik Dinda.. " Rizky berusaha menyunggingkan senyuman ke arah Dinda.

" Ky, sebenarnya keluarga gue menginginkan gue dan Dinda bulan madu di Paris. Kita akan berangkat minggu depan. "

" Apa? , gue akan ikut untuk memastikan bahwa kalian tidak akan macam-macam "

*****

Maxime paham bahwa ini bukanlah malam yang biasa. Bukan juga karena tiba-tiba bulan terbelah dua. Tapi karena malam ini adalah malam pertamanya.

Maxime dan Dinda memutuskan tidur sekamar untuk sementara waktu, Maxime tidak ingin keluarganya curiga tentang keadaan yang sebenarnya.

mereka akan memutuskan untuk pisah kamar setelah keluarga Maxime pulang.

Maxime sudah mencoba menggigiti bagian dalam mulutnya sendiri dalam diam dan tersentak oleh rasa sakitnya, jadi ia yakin ini bukan mimpi. Tapi tetap saja ia masih tidak percaya bahwa sekarang ia sedang berada di sebuah kamar pengantin yang dihias sedemikian rupa, bersama seorang wanita yang sejak 10 jam terakhir ini resmi menjadi istrinya.

Dinda Kirana.

Lalu sekarang mereka terjebak di dalam kamar pengantin dengan Dinda yang tengah berbaring miring di atas ranjang. Tubuh rampingnya terbalut gaun tidur yang sepasang dengan piyama yang dipakai oleh Maxime. Keengganan keduanya untuk memulai pembicaraan membuat oksigen di ruangan itu serasa menipis. Tapi kemudian Maxime mendengar gumaman lirih dari wanita itu.

"Maaf."

Merasa sedikit tertarik dengan ucapan istrinya, Maxime ikut naik ke atas ranjang dan menyandarkan punggungnya ke atas tumpukan bantal. "Oke. Aku tahu janjiku Dinda, aku tidak akan menyentuhmu" Maxime frontal saja. Didengarnya suara derit per ranjang saat Dinda membalikkan tubuh menghadapnya. Mata bak bola kaca berwarna hitam milik wanita itu menatap Maxime aneh.

" Aku minta maaf bukan karena itu Max " Kata Dinda tegas yang hanya ditanggapi dengan gedikan samar oleh Maxime.

" Lalu? "

" Aku minta maaf karena sudah melibatkan kamu dalam situasi seperti ini "
Maxime mendengus pelan " Aku yang mau menuruti permintaan Rizky bukan? kamu tidak salah apa-apa Dinda. Aku mohon, jangan bahas masalah ini lagi "

Dinda tidak bicara apa-apa lagi dan hanya menunggui Maxime hingga pria itu membaringkan tubuhnya sendiri di sebelahnya. Satu lengan dinaikkan ke atas dahi untuk menutupi matanya sementara yang lain diletakkan di atas perut.

"Maxime?" panggil Dinda yang membuat Maxime mendesis rendah dan menoleh dengan tatapan tajam. Tapi Dinda tidak gentar dan balas menatap Maxime tepat di mata karena ia ingin pria itu memahami benar yang akan dikatakannya.

"Aku sungguh-sungguh minta maaf, Max. seharusnya kamu bahagia di hari pernikahan kamu, bukan seperti ini." Manik mata Dinda terlihat berkilat dan napasnya terdengar berat.

Maxime ikut menghela napas yang tadi sempat ditahannya. Ia tidak bodoh dan ia juga tahu—atau setidaknya bisa mengira—bagaimana perasaan sakit yang dirasa wanita di sampingnya. " Aku bahagia Dinda, aku bahagia dengan pernikahan kita " Maxime membatin.

" Keluarga kamu sangat baik Max, terlebih ibu kamu. aku tidak tega jika suatu saat harus mengecewakan mereka " Senyum miring tercetak di wajah ayu itu sebelum Dinda menelentangkan dirinya dan menatap langit-langit.

Maxime hanya diam..

Maxime yakin, meski ia begitu menggoda iman wanita, wanita di depannya ini masuk ke dalam kategori yang tidak menjadikan wajah tampan sebagai standar pasangan idaman. Terbukti benar karena Dinda tidak beringas seperti wanita-wanita yang mengejarnya. Intinya, Dinda tidak suka padanya dan dia semakin menyukai perempuan itu.

"Kamu tidak  apa-apa? " Dinda yang melihat Maxime diam saja berinisiatif untuk bertanya tapi Maxime hanya menggeleng.

Hening kembali menyekap sepasang pengantin anyar dalam babak sunyi yang baru.

" Maxime? walaupun pernikahan kita tak berlandaskan cinta tapi aku akan berusaha menjadi isteri terbaik untuk kamu dan menantu terbaik untuk keluarga kamu "

Maxime melirik Dinda yang masih lurus menatap langit-langit kamar. Dari arah tatapannya, Dinda terlihat cukup tenang. Setidaknya Maxime tidak melihat adanya tanda-tanda air mata.

Maxime teringat dengan kejadian di acara pernikahanya tadi. Saat ia tanpa sengaja melihat istrinya itu memerah matanya dan terlihat menahan tangis sambil menggigit bibir bawahnya. Matanya lurus menatap ke pintu masuk rumah. Di sana, Rizky berdiri diam seperti patung tanpa niat ingin bergabung ke dalam setelah mengucapkan selamat pada dirinya dan isterinya itu.

Saat itu juga, air mata mengalir dari kedua mata Dinda yang hanya berdiri kaku di sebelah Maxime. Napasnya tersengal-sengal.

Dan itu jadi saat terburuk bagi Maxime yang tiba-tiba merasa seperti orang ketiga dalam dua orang yang saling mencintai.

keesokan paginya, saat Maxime terbangun dan meregangkan tubuhnya hingga tangannya tanpa sengaja menyentuh bantal yang dipakai Dinda semalam, ia mendapati sarung pembungkusnya basah sebasah-basahnya.

" Kamu menangis Din? "

*****

"Max, gue pikir lo akan cuti hari ini! lo kan baru menikah kemarin!" Rayn (Rayn Wijaya tahu kan? kalau gak tahu search google) menatap Maxime ngeri, seolah pria itu bukan manusia. Bagi Rayn, tingkah sobat sekantornya  itu sungguh tidak bersyukur. Sudah punya istri cantik dan jatah cuti untuk berbulan madu, ehh malah muncul di kantor dan langsung menyuruh ini-itu pada bawahannya.
Sebelumnya Maxime sering bercerita tentang Dinda, dan memperlihatkan foto Dinda jadi Rayn bisa mengetahui bahwa Dinda sangat cantik.

Rayn adalah teman sekantor Maxime dan salah satu orang yang mengetahui pernikahanya dengan Dinda.

"Cuti? Dan membiarkan lo mengacau di sini? Tidak, terima kasih." Jawab Maxime dengan mata terpaku pada dokumen yang baru saja diserahkan Rayn.

Wajah Rayn yang tadinya cemberut itu berubah mesum saat ia menarik kursinya mendekati kursi sang atasan lantas berbisik rendah. "Hei, bagaimana malam pertamanya? Lancar kan? "
Gerakan tangan Maxime terhenti, lalu detik berikutnya Rayn sudah melipir mepet tembok karena dihadiahi death glare gratis. Rayn sebaiknya minta maaf sebelum pena berujung runcing di tangan Maxime terlempar ke arahnya.

"Ma-Maaf a—"

"Tidak ada apa-apa." Maxime—tanpa diduga—menjawab santai sambil menandatangani dokumen itu dan melemparnya ke atas meja. Ia menutup penanya dan menatap Rayn yang nampak tak percaya. " Gue gak bohong."

"Ini lo atau istri lo yang tidak normal?" Rayn menggaruk kepalanya sambil menarik kursinya mendekat lagi.

"Memangnya apa yang kalian lakukan semalam?"

"Mengobrol."

"Menggeobrol? cuma mengobrol? selama putus dari Nadya gue tidak pernah melihat lo ngobrol dengan perempuan lain" Cibir Rayn.

"Ini beda. Dinda tidak seperti wanita-wanita sinting yang suka buat keributan itu."Maxime beralasan.

"Baiklah… jelas beda sih, dia jauh lebih cantik dari fans-lo" Rayn duduk lagi di hadapan Maxime, "Jadi, kalian mengobrolkan apa?"

Maxime melirik Rayn dengan ekor matanya dan menjawab pendek. "Mantannya." Tentu saja jawaban itu membuahkan keterkejutan di wajah sobatnya. Rayn tidak mengetahui hubungan rumit yang tengah dijalani sobatnya sekaligus atasanya itu. dan Maxime sengaja menyebut Rizky sebagai mantanya Dinda.

"Kalian tidak normal." Rayn mengelus dada. "Baru gue dengar ada pasangan yang membicarakan mantannya di malam pertama."

"Lalu bagaimana saat lo bangun tadi pagi? Terkejut ya, melihat sekarang terbangun bersisian dengan seorang wanita? Aahhh… membayangkannya membuat gue ingin langsung melamar pacar gue sekarang juga. Max beritahu gue! Kata Junior yang dari departemen pemasaran—yang baru menikah dengan Nayla, teman SMA kita, pagi hari setelah menikah itu adalah saat-saat paling menyenangkan! Ada yang membangunkan, tiba-tiba sudah ada sarapan, air mandi dan baju ganti sudah disiapkan…"

Sementara Rayn berceloteh, Maxime malah sibuk melamun. Ralat, bukan melamun melainkan mengingat kembali kejadian tadi pagi, sejak ia menemukan bantal bersarung basah.

" Gue akan cuti minggu depan setelah mendapat seseorang untuk menghandle perusahaan, yang jelas bukan lo " ketus Maxime.

" Eh? "

*****

Dinda sedang duduk termenung di kamarnya, seperti sedang memikirkan sesuatu, lalu Dinda nampak meraih ponselnya yang tergeletak di kasur. setelah nampak mematangkan fikiranya Dinda pun mengetik sesuatu di layar ponselnya.

To : Rizky

Ky, Aku ingin mengakhiri hubungan kita.

Beberapa saat kemudian..

Ponsel yang tergeletak di meja berdering tanpa jeda barang sedetik saja. Dinda hanya menatap ponsel di meja riasnya dari tempat tidur, menghadapi dilema tingkat akut. Mengambil ponselnya atau tetap diam.

Tidak ada yang menemaninya, hanya dering ponsel yang setia mengalun menemaninya, sementara hujan turun begitu deras bagai badai saat itu. Akhirnya Dinda berdiri, mengambil ponselnya.

Layar ponsel itu menampilkan bermacam-macam logo, tapi dengan nama yang sama.

Rizky Nazar.

30 miss called, 200 SMS, 50 line. semuanya bergabung menjadi satu kesatuan nama.

Dinda terdiam. Jujur saja, dia sangat mencintai Rizky dan butuh bertahun-tahun lamanya untuk menghilangkan perasaan itu barang sedikit saja. Mustahil untuk melupakannya dalam tempo yang sesingkat-singkatnya.

Tanpa sadar, tangannya menekan tombol
READ.

199 SMS berisi hal yang sama. yaitu Rizky ingin menemui Dinda sekarang juga,

Kecuali satu.

From : Rizky
Buka jendelamu atau aku akan memanjat naik dan masuk dengan paksa!

Dinda terkesiap. Itu artinya Rizky ada di depan rumahnya? Di luar sana? Di tengah hujan sederas ini?

From : Rizky
Baik! Aku akan memanjat sekarang ..

Tanpa pikir panjang Dinda langsung bangkit, menyibak tirai jendela dan membuka jendela lebar-lebar.

"Kenapa kamu disini?!" seru Dinda, " Pulanglah! Kita tidak punya hubungan apa-apa lagi!"

"Aku tidak akan pulang sebelum kamu mau mendengarkanku, Dinda!" seru Rizky. Matanya menatap mata  Dinda lekat-lekat.

"Aku tidak mau mendengar apa-apa lagi! PERGILAH!"
Tanpa menghiraukan kata-kata Dinda, dan tanpa memedulikan hujan yang tengah mengguyurnya tanpa ampun, ia berteriak,

"Kumohon, dengarkan aku!"
"Aku tidak peduli!" seru Dinda. dengan kasar ia menutup jendela dan menyibak tirai jendelanya lagi.

"AKU AKAN MENUNGGU! Aku akan menunggu sampai kamu mau berbicara denganky!" seru Rizky.

Tak ada jawaban.

Tapi Rizky tidak menyerah begitu saja.

Hanya ada Dinda seorang dalam hatinya, dan dia tidak ingin kehilangan setengah dari hatinya.

Hari semakin gelap, sudah 3 jam Rizky menunggu dan hujan masih belum berhenti, malah semakin deras seakan hujan ini mewakili perasaannya yang hancur.

Entah apa maksud Dinda yang tiba-tiba saja ingin mengakhiri hubunganya.
Rizky bisa sedikit bernafas lega karena jaket yang digunakannya berbahan anti air. Tapi tidak menjamin ia bisa selamat menghadapi badai seperti ini.

1 jam..

2 jam..

3 jam..

Perempuan itu masih belum muncul.

Tapi Rizky yakin gadis itu memperhatikannya dari celah jendela yang tidak tertutup. Instingnya tidak bisa diragukan kalau soal orang yang dicintainya.

Matanya tidak bisa lepas dari jendela kamar Dinda yang juga adalah kamar Maxime.

Hujan ini tidak bisa mengalahkan tekadnya.
Sesekali Dinda mengintip ke luar. Hujan kali ini di luar perkiraannya. Hujan terus mengguyur tanpa ampun, seakan menunggu dirinya menemui Rizky. Lihat! Bahkan hujan berpihak pada Rizky sekarang.

Kalau Dinda terus membiarkannya…

Rizky bisa sakit! Atau bahkan lebih buruk lagi! seru Dinda dalam hatinya.

Dinda gemetaran sementara perasaannya bergejolak, seakan ada sisi bagian jahat dan bagian baik yang berperang demi menjadi penentu apa yang harus dilakukan oleh Dinda saat ini. Benar-benar dilema berat.

Namun akhirnya ia bisa memutuskan apa yang harus dia lakukan.

Tanpa berpikir panjang, ia langsung bangkit dan menuruni tangga, menyambar payung dan segera keluar menjemput Rizky.

"Rizky!" seru Dinda, menghampiri Rizky yang sedang duduk di trotoar.
"Dinda.. aku.."

" –Masuklah!" kata Dinda memotong kalimat Rizky.

" Ada apa? aku tidak punya banyak waktu, aku takut tetangga lihat dan salah faham "

" Kenapa kamu ingin mengakhiri hubungan kita? " Tanya Rizky.

" Aku hanya ingin mengakhiri apa yang harusnya di akhiri " ketus Dinda tanpa menoleh ke arah Rizky. untung keluarga Maxime telah pulang, kalau Tidak, bisa bahaya melihat Rizky masuk ke rumah Dinda tanpa kehadiran Maxime disana.
Rizky yang sedari tadi duduk langsung bangkit dari duduknya " Mengakhiri apa yang harusnya di akhiri? maksud kamu apa Din? " Rizky semakin tak mengerti.
Dinda menghela nafas panjang " Hubungan kita tidak sehat Rizky, bagaimanapun kita sudah mempunyai pasangan masing-masing, kamu adalah suami sah dari Michelle sedangkan aku adalah isteri sah dari Maxime."

" Kamu menganggap bahwa pernikahan kamu dengan Max----- "

" Ya, aku melihat keluarga Maxime yang baik padaku dan aku melihat mereka menaruh harapan besar padaku Ky, belum lagi aku tidak tega melihat Michelle. dia sangat mencintai kamu Ky, aku tahu itu "

Rizky menatap Dinda tajam. " KAMU MEMIKIRKAN PERASAAN ORANG LAIN TAPI TIDAK DENGAN PERASAAN AKU! " nada suara Rizky meninggi membuat Dinda tersentak.

" AKU MENYURUH MAXIME MENIKAHIMU UNTUK MENJAGAMU DINDA! AKU MENIKAHI MICHELLE UNTUK MELINDUNGI KAMU! DAN AKU PURA-PURA MATI JUGA UNTUK KAMU! LALU APA YANG AKU DAPAT SEKARANG HAH? INI? " suara Rizky makin meninggi, Dinda memejamkan matanya, menggigit bibir bawahnya.

" KAMU INGIN MEMULAI HIDUP BARU DENGAN MAXIME? BEGITU? IYA? DAN KAMU MAU AKU TETAP DENGAN MICHELLE? IYA? " Rizky mulai tak bisa mengontrol emosinya, nafasnya nampak terengah-engah.

Sedangkan Dinda merasa menyesal dengan apa keputusanya tadi, dia merasa seperti orang yang tidak tahu caranya berterimakasih. " Ky.. A-ku.. "

" DARI DULU KAMU HANYA MEMIKIRKAN PERASAAN ORANG LAIN DINDA! "

" CUKUP RIZKY CUKUP! DULU KITA EGOIS, DAN APA YANG KITA DAPAT DARI KEEGOISAN KITA? INI? AKU TIDAK MAU MENGULANGI KESALAHAN YANG SAMA UNTUK KEDUA KALINYA " Suara Dinda ikut meninggi.
Ini perseteruan diantara dua orang yang saling mencintai.

.
" Baiklah, kamu benar-benar mau mengakhiri hubungan kita? " suara Rizky menjadi pelan dan melemah.

" Kamu sudah tidak mencintaiku? "

" Aku berjuang mati-matian untuk mempertahankan kita tapi ini yang kamu inginkan Din? aku tidak bisa apa-apa "

Dinda tetap diam di tempat sementara Rizky sudah memakai jaketnya kembali dan memegang handle pintu rumah Dinda.

" Aku pergi "
Air mata Dinda tidak bisa dibendung lagi ketika mendengar suara pintu yang terbuka dan tertutup dengan lemah. Air matanya mengalir sederas tsunami . Terus jatuh seperti hujan yang tidak berhenti di luar sana. Tanpa pikir panjang, Dinda membalikkan badannya dan segera mengejar Rizky. Tanpa alas kaki atau payung yang menaunginya dari hujan. Yang ingin ia lakukan sekarang adalah mencurahkan segala perasaan yang tak terbendung di hatinya.

"RIZKY!" seru Dinda sekuat tenaga di tengah guyuran hujan. Samar-samar Rizky bisa terlihat olehnya, sama sekali tidak menoleh. Suara Dinda terlalu tenggelam dalam hujan.

"RIZKY!" Dinda berlari kencang, segera memeluk tubuh Rizky dari belakang sambil berurai air mata bercampur hujan, "Rizky!"

" AKU BENCI ADA DI DALAM SITUASI SEPERTI INI KY, AKU BENCI! AKU TIDAK MAU BERPISAH DENGANMU, AKU TIDAK INGIN MENIKAH DENGAN MAXIME, AKU TIDAK INGIN KAMU MENIKAH DENGAN MICHELLE, AKU NENCINTAI KAMU, SANGAT! TAPI AKU BENCI ADA DI POSISI SEPERTI INI KY. AKU BENCI!!!!!!!! "

Dinda melepas pelukannya untuk menghapus air mata yang membanjiri matanya.

Dan Rizky langsung membalikkan badannya dan memeluk Rizky dengan sangat erat. Seperti seseorang yang tidak mau melepaskan barang kesayangannya  sedetik saja. Kekesalan bercampur kegembiraan menjadi satu dalam hati Rizky.

" Dinda.. aku janji akan membebaskanmu dari situasi seperti ini " Rizky menghela nafas, lalu melanjutkan " Aku akan menepati janjiku secepatnya " lalu tanganya meraih perut Dinda di elusnya pelan.

Hujan yang menyelimuti mereka perlahan berhenti, seiring dengan berakhirnya ciuman sepasang kekasih itu. Seakan ikut gembira, hujan segera membubarkan awan hitamnya dan menampakkan cahaya bulan yang sedari tadi menunggu gilirannya untuk merayakan bersatunya sepasang kekasih ini.

Ketika hujan berhenti, pasangan ini bersatu dan berciuman lagi.

Seseorang dibalik kaca mobil melihat pemandangan didepanya dengan perasaan getir. seseorang itu adalah Maxime. lelaki itu mencengkram stir mobilnya seolah luapan rasa sakitnya.
" Gue menghormati dan menghargai lo sebagai sahabat gue. tapi ternyata lo tidak melakukan hal yang sama " gumamnya pelan.

" Ya, mungkin kalian berdua menginginkan kehadiran gue, tapi gue yakin kalian berdua tidak menginginkan perasaan gue " lanjutnya.

Maxime naik pitam, lelaki itu membuka seatbelt nya dengan kasar, lalu membanting pintu mobil saat ia mulai keluar, membuat pasangan yang tengah berciuman itu menoleh ke arah Maxime yang juga basah di guyur air hujan.

Maxime menghampiri mereka berdua kemudian mencengkram lengan Dinda dengan kasar " Ayo masuk " Maxime menyeret paksa Dinda. Rizky mengernyit, mencoba membantu Dinda melepas cengkraman Maxime, tetapi Maxime semakin kencang mencengkram lengan Dinda, Maxime menatap Rizky dengan tatapan tajam sedangkan Rizky menatap Maxime dengan tatapan bingung.

Maxime menarik Dinda, Rizky pun menarik Dinda, mereka berdua seperti anak kecil yang sedang berebut mainan.

" LEPASKAN!!! " Dinda berteriak membuat Rizky dan Maxime sontak melepaskan cengkramanya.

" Ada apa denganmu Max? " Rizky menatap sinis ke arah Maxime, tapi lelaki itu malah tersenyum kecut.

" Iya Max, kamu kenapa? " Dinda ikut bertanya.

" Ada apa denganku? Aku kenapa? Hahaha " Maxime tertawa tapi Dinda dan Rizky menatapnya bingung.

" Aku sangat menghargai dan menghormati kalian tapi kalian malah sebaliknya. Apa kata tetangga nanti kalau mereka lihat kalian berciuman tadi? Aku sangat menjaga komitmen diantara kita, tapi ku mohon jaga juga perasaanku.. ! "

" Jaga perasaanmu? " Dinda tersentak. Maxime nampak terlihat kikuk "Maksudku menjaga perasaan keluargaku bagaimana jika mereka tahu "

" gue tidak menyentuh Dinda Ky, dan gue berharap lo melakukan hal yang sama saat Dinda masih sah menjadi isteri gue " Maxime kemudian berlalu meninggalkan Dinda dan Rizky yang masih mematung.

" Semoga keputusan ku untuk menikahkan Maxime dan Dinda bukanlah sebuah kesalahan besar " Rizky membatin menatap punggung Maxime yang berlalu.
Ketika Rizky merasa ponselnya bergetar lelaki itu meraih ponselnya. Rizky mendapatkan pesan singkat yang isinya.

Dimas mengetahui Billy diculik, bahkan Dimas mengetahui bahwa kamu masih hidup.

Eye To LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang