Chapter 15

383 21 0
                                    

Maxime melepas jasnya dengan kasar lalu di lempar ke sembarang tempat, kemudian lelaki itu melonggarkan dasinya dibiarkan menggantung dengan asal dibajunya.

Dinda yang sedari tadi bingung dengan sikap Maxime yang tidak seperti biasanya hanya mengerutkan kening dan memungut jas Maxime yang tergeletak di lantai.

" Kamu kenapa Max? " Alih-alih menjawab, Maxime meraih bungkus rokok yang tergeletak di meja kamarnya dan mengeluarkan satu batang rokok yang diselipkan ke bibir tebalnya lalu menghisapnya pelan.

" Bukanya kamu tidak merokok? " Dinda bertanya bingung.

" Bukan urusan kamu " jawab Maxime sekenanya, Dinda hanya mendengus dan menggantungkan jas Maxime ke dalam lemarinya

" Aku isteri kamu. jelas itu urusan aku! " Dinda mendekat ke arah Maxime, wanita itu berjongkok berniat melepas sepatu yang masih di kenakan suaminya itu. Maxime tercekat, dan buru-buru mematikan rokoknya.

" Aku bisa sendiri "

" Maxime kamu kenapa? tidak seperti biasanya. apa aku melakukan kesalahan? " Dinda bertanya tapi nampaknya pertanyaanya itu membuat emosi Maxime semakin tersulut.

" Ketika seorang suami melihat istrinya sedang bermesraan dengan lelaki lain, apa itu bukan suatu kesalahan? " Maxime melirik Dinda sebentar, tak habis fikir dengan Dinda yang sama sekali tidak menyadari kesalahanya. kemudian lelaki itu membuka kemeja polosnya di depan Dinda. Maxime berniat ingin mengganti bajunya. perempuan itu melihat dada bidang Maxime yang terekspos jelas, kulit lelaki itu putih bersih, perutnya rata nampak sixpack.

Dinda jadi teringat Rizky, ketika waktu pertama kali dia datang ke Villa dan salah masuk kamar, Dinda melihat pemandangan yang sama seperti sekarang ini. dan mendadak dia merindukan saat-saat bersama Rizky. dulu dia bisa menikmati hari-hari bersama lelaki itu tanpa gangguan siapapun, tanpa ada yang melarang. tidak seperti sekarang, ingin bertemu pun sangat sulit.

" Ya aku tahu, maafkan aku Max " Dinda menunduk, mengalihkan pandangan ke arah lain karena merasa risih melihat Maxime yang telanjang dada seperti itu.

" Setelah aku sadarkan baru kamu meminta maaf? " Maxime ketus.

" Dan seharusnya kamu tidak perlu merasa risih melihat aku sekarang Dinda. Aku suami kamu.. "

" Tap... " Dinda berusaha menyanggah,

" Apa? hanya suami di atas kertas, begitu? Apapun itu, yang aku tahu sekarang adalah aku suamimu, dan kamu adalah isteriku, isteri sah dari Maxime Andre Ghalault "

" Aku sudah banyak berkorban demi kamu dan Rizky. Jika aku minta satu permintaan bagaimana? " Maxime melangkahkan kakinya ke arah Dinda sedangkan Dinda malah memundurkan diri menjauhi Maxime. Lelaki itu masih telanjang dada dan hanya menggunakan celana kantornya dengan ikat pinggang yang masih rapih terpasang di pinggangnya.

Dinda terus saja memundurkan langkahnya, hingga punggungnya menabrak dinding kamarnya, dan kedua tangan Maxime menghalang tubuh Dinda, sampai Dinda tidak bisa berkutik, jarak mereka semakin dekat, bahkan mereka bisa merasakan hembusan nafas masing-masing.

" Aku ingin kamu memberiku satu kesempatan " ulang Maxime. Dinda memejamkan matanya kuat-kuat, takut Maxime berbuat macam-macam padanya.

" Buka matamu Dinda. Aku tidak akan melakukan perbuatan sekeji Rizky " ucapnya pelan namun tegas.

Dinda mencoba membuka matanya pelan-pelan.
" Kesempatan apa? " Kini Dinda mulai berani bertanya walaupun dengan perasaan gugup.

" Aku hanya ingin bisa lebih dekat dengan isteriku. Aku ingin lebih mengenal isteriku lebih jauh, Aku akan mempercepat kepergian kita ke Paris, Dinda. dan aku mohon jangan beritahu Rizky.. " mata Maxime menatap Dinda dengan tajam, aroma mint dari nafasnya tercium jelas oleh Dinda karena jarak mereka yang sangat dekat.

" Apa maksud kamu Max? " Dinda semakin bingung dengan permintaan Maxime yang menurutnya aneh itu.

" Selama ini aku hanya berkorban, berkorban dan berkorban. Apa aku tidak bisa meminta satu kali saja? Apa kamu tidak mau menuruti kemauan suamimu? "
Dinda nampak berfikir sejenak mencoba menimang-nimang keputusanya kali ini, perempuan itu menghela nafas panjang dan membuangnya pelan.

setelah memantapkan keputusanya baru ia kembali membuka suara. " Baiklah Maxime "

Maxime tersenyum penuh kemenangan dan dengan segera mencium kening Dinda.

" Terimakasih "
Dinda yang masih kaget dengan perlakuan Maxime itu pun hanya berdiri mematung tak mampu berkata apa-apa lagi.

" Perasaanku tidak enak. sepertinya semua akan berjalan dengan sulit. aku sama sekali tidak mengerti kamu, Maxime "

******

Rizky telah menipu kita! "
BRAK!!!

Dimas mengebrak meja dengan kencang membuat Billy tersentak. " Aku masih tidak mengerti semua ini Dimas. apa maksud mereka? kenapa mereka menculik aku dan apa maksud Rizky berpura-pura mati? " Billy kebingungan.

" Aku akan membunuhnya dengan tanganku sendiri " Dimas meremas tanganya kuat, matanya memerah, nafasnya tersengal-sengal menahan amarah.
" Tidak Dimas. Jangan bertindak gegabah! " Billy berusaha mencegah Dimas. " Kita harus cari tahu dulu motif dibalik ini semua. karena sampai sekarang aku tidak mengerti apa yang mereka rencanakan. mereka menculik aku saat aku akan pergi ke Villa, mungkin ini semua ada hubunganya dengan Dinda. " Billy melanjutkan.

" Aku seperti mencium bau pengkhianatan disini " Dimas bergumam membuat dahi Billy mengerut bingung. " Maksud kamu? " Tanya Billy.

" Michelle " ucapnya tegas.

" Michelle ? " ulang Billy, Fikiranya tertuju pada orang yang tak asing baginya. " Syaselva Michella? "

Dimas yang sedari tadi menunduk pun langsung mendongak. " Ya, Syaselva Michella, mantan kekasih dari dua cucu Mr.Antonio "

" Apa hubunganya Michelle dengan ini semua Dimas ? " Billy semakin bingung. ada hubungan apa Michelle dengan Dimas? dan kenapa bisa? sementara dia tidak pernah tahu lagi tentang kabar perempuan itu, seingat Billy terakhir mereka bertemu pada saat dirinya memutuskan hubungan dengan Michelle, dan semenjak saat itu mereka tidak pernah bertemu lagi.

" Kamu masih mencintainya kan? " Tanya Dimas dengan yakin.

" Tidak ada cinta sebelum dendam terbalaskan " Billy tersenyum kecut dan Dimas terkekeh pelan.

" Obsesimu mengalahkan cintamu Tuan muda, pewaris kekayaan Mr.Antonio. " Dimas terkekeh lagi. Billy melangkah pelan ke arah Dimas yang nampak tengah duduk di meja kerjanya.

" Terimakasih telah membantuku sejauh ini. kalau gidak ada Kamu, mungkin aku telah kalah sekarang " Billy tersenyum tulus pada Dimas. Dimas langsung beranjak dari kursinya, lelaki itu memeluk Billy." Sudah seharusnya sobat "

****

Dinda menyeret barang bawaannya menuju pemberangkatan internasional dan duduk disana menunggu pesawatnya yang 20 menit lagi akan lepas landas. Maxime memutuskan untuk pergi ke Paris hari ini juga.

Sebenarnya Dinda bingung dengan keputusan Maxime yang mendadak dan aneh ini, apalagi saat Maxime melarang Dinda untuk tidak memberi tahu ke berangkatan mereka hari ini pada Rizky.

Tapi Dinda yakin, Maxime tidak akan berbuat macam-macam.

Dinda mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru bandara,dan matanya terhenti tepat di saat dia melihat sepasang kekasih melintas dihadapannya.

Sepasang kekasih itu saling merangkul mesra dan senyum bahagia sangat jelas di wajah keduanya.

Sudut bibir Dinda terangkat keatas membentuk senyuman kecil.Melihat pemandangan itu membuatnya kembali teringat dengan Rizky.
Senyuman Dinda hanya berlangsung beberapa detik saja karena setelah itu buliran bening dari matanya meminta untuk dikeluarkan sekarang juga.

Dinda menegakkan badannya dan menahan agar air matanya tidak tumpah ditempat umum seperti ini.

Selang beberapa lama Dinda mendengar pengumuman dari speaker bandara bahwa sebentar lagi pesawat pemberangkatan ke Paris akan segera lepas landas.

" Ayo Dinda " Maxime mengulurkan tanganya.
Dengan perasaan yang bimbang dan tak menentu, Dinda menerima uluran tangan Maxime, menyeret paksa kakinya menuju lapangan bandara.

Dia masuk ke bagian dalam pesawat dan segera duduk di sana sambil menolehkan kepalanya malas ke arah jendela.

" Apa kamu sedang mengingat Rizky " Tanya Maxime pelan. Dan Dinda hanya menggeleng  pelan.

Dinda menutup matanya dan menghembuskannya pelan.

Dia merogoh tasnya dan mengambil ponselnya di dalam sana dan segera mengaktifkannya karena sedari tadi ponselnya berada dalam keadaan non-aktif.
Setelah ponselnya aktif,Dinda lansung saja mendapatkan 7 pesan baru dan 3 pesan suara.
Dan semua itu dari Rizky.

Dinda yang melihat itu memilih untuk mendengar satu pesan suara dari kekasihnya itu,setidaknya sebelum dia pergi meninggalkan Indonesia, dia masih sempat mendengar suara bariton kekasihnya itu meskipun hanya lewat media pesan suara.

Dinda memasang earphone nya karena dia tidak mau Maxime memgetahui bahwa Rizky sedang berusaha menghubunginya.

Maxime pun nampak tengah sibuk membaca artikel yang sedang di pegangnya tanpa memperdulikan Dinda.

" Dinda kamu Dimana sayang? Tadi aku datang ke rumahmu tapi tidak ada siapa-siapa disana. Maxime membawamu kemana? Apa sebenarnya yang diinginkan Maxime? Apa kalian pergi ke Paris tanpa sepengetahuan aku? "
Mendengar ucapan Rizky seperti tadi membuat rasa rindunya terhadap pria itu semakin membuncah.

Dia tidak mungkin memberitahukan Rizky tentang dimana keberadaannya sekarang,karena dia tidak mau pria itu datang menghampirinya ke sini sekarang juga dan bisa saja Rizky memohon pada wanitanya itu agar tidak pergi meninggalkanya.Karena  Dinda akan sangat lemah jika berada di hadapan Rizky dan pasti dengan mudahnya dia menuruti semua keinginan lelaki itu.

Tapi Dinda berusaha untuk tidak terpengaruh dengan ini semua, dia memang sangat mencintai Rizky tapi dia tidak mau menjadi egois karena ingin mendapatkan seluruh cinta dan perhatian Rizky karena sekarang situasi dan kondisinya telah berbeda.

Rizky telah memiliki seorang istri dan sejatinya istrinya lebih pantas mendapatkan perhatian dan cinta dari pria itu selain dirinya yang notabene hanya berstatus sebagai kekasihnya saja.

Ini memang sangat menyakitkan untuknya,tapi dia mencoba bersabar dan tetap tegar.

Dinda menundukkan kepalanya seraya menatap wajah tampan Rizky yang menjadi walpaper di ponselnya.
Dia tersenyum pahit dan segera mengirimkan pesan singkat untuk Rizky.

Rizky. Aku harus pergi.

Lalu menonaktifan ponselnya saat pramugari memberi intruksi.

*****

Rizky berlari cepat menelusuri pelataran bandara disertai dengan kepalanya yang menoleh beberapa kali di berbagai arah.

Dia berhenti sejenak, untuk menetralkan nafasnya.

Setelah mengetahui dimana keberadaan Dinda sekarang, Rizky lansung menghampiri perempuanya itu cepat dan terburu.

Dia sendiri sebenarnya cukup kaget saat mengetahui kalau Dinda berada di bandara dan sebentar lagi akan bertolak ke Paris.

Dan Rizky sangat marah pada kekasihnya itu karena dengan tanpa permisi dan sepatah kata wanita itu pergi meninggalkannya begitu saja. Apalagi pada Maxime, Rasanya Rizky ingin sekali membunuh sahabatnya itu, dan sepertinya apa yang ditakutkan Rizky benar terjadi, Rizky meyakini bahwa Maxime telah mencintai Dinda.

" MENIKAHKAN DINDA DENGAN MAXIME TERNYATA ADALAH KESALAHAN BESAR "
Rizky mendecak emosi,dan memilih kembali berlari menuju pemberangkatan international.

Dia berdoa dalam hati semoga saja pesawat keberangkatan ke Paris belum lepas landas.

Namun doa nya itu sia-sia saja karena dia baru saja melihat screen information di atas loket,yang menampakkan kalau pesawat tujuan Paris baru saja lepas landas sekitar 5 menit yang lalu.

Rizky yang melihat itu lansung mematung di tempatnya, wajahnya memancarkan kekecewaan yang sangat jelas dan kulit putihnya.

Dengan langkah tertatih dia mencari kursi dan duduk disana.

Dia menelungkup tangannya ke ujung lututnya dan juga menenggelamkan kepalanya di antara dua kepalan tangannya.
Rahangnya terlihat menegang dan wajahnya yang memerah pertanda dia sangat tidak suka dengan apa yang dia alami sekarang.

Dia mengacak-ngacak rambutnya sendiri dengan kesal,dan menggeram emosi.

Rizky mengetahui Dinda dan Maxime pergi ke Paris hari ini setelah memaksa sekertaris Maxime dan Rayn untuk memberi tahu dan mengancam mereka jika tetap menybunyikan keberadaan Maxime dan Dinda, dia tidak akan segan-segan memecat kedua orang kepercayaan Maxime itu. bagaimana pun keluarga Antonio adalah pemegang saham terbesar di perusahaan yang Maxime kelola ini.

“Maxime!!!!!..’Sungutnya marah.

Tangan besar Rizky meraih Iphone miliknya disaku jaket kulit kirinya, dan dia memerhatikan wajah intens kekasihnya melalui media foto yang memang menjadi gambar depan dari ponsel lelaki itu.

Dia tersenyum kecut.
" APA MAKSUD DARI INI SEMUA? "

" KENAPA MAX MELAKUKAN INI? "

" DAN KENAPA DINDA SAMA SEKALI TIDAK MEMIKIRKAN PERASAAN KU! "

" APA MAKSUD KALIAN?!!! "
Tak lama ponsel Rizky berbunyi dan dia mendapatkan sebuah pesan.

Dan pesan itu dari Dinda
Dengan perasaan yang tak menentu Rizky membuka dan membaca pesan itu.

Rizky. Aku harus pergi.

“Persetan’ Rizky langsung menghentakkan ponselnya kesal pada kursi kosong disampingnya.

Kembali dia menenggelamkan wajahnya dengan telapak tangannya,dan wajahnya semakin memerah saja.
" Aku akan menyusul kalian secepatnya "

*****

Dengan raut wajah kecewa yang sangat jelas diwajahnya, Rizky memasuki rumahnya dengan acuh.

Michelle yang memang menunggu kepulangan suaminya di ruang tamu rumahnya itu,lansung saja mendekati Rizky dengan senyum lembutnya.

“Ky, darimana saja?kenapa baru pulang?’Tanya Michelle.

“Apa aku harus memberitahumu?"Sahut Rizky acuh,dia memberhentikan langkahnya dan menatap malas ke arah Michelle.

“Tentu.Sekarang aku istrimu,dan segala hal yang kamu lakukan di luar sana wajib aku ketahui…."

“Kalau aku tetap tidak ingin memberitahumu, apa kamu akan tetap memaksa? " Rizky mengangkat satu alisnya, memandang dingin terhadap wanita dihadapannya.

“Ah….tidak"

“Baguslah, aku lelah dan kamu jangan bicara lagi " Rizky langsung melangkahkan kakinya menuju anak tangga.

“Apa…kamu sudah makan?Aku sudah membuatkan makan malam untuk kamu." Ujar Michelle.

“Tidak,aku tidak lapar.Dan kamu…tidak perlu dan jangan pernah lagi membuatkanku makanan atau apapaun karena aku tidak akan memakan makanan buatanmu bahkan menyentuhnya sekalipun,aku tidak akan pernah, aku takut di racuni lagi dan terpaksa harus melayani keinginan kamu. " Tegas Rizky kemudian melangkahkan kakinya cepat menuju lantai atas dan tak lama suara dobrakan pintu terdengar amat keras.

BLAAAAM!

Michelle yang melihat tingkah Rizky hanya menutup matanya dan mencoba bersabar. " Sabar Chell "

Michelle sangat tau kalau Rizky yang saat ini telah menjadi suaminya tidak mempunyai rasa sedikitpun terhadapnya.Berbanding terbalik dengan perasaannya sendiri yang sangat menggilai Rizky, tepatnya Michelle terlalu mencintai obsesinya sendiri.

Dan Michelle tidak masalah dengan perasaan Rizky yang tidak menyukainya sama sekali,karena memiliki pria itu sudah menjadi hal yang patut disyukuri olehnya. demi kelancaran rencananya.

Dia berjalan ringkih ke arah meja makan yang telah tersaji beberapa masakan buatannya dan duduk di salah satu kursi.

Cacing-cacing di perutnya menggeliat kelaparan,tapi karena ucapan Rizky tadi entah nafsu makannya hilang entah kemana.

Membayangkan makan malam semeja dengan Rizky membuatnya tersenyum kecut.
Dengan berat hati dia mengambil piring yang berisi makanan lezat itu dan membuang semua makanan yang belum tersentuh sama sekali itu ke tempat sampah.

Setelah itu Michelle naik ke lantai dua dan menyusul Rizky di dalam kamar.

" Cepat tumbuh lah nak. Bantu Mama " gumamnya pelan lalu mengusap perutnya.

****

Dinda dan Maxime tiba di bandara Internasional Paris lewat tengah malam, ketika Dinda mendongak. Langit kelam Paris tampak tak bersahabat, tak ada bintang dan cahaya bulan lenyap tertelan oleh mendung yang bergulung-gulung.

Beruntung, seluruh kota tetap benderang oleh lampu. Seperti kota-kota besar di dunia, Paris di tengah malam justru semakin hidup. Taksi-taksi kota lalu lalang berjejal di antara padatan kendaraan. Trotoar sendiri tak pernah sepi oleh pejalan kaki dan turis-turis yang sedang menikmati malam. Dinda menemukan beberapa pesta tergelar tepat di depan cafe di sisi-sisi jalan. Perempuan itu sama sekali tak tertarik untuk ke sana, sekarang ataupun nanti.

Pesta tengah malam Paris tampaknya ‘tak punya batasan’ seperti di Indonesia, sehingga Dinda enggan datang ke sana.

Gedung-gedung paris berkilauan, lampu warna-warni kota terpantul di kaca jendela. Dinda mengamatinya sekilas, sebelum menoleh pada Maxime yang duduk di sebelahnya sejenak. Ia tampak menikmati pemandangan tengah malam Paris juga.

Mobil limousin sudah menunggu mereka di parkiran. Sekeluarnya dari bandara. mereka menaiki mobil itu untuk menuju hotel.

" Aku baru pertama kali ke Paris tapi Paris seperti apa yang aku bayangkan selama ini " Dinda bergumam pelan membuat Maxime menoleh.

" Aku baru pertama kali mencintai wanita sebesar ini, dan kamu seperti perempuan impianku selama ini " Maxime bergumam dalam hati.

" Paris memang indah tapi tak seindah Indonesia. mungkin kota ini kota cinta bagi orang lain, tapi cintaku ada di Indonesia " lanjut Dinda lagi.

" CUKUP! " Maxime membentak, Dinda menoleh bingung. " disini hanya ada aku dan kamu. Jangan pernah bicarakan orang lain lagi."

" Tap---- "

" Hargailah aku sebagai suamimu Dinda! Aku mohon. "

" Ada apa sebenarnya dengan kamu Maxime? Aku semakin tak mengerti " Dinda menundukan kepalanya, fikiranya berkecamuk, perempuan itu sangat bingung dengan sikap Maxime akhir-akhir ini. Dinda pun diam. dan semuanya tiba-tiba menjadi hening.

sesampainya di hotel..

Setelah menyerahkan koper-koper ke staff hotel,  Maxime kemudian berjalan beriringan dengan Dinda untuk naik menuju kamar hotel.
Dinda sempat tersenyum di akhir pada resepsionis yang ramah pada mereka berdua, ia jelas tahu bahwa mereka adalah pengantin baru. Karena itu mereka mencoba memberi pandangan yang baik dan menyembunyikan kebenaran pernikahan yang mereka jalani.

Maxime menghela nafas, sejenak melirik punggung Dinda yang tampak rapuh. Maxime menatapnya sedih, kemudian mengikutinya masuk ke kamar lift.

Dalam beberapa detik, lift bergerak naik ke lantai sesuai yang Dinda pencet tombolnya.

TING!—pintu lift terbuka dengan cepat. Dan sebuah pertanyaan melintas dalam sekejap.
" Apakah kamu akan mencintaiku Din? "

****

Maxime terhenyak di atas sofa dekat jendela. Kamar ini sungguh luar biasa. Kamar hotel luas dan tentu saja mewah, dengan sebuah ranjang king size. Perabotan kamar ini bagus-bagus juga, ada AC dan pemanas serta TV berlayar lebar yang berhadapan langsung dengan ranjang. Dari semua hal yang hebat tentang kamar ini, yang paling Maxime sukai adalah pintu kaca ganda yang menghadap langsung pada pemandangan kota Paris.
Paris di malam hari benar-benar indah.

Berkilauan dengan kerlip warna-warni yang memanjakan mata, Maxime bernafas teratur. Tubuhnya terasa lebih rileks dari sebelumnya.

Suara air terdengar dari kamar mandi. Hanya beberapa menit sebelum terdengar suara keran dimatikan, dan kamar mandi menjadi sunyi.

Setelah sampai di kamar ini, Dinda segera membersihkan diri setelah sebelumnya staff hotel menyalakan bebarapa lilin aroma terapi.

Maxime mendengar suara kenop pintu, lelaki itu tak berniat untuk menoleh. Matanya tetap tertuju ke depan, menghadap pemandangan.

Namun dia kehilangan fokus dan lebih seperti menerawang pada hal-hal yang jauh. Maxime mendengar Dinda berjalan pelan, kemudian disusul derit ranjang.

Dan Maxime segera paham Dinda sudah siap untuk tidur sekarang.

Dan saat itulah Maxime memberanikan diri untuk menoleh padanya. mereka bertemu pandang, rupanya Dinda juga sedang melirik Maxime saat hendak menarik selimutnya.

Mereka terpaku dan saling bertatapan selama beberapa saat.
Sampai pada akhirnya Maxime berdehem canggung untuk memecah kesunyian.

Jelas sekali atmosfir di antara mereka tak lebih baik dari hari-hari sebelumnya.

Dinda nampaknya tak langsung memejamkan mata, ia hanya menyandarkan punggungnya ke sandaran ranjang. Menunggu Maxime bicara, namun mengalihkan matanya. Ia jelas-jelas menolak untuk menatap lelaki itu lebih dari lima detik. Dan tenggorokan Maxime terasa sangat kering ketika menyadarinya..

" Tidurlah Din. kamu pasti sangat lelah. " Maxime membuka suara.

" Aku tidak bisa tidur " jawabnya gelisah.

" Kenapa? "

" AC nya dingin sekali "

" Peluk saja aku " Maxime berucap secara spontan, Dinda yang kaget pun langsung menoleh.

" Aku suami kamu. berhentilah memikirkan Rizky! Dia adalah suami dari Michelle. Michelle sangat mencintai Rizky bukan? Kamu tahu itu Dinda. biarkan mereka bahagia. dan buat aku bahagia, Aku suamimu " Maxime meraih tangan Dinda, di genggamnya dengan erat. tiba-tiba saja udara yang tadinya sangat dingin mendadak menjadi panas bagi Dinda.

" Aku mencintai kamu " lanjutnya lagi.

DEGH!

Jantung Dinda seakan berhenti berdetak, perempuan itu sangat kaget dengan ucapan yang dilontarkan Maxime barusan.

" Jangan tanya sejak kapan. karena aku sendiri pun tidak tahu " Maxime menyenderkan kepalanya ke bahu Dinda. Dinda hanya diam mematung, lidahnya seolag kelu.

" Aku mohon jangan egois Dinda, aku mencintai kamu. Michelle pun sangat mencintai Rizky. Dan keadaanya pun telah berbeda sekarang. Kamu telah menjadi istri sah dari Maxime Andre Ghalault dan lupakanlah Rizky " Maxime semakin mempengaruhi Dinda. lelaki itu sangat tahu kelemahan istrinya, Dinda slalu memikirkan perasaan orang lain dibanding perasaanya sendiri.

Tiba-tiba saja Maxime beranjak dari tempat tidurnya, lelaki itu membuka bajunya tepat di hadapan Dinda, Dinda yang sedari tadi hanya diam pun semakin kaget.
Dinda bisa melihat bagaimana tubuh atas suaminya itu dengan jelas. Kulit Maxime putih bersih, otot-otot lengan dan perutnya nampak Sixpack.

" I want you Dinda. Apa kamu ingin melakukanya malam ini ? " suara Maxime berubah serak dan sensual.

" Melakukan apa? " Dinda yang sedari tadi hanya diam pun mulai membuka suara.

" Melakukan apa yang seharusnya kita lakukan dari awal " Maxime menaiki ranjangnya lagi, lelaki itu mendekati Dinda dengan tatapan sensual. sekarang Dinda sudah tidak kedinginan lagi. tapi kepanasan.

" Kenapa dari tadi aku tidak bisa bicara apa-apa, dan kenapa aku seolah-olah membiarkan Maxime bertindak sejauh ini. " Dinda bergumam dalam hati.

" Aku hanya ingin mengujimu Dinda. tidak ingin benar-benar menyentuhmu "

BLAMMMM!!!!

Tiba-tiba saja mati lampu, Dinda yang sangat takut gelap langsung menarik Maxime ke pelukanya. Maxime pun kaget. " Aku takut gelap " Dinda sangat ketakutan.

" Ada aku " Jantung Maxime semakin berdebar tidak karuan. bibirnya menelusup ke leher jenjang Dinda, dan menciumnya dengan lembut.

" Tidak Maxime. Jangan lakukan ini. Jangan mengkhianati sahabatmu "

" Lakukan saja Maxime, dia isterimu. kamu berhak atas dia "

Fikiran-fikiran yang berlawanan berkecamuk di otaknya, sebagai lelaki normal tentu Maxime sangat menginginkan Dinda malam ini, dan sangat ingin bertindak lebih jauh. tapi ketika mengingat Rizky dia slalu berusaha mengontrol dirinya.

" Ah Damn " umpat Maxime. lelaki itu berusaha menjauhi Dinda. tapi perempuan itu malah menariknya dan memeluknya lebih kuat

" Maxime. Aku mohon. jangan pernah tinggalkan aku. Aku takut " Dinda merengek, Maxime semakin dibuat tak karuan.

" Dinda.. Ahhhhhhh " Maxime meronta ingin dibebaskan dari jeratan nafsu(?)

Dinda bisa mencium aroma maskulin dari suaminya itu, wangi laki-laki sejati, belum lagi Dinda mencium aroma mint dari nafas Maxime. dan rasanya... Nyaman.

Maxime sudah tidak tahan lagi, dan mencoba melepas ikat pinggangnya, dan membuka resleting celananya, dia ingin istrinya malam ini juga.

TRING!

Tiba-tiba saja lampu menyala, sontak Dinda melepas pelukanya dari Maxime. dan betapa kagetnya perempuan itu melihat suaminya yang sekarang hampir telanjang bulat.

" Aaaaaakkksssssss " Dinda berteriak, matanya membulat sempurna. Maxime buru-buru memakai pakainya lagi. pipi Maxime dan Dinda sekarang benar-benar memerah.

" Bodoh. " umpat Maxime dalam hati.

" Kenapa aku malah melotot bukanya tutup mata " protes Dinda dalam hati.

Maxime menggaruk tengkuknya yang tak gatal, sebenarnya dia tidak ingin melakukan itu, hanya saja nafsunya tiba-tiba menguasai dirinya.

" Maaf " ucap Maxime. Dinda pun hanya mengangguk.

" Aku ke kamar mandi dulu " Maxime beranjak dari tempat tidurnya lagi. melangkahkan kakinya menuju kamar mandi.

" Ikut " Suara Dinda menghentikan langkah kakinya. kemudian dahi Maxime berkerut.

" Dinda. aku tidak akan kemana-mana. aku cuma ingin ke kamar mandi "

" Ikut! Takuuuut " Dinda memanyunkan bibirnya, Maxime mengacak-acak rambutnya prustasi, bingung dengan tingkah aneh Dinda. "Mungkin bawaan bayi" fikirnya.

" Yaudah yuk "

" Gendong "

" Eh? " Maxime semakin dibuat bingung.

" Gendong!!!!!!!! " Dinda merengek seperti anak kecil. " Mungkin bawaan bayi " fikir Maxime lagi.

Maxime memangku Dinda, Dinda semakin berat semenjak berbadan dua, tapi terlihat semakin berisi dan seksi.

Setelah sampai di depan kamar mandi, Maxime menurunkan Dinda dengan hati-hati. saat Maxime ingin masuk ke dalam.. " Ikuuuuuut "

" Eh? " Maxime menghentikan langkahnya lagi. " Ini bawaan bayi juga? " fikirnya lagi dan lagi.

" Dinda. aku tidak akan kemana-kemana, aku hanya ingin buang air sebentar. kamu tidak mungkin ikut kan? "
Dinda menghentakan kakinya kesal, lalu memanyunkan bibirnya lagi. Maxime menepuk jidatnya lelah, Dinda beberapa jam lalu bersikap sangat elegan tapi sekarang bersikap seperti anak kecil yang tidak mau ditinggalkan temanya.

" Yuk masuk! " Maxime memberi akses untuk Dinda masuk. Dinda pun tersenyum penuh kemenangan.

Saat ingin membuka celananya Maxime melirik Dinda sebentar yang tengah bertengger manis sambil mengelus perutnya. " Din tutup mata kamu! " Maxime menyuruh Dinda menutup matanya. Dinda pun menuruti keinginan Maxime.

Setelah selesai, Maxime berjalan menuju Dinda. " Gendoooong " rengek Dinda lagi.

" Ini bawaanya bayi atau Dinda yang kerasukan setan Paris? " Maxime semakin prustasi dibuatnya.

" Dinda kamu berat "

" Aku berat? kamu mengatakan aku gendut? begitu? "

" Bukan "

" Lalu? "

" Ya. Iya aku gendong " Maxime mengalah pasrah, membawa Dinda ke pangkuanya.

" Aku ingin bakso "

" Eh? "

" Iya "

" Di Paris tidak ada bakso Dinda "

" Harus ada! "

" Terus aku ingin ice cream! "

" Ini sudah malam Dinda "

" Aku ingin martabak "

" Eh? Martabak? Ini-- "

" Aku ingin KAMU! "
DEGH!

Tiba-tiba saja Maxime diam, menidurkan Dinda ke ranjang.

" Dari tadi aku ingin ini, ingin itu tidak ada yang dituruti, kesel " Dinda memanyukan bibirnya lagi.

CUP!!!!!

Seketika ciuman mendarat di bibir Dinda, yang menciumnya bertingkah sedatar mungkin seolah-olah tidak melakukan apa-apa. Dinda diam, dan menyentuh bibirnya. ini pertama kalinya bibirnya dicium oleh Maxime.

" Apapun yang kamu minta akan aku turuti Din. apapun. tak terkecuali nyawaku sendiri " ucap Maxime yakin.

" Tidurlah. besok semua makanan itu akan ada. dan besok kita akan pergi jalan-jalan. besok aku memutuskan untuk pergi ke tembok cinta "

" Tembok cinta ? "

" Maxime. aku akan berusaha mencintai kamu. kamu suamiku, tidak ada komitmen apapun tidak ada perjanjian apapun selain perjanjian pernikahan kita. meskipun aku sangat mencintai Rizky.. " Dinda membatin.

*****

Rizky dengan terburu memasuki rumahnya,dan segera menuju lantai dua tepatnya di kamarnya.

Dengan segera Rizky mengambil ransel yang cukup besar dan segera memasukkan beberapa lembar pakaian beserta passportnya.

Setelah merasa semuanya sudah lengkap, Rizky keluar dari kamarnya dan kembali turun ke lantai satu.

Michelle yang baru saja keluar dari dapur dengan celemek yang masih menggantung manis dilehernya menatap Rizky yang terlihat menuruni tangga dengan terburu.

Dia mengernyitkan keningnya melihat Rizky yang membawa tas ransel yang cukup besar.
“Kamu mau kemana Ky?’Tanya Michelle saat Rizky sudah menginjak anak tangga terakhir.

“Ada urusan penting yang harus ku selesaikan
“Tapi…kenapa kamu membawa tas ransel sebesar itu?"

“Bisa kah sehari saja kamu tidak bertanya apapun kepadaku?Mendengar suaramu saja sudah cukup membuatku muak" Ujar Rizky dan lansung saja Michelle menundukkan kepalanya.

“Maaf….."

“Aku pergi…." Rizky melanjutkan langkahnya dan mengabaikan ucapan Michelle yang tadi.

“Kumohon sebelum kamu pergi….kamu mau memakan masakanku terlebih dahulu.Aku sudah membuatkan masakan yang spesial untukmu dan aku mau….."

“Aku terburu-buru, kamu buang saja makanan buatanmu itu"  Ucap Rizky tajam dan tak lama bunyi dentuman pintu terdengar cukup keras.

Michelle menutup matanya dan menggigit bibirnya menahan tangis.
Ini terlalu menyakitkan.

Dia ambruk ke lantai dan menumpahkan tangisnya disana.

Kembali dia menatap nanar ke masakan buatannya yang telah tersaji di meja makan disertai beberapa lilin kecil yang menyala disana.

*****

Dinda dan Maxime sekarang sedang berjalan-jalan di Le mur des je t'aime atau 'The I Love You Wall' (Tembok Cinta) Maxime sengaja mengajak Dinda ke tempat ini.

Kamera menggantung di dada Maxime, lelaki itu ingin mengabadikan momen-momen indah bersama isterinya, apalagi di tempat seromantis ini.

" Ini tembok Cinta itu ya? " Dinda melihat dinding berwarna biru dan banyak sekali tulisan tertera disana, bisa dipastikan itu tembok cinta yang di maksud Maxime."

" Ya. 'The I Love You Wall' adalah dinding berukirkan kata cinta menggunakan banyak bahasa. Pas sekali bagi yang ingin menyatakan cinta kepada seorang spesial yang dia sayangi. " jelas Maxime.

" 'The I Love You Wall' atau Le mur des je t'aime pertama kali dibangun pada tahun 1936 yang diciptakan oleh dua seniman Perancis, yaitu Frederic Baron dan Claire Jito. "

" Pada awalnya, mereka hanya mengumpulkan kata-kata cinta dari banyak orang di dalam sebuah buku catatan. Mereka meminta setiap orang menulis pesan cinta menggunakan bahasa asli. Hasilnya, terkumpulah ratusan kata I love you alias Aku cinta kamu dari berbagai negara. " lanjut Maxime panjang lebar.

" Kemudian, keduanya memiliki ide untuk membuat mural, dan menuliskan kata I Love You di sana. Tembok ini memiliki luas sekitar 416 meter persegi dan tersusun dari keramik kecil berwarna biru dengan ukuran 21x29,7 meter. " Maxime megarahkan kamernya pada dinding itu mengambil angle yang pas lalu memotretnya.

Dinda sangat kagum pada Maxime lelaki itu seolah mengetahui sejarah tembok cinta dengan detail. " Tidak usah kaget aku mengetahui semuanya, aku lahir di Paris, kamu lupa? sejak kecil aku disini " Maxime seakan mengerti apa yang difikirkan Dinda. Dinda pun tersenyum.

Maxime mengarahkan kameranya pada Dinda dan mengambil gambar Dinda secara candid.

" Maxime!!! " Dinda yang mengetahui gambarnya diambil secara diam-diam pun protes.

" Kenapa? kamu cantik kok " Maxime terkekeh, Dinda memanyunkan bibirnya kesal. jika manyun seperti itu, Maxime jadi ingat kejadian semalam.

" Aku tidak suka ada orang lain yang mengambil fotoku secara diam-diam "

" Aku suka hatiku diambil secara diam-diam " Maxime terkekeh lagi.

" Maxime! "

" Dinda! "

" Hmmm din, apa kamu bahagia ada di Paris bersamaku? "

" Iya " jawabnya datar

" Apa kamu senang aku ajak kesini? "

" Iya " jawabnya lagi.

" Aku mencintaimu. kamu tahu? "

" Iya "

" Apa kamu mau merencanakan anak kedua nanti malam "

" Iya... Eh... " Dinda merasa ada yang aneh dengan jawabanya, sementara Maxime semakin terkekeh.

" Tidak ada jawaban lain selain Iya? " Maxime menggelengkan kepalanya. sementara dinda malu, pipinya memerah.
.

Maxime mengambil alat tulis untuk menulis sesuatu di tembok cinta.
" I love you Dinda Kirana Ghalault " Maxime tersenyum melihat tulisanya sekarang berada di antara tulisan cinta lainya. lalu mengabadikanya lewat kamera. Dinda melihat itu semua, dan perempuan itu bingung harus melakukan apa menulis kata yang sama kah? menulis nama Maxime kah? rasanya tidak, yang dia inginkan hanyalah menulis nama Rizky, Rizkynya.

" Dinda " Maxime meraih tangan Dinda menggenggamnya erat.

" Ya? "

" Aku bukan hanya menulis namamu ditembok ini, tapi aku juga menulismu dihatiku. Aku tahu hatimu masih untuk satu nama, tapi aku mohon beri aku kesempatan untuk menghapusnya " lelaki itu menarik Dinda ke pelukanya. Dinda sendiri bingung harus menjawab apa.

" Aku tidak tahu harus menjawab apa Maxime. tapi percayalah, aku sedang berusaha membuat ruang tersendiri di hatiku untukmu. Aku tidak menyangka jika kamu mencintaiku, aku bukan perempuan baik, aku ini seorang wanita yang sedang mengandung anak sahabatmu, jika kamu mau, kamu bisa memilih perempuan manapun yang kamu mau. akan mudah bagi seorang Maxime. " Dinda tersernyum getir.

" Jangan pernah merendahkan diri kamu sendiri! kamu itu berharga Dinda. maafkan aku yang tidak bisa mengendalikan perasaanku, entah sejak kapan perasaan ini ada. yang jelas, saat dekat denganmu aku merasa kebahagiaan yang hilang ada kembali. seseorang pernah mengatakan sesuatu padaku, bahwa pada dasarnya kamu adalah wanita yang sangat mudah untuk dicintai, dan sekarang aku membenarkan perkataanya " Maxime teringat kata-kata Irsyad yang dulu tiba-tiba saja menemuinya dan menyuruhnya untuk menikahi Dinda.

Masih menggengam tangan Dinda, Maxime berkata. " Dinda. Aku mencintai kamu. sebelumnya aku tidak pernah berjanji apapun kan? tapi sekarang, dengarkan aku! di depan tembok Cinta ini, di depan Le mur des je t'aime, Aku, Maxime Andre Ghalault, akan menjagamu, melindungimu, isteriku. seperti seharusnya. ini janji seorang suami. akan aku jadikan kamu satu-satunya, selamanya "
Tubuh Dinda bergetar, jantungnya berdebar tidak karuan. wanita itu bingung harus menjawab apa. karena di hatinya hanya ada satu nama, dan tentu itu Rizky.

Dinda melepaskan genggaman Maxime. dan berusaha menghindar dari situasi seperti ini. " Aku haus Max "

Maxime membuang nafas kasar. " Baiklah. aku beli minum dulu " Maxime berjalan meninggalkan Dinda. sedangkan tangan Dinda meraih alat tulis yang dipakai Maxime tadi. wanita itu ingin menuliskan sesuatu di tembok itu.

" I love you Rizky " begitulah kira-kira tulisanya.

" Maafkan aku Maxime. dengan berusaha mencintaimu aku tidak akan semudah itu melupakan Rizky. aku sangat mencintainya, mungkin sekarang kita punya pasangan hidup masing-masing, tapi hatiku.. menyimpan satu nama. nama yang sama seperti yang aku tulis di tembok cinta ini. " Dinda tersenyum getir melihat tulisanya.

" Karena menyimpan dua nama dalam satu rongga dada itu menyesakkan " gumam Dinda lagi.

****

Sesampainya mereka di hotel..

Pintu hotel tiba-tiba saja terbuka..

Dinda mengernyitkan kening, seingatnya dia mengunci kamar ini sebelum pergi tadi.

" Maafkan aku Dinda. aku menyembunyikan semua pakaianmu. dan menyuruh orang lain untuk melakukanya. Aku hanya ingin malam ini kamu memakai lingerie pemberian ibuku. "
Maxime membatin.

" Pakaikan kamu semuanya di cuci. "

" Eh? "

" Ya Dinda. pakaian kita semuanya di cuci. pakaian kita kotor sekali saat aku mengeceknya " Maxime berbohong.

" Aku rasa pakaianku masih bersih " Dinda bingung sendiri.

Dinda membuka kopernya hanya terisa satu lingerie pemberian ibu mertuanya. dan mengambil lingerie itu degan ragu.  Lingerie itu amat menggoda. Dinda takut kalau ia memakainya malam ini.
Maxime menaikkan alisnya, lalu bertanya, "Kamu mau mandi?"
Dinda terkejut dan menoleh pada Maxime. Ia menggeleng. Maxime hanya berdehem pelan dan berjalan menuju kopernya. Maxime mengambil celana piyama. lalu berjalan ke kamar mandi. "Aku mandi dulu."

Dinda mengangguk pelan. Maxime masuk ke kamar mandi dan menutup pintunya. Dinda menghela napas sebentar. Ia berpikir-pikir lagi, apa ia benar-benar harus memakai lingerie pemberian ibu mertuanya? Ia benar-benar takut sekarang.

Selama 20 menit ia berpikir, Maxime keluar dari kamar mandi. Ia hanya mengenakan celana piyama dan kaos dalam. Wajah Dinda sudah memerah padam.
Maxime hanya mengenakan pakaian itu, rambutnya basah, wajah tampannya terpancar mempesona, membuat Dinda terpesona.

Tiba-tiba Dinda tersadar. Ia segera berdiri dan mengambil lingerie tersebut, lalu berlari menuju kamar mandi. Maxime menaikkan alisnya bingung. tapi senyuman tersungging di bibirnya " Setidaknya aku ingin melihat isteriku berpakaian seksi malam ini "

" Kenapa yang tersisa hanya lengirie? arrrghhhhh " batin Dinda berteriak. Dinda ingin memakai lingerie-nya, tapi perasaan takut menghantuinya. Ia mulai menjernihkan pikirannya melalui acara mandi yang sekarang akan dilakukannya.

Dinda menjatuhkan kakinya ke atas permukaan air di bathube kamar mandi, lalu, menenggelamkan seluruh tubuhnya. Ia mulai jernihkan pikirannya. Apa ia harus memakainya atau tidak.
Selama 15 menit, Dinda sudah selesai dengan pikirannya. Ia sudah memutuskan. Ia akan memakai lingerie-nya. daripada ia tidur memakai baju kotor.

Maxime sedang membaca buku di atas ranjang. Ia menoleh ke arah kamar mandi karena suara pintu kamar mandi dibuka. Ia melihat kepala Dinda yang nongol di balik pintu. Kelihatannya dia sedang bersembunyi di balik pintu.

"Dinda. kenapa kamu bersembunyi seperti itu?" tanya Maxime penasaran. Dinda tetap tak mau keluar. Ada semburat merah yang terpampang di wajahnya. Maxime beranjak dari ranjang berniat menghampiri Dinda tapi, Dinda langsung berteriak.

"Ja-jangan ke sini!"
Maxime terhenti.  Dinda tidak mau lepas dari pintu kamar mandi. Maxime menggaruk-garuk kepalanya. "Dinda, kamu kenapa?" tanya Maxime.

" Apa dia malu berkapaian seperti itu di depanku? " Maxime terkekeh.

Dinda terdiam sebentar. Maxime malah tambah penasaran. Akhirnya Dinda membuka mulutnya. "Maxime.. Jangan berfikiran yang aneh-aneh ya! di koperku hanya tersisa baju ini "

Maxime terkikik. "Iya dinda. aku mengerti ."
Dinda akhirnya lepas dari pintu kamar mandi. Maxime melihat Dinda memakai
lingerie berwarna merah darah yang menggoda. Wajah Maxime sudah memerah padam.

'Woow... Seksi sekali... ' batinya.

Dinda menutup daerah-daerah menggodanya karena Maxime melihat Dinda dengan tatapan bengong. Maxime langsung tersadar dan menggeleng-gelengkan kepalanya. Lalu, melihat Dinda lagi.

Maxime tersenyum pada Dinda. Wajah Dinda langsung memerah.

"Kemarilah, Din" Maxime mengulurkan tangannya pada Dinda. Dinda membalas uluran tangannya dan duduk di pinggir ranjang. Maxime menarik Dinda agar lebih dekat, lalu melingkarkan tangannya di pinggang Dinda.

"Max-Maxime..."
Maxime mencium wangi tubuh Dinda yang baru mandi. Aroma bunga dan susu cream menempel di tubuhnya. Tangan kanan Maxime menjalar naik ke leher Dinda. lalu memegang dagunya dan memutar badan wanita itu. Jadi, mereka berdua saling menatap satu sama lain. Wajah mereka berdua sangat dekat, sampai tidak ada jarak di antara mereka.

Dinda memejamkan matanya, menunggu aksi Maxime selanjutnya.

Maxime secara perlahan merebahkan tubuh Dinda di atas ranjang. Dinda sudah merasakan keempukan ranjang dan hawa keberadaan Maxime di atas tubuhnya. anehnya, Dinda tidak menolak perlakuan Maxime sejauh ini. maka dari itu Maxime tersenyum senang dan melanjutkan aksinya.

Maxime menurunkan badan dan kepalanya, sehingga kedua tubuh insan itu saling menempel seperti perangko. Maxime mengecup pipi kiri Dinda dan terus ke arah kiri sampai ke kupingnya. Ia kulum kupingnya dengan nafsu, membuat Dinsa merasa geli dan terangsang. Dinda memegang pundak Rizky erat. Ia merasa geli sekali, kupingnya terus-terusan dikulum begitu.

" Kenapa aku malah membiarkan Maxime bertindak sejauh ini? " Dinda membatin.

Maxime menghentikan kulumannya dan menatap wajah Dinda. Mengapa Dinda memegang pundaknya erat sekali? Apa dia belum mau?

"Din, kenapa kamu memegang erat pundakku? Kamu... belum mau?" tanya Maxime. Dinda kesulitan mencari kata-kata yang pas. Maxime tersenyum nakal dan mengulum kupingnya yang satu lagi. Dan lagi-lagi Dinda dibuat geli oleh kuluman Maxime.

Selesai mengulum kuping, Maxime perlahan menurunkan kepalanya hingga bibirnya menempel dengan bibir Dinda. Mereka berdua saling membagi hasratnya dalam ciuman panasnya. Maxime terus melumat bibirnya dan meminta gerbang mulut Dinda dibuka. Dinda secara langsung membuka mulutnya, membiarkan lidah Maxime bermain. Lidahnya menjalar ke seluruh ruang mulutnya. Lidah Dinda terus tertahan karena sulit untuk bergerak. Maxime menyudahkan french kiss -nya. Ada saliva yang saling berhubungan antara bibir Dinda dan Maxime. Seberapa panas ciuman di antara mereka.

"Dinda... Aku... Ingin melanjutkannya..." ucap Maxime lirih. Wajah Dinda memerah padam.

Ini... Ajakan Maxime untuk melakukan malam pertama? Waaah...

"Mmm..." belum berkata apa-apa. Maxime melanjutkan kegiatannya. Tangannya menarik tali spagetti lingerie Dinda.

Dan malam itu terus berlanjut...

******

Keesokan paginya Maxime lebih dulu bangun dari Dinda, udara Paris entah kenapa sangat menyegarkan pagi ini, semburat cahaya masuk melalui cela gorden kamarnya. Maxime tersenyum penuh arti, lalu menoleh ke arah Dinda yang sedang tertidur pulas. di arahkan tanganya ke rambut Dinda dan mengelusnya pelan

" Mulai hari ini aku pastikan. tidak akan ada setetea air matapun yang keluar dari mata kamu. Kecuali air mata bahagia " Maxime mengecup kening Dinda. lalu memungut kaosnya yang tergeletak tak berdaya di lantai.

" Aku tidak menyangka, Aku bisa memilikimu semudah ini "

" Tapi apa yang harus aku katakan pada Rizky nanti? " Tiba-tiba saja Maxime teringat janjinya pada Rizky.

" Maafkan aku Ky, aku telah mengkhianatimu. Maaf untuk keegoisan ku ini " Maxime tersenyum lesu, lalu matanya menatap Dinda lagi, " Sekarang aku tahu kenapa kamu bisa mencintai wanita ini dengan begitu gila Ky " Maxime menggaruk-garuk tengkuknya tersipu mengingat kejadian semalam. betapa indahnya kejadian itu, dan semua itu terjadi tanpa adanya paksaan. Dinda menyerahkan dirinya begitu saja padanya, Apa Dinda sudah mulai mencintai Maxime?
Maxime pun berjalan ke kamar mandi.

Sementara itu..

Dinda terbangun dari tidurnya, wanita itu mengerjap-ngerjapkan matanya, lalu menguap beberapa kali. Dinda merasakan lembab di daerah tubuhnya, mencoba mengingat kejadian apa yang telah dialaminya, lalu Dinda mengingat jelas kejadian semalam, saat ia menyerahkan dirinya pada Maxime, saat ia membiarkan Maxime bertindak lebih jauh padanya.

Dinda mencengkram ujung selimutnya " Apa yang telah aku lakukan? " Dinda mengingat Rizky, betapa lelaki itu mencintainya, betapa lelaki itu mengorbankan segalanya untuknya. tapi apa yang lelaki itu dapat sekarang?

pengkhianatan dari kekasih dan sahabatnya sendiri? Air mata mulai menetes membanjiri pipinya.

" Kenapa aku tidak bisa mengontrol diriku ? "

" Apa yang telah kamu lakukan Dinda!!! " Dinda menjambak rambutnya sendiri.

" Kenapa kamu tidak bisa menolak Maxime semalam ? "

" Karena tanpa kamu sadari, kamu telah mencintaiku Din " Suara seseorang yang baru saja keluar dari kamar mandi. tentu itu Maxime. Maxime berjalan menuju Dinda dengan telanjang dada dan hanya melilitkan handuk di pinggangnya. rambutnya nampak basah. Dinda akui lelaki ini mempunyai daya tarik yang memikat. tapi apa benar Dinda mulai mencintai Maxime?

Dinda memalingkan wajahnya ke arah lain, dia merasa malu pada Maxime setelah kejadian semalam. " Terimakasih Din sudah memberikan aku kesempatan " Maxime duduk di pinggiran ranjang dan menggengam tangan dinda, Dinda bisa merasakan tangan Dingin Maxime, tapi juga bisa merasakan kehangatan lelaki itu melalui sorot matanya.
" Setiap mengingat kejadian semalam aku slalu merasa telah menjadi lelaki sejati. Aku berjanji akan membahagiakanmu mulai detik ini. akan aku jadikan kamu isteriku selamanya. setelah anak Rizky lahirpun aku tidak akan pernah menceraikanmu "

Dinda melepas genggaman Maxime " Kamu sadar sudah mengkhianati sahabat kamu? " kini Dinda menatap Maxime tajam.

" Aku sadar. " Maxime menunduk

" Aku tahu kamu sangat mencintai Rizky tapi mengingat kejadian semalam, saat kamu menyerahkan dirimu padaku, aku yakin, kamu sudah menyimpan nama lain di hatimu Dinda "

GREP!

Maxime memeluk Dinda lagi, rambut basahnya tercium wangi oleh Dinda, Dinda melingkarkan tanganya ke leher Maxime. Mereka menikmati pelukan itu beberapa saat.

Maxime melepas handuknya, berniat untuk bercinta lagi dengan isterinya. Dinda hanya mematung merasa aneh dengan dirinya sendiri yang tidak bisa menolak Maxime.

" Max? " lirih Dinda.

" Iya? " Suara Maxime berubah serak.

BRAK!!!!

Pintu terjeblak terbuka, seseorang berdiri mematung disana, matanya merah menyala melihat Maxime dan Dinda tengah akan bercinta. Maxime dan Dinda menoleh dan betapa terkejutnya mereka saat mendapati Rizky disana.

Rizky tersenyum kecut, hatinya merasakan sakit yang luar biasa, dadanya terasa sesak, lidahnya seakan kelu, dan tubuhnya seperti siap untuk tumbang.

" Rizky " gumam Dinda pelan, Maxime langsung menjauh dari Dinda.

" oh.. Jadi begini kelakuan kalian iya? HAHAHA .. " Rizky tertawa sinis, lelaki itu berjalan masuk ke dalam kamar.

" INI YANG DI NAMAKAN SAHABAT? IYA? " Rizky menatap mata Maxime tajam, tatapanya penuh dengan tatapan kebencian.

" DAN INI BALASAN UNTUK AKU DIN? SETELAH AKU BERJUANG, MEMPERTARUHKAN HIDUP DAN MATIKU HANYA UNTUK MELINDUNGIMU? " tatapan Rizky beralih pada Dinda yang tengah menangis sambil menarik selimutnya sampai ke lehernya.

" Ky .. " Maxime mencoba berbicara, tapi setelah melihat tatapan Rizky yang mematikan. Maxime menarik ucapanya.

" KALIAN INI MANUSIA MACAM APA! "

" MAXIME. TERNYATA MEMANG BENAR, MENIKAHKANMU DENGAN DINDA ADALAH KESALAHAN BESAR "

BUGH!!!

Rizky menerjang Maxime, memukulinya beberapa kali, Maxime sama sekali tidak melawan, dia merasa pantas mendapatkan semua ini.

" MAXIME KAMU LUPA? AKU YANG MEMBERI NAMA BAIK KELUARGA AKU PADAMU TAPI INI YANG KAMU LAKUKAN? "

BUGH!!

Pukulan mendarat di bibir Maxime sehingga sudut bibirnya mengeluarkan darah.

Dinda sendiri hanya menutup matanya dan menutup telinganya seolah tidak ingin melihat dan mendengar apa-apa lagi.

" KAMU TAHU BETAPA AKU MENCINTAI DINDA. AKU MENIKAHI MICHELLE UNTUK DINDA, PURA-PURA MATI DEMI MELINDUNGI DINDA, DAN SEKARANG AKU HARUS MENGHADAPI DIMAS SENDIRI? SEDANGKAN KAMU ASYIK MENIDURI KEKASIHKU? " Rizky mencengkram kerah

" CUKUP RIZKY! AKU MENCINTAI MAXIME " Rizky dan Maxime menoleh ke arah Dinda.

Eye To LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang