Chapter 10

521 32 0
                                    

" Aku mencintai Billy, kakak dari Rizky "

kata-kata Dinda tadi, membuat gadis berambut sebahu itu merasakan nyeri di bagian dada kirinya. kata-kata itu seperti peluru yang menancap tepat di hatinya, sehingga mengakibatkan rasa sakit yang teramat sangat. Michelle berdiri dekat balkon kamarnya, memandangi hujan yang turun semakin deras, tatapanya kosong, matanya sembab, sesekali gadis itu memijit pelipisnya.

" Dinda mencintai Billy? gadis itu mencintai Billy? " Michelle bergumam sendiri.

" gak mungkin! "

" kenapa? apa rencana lo berjalan sesuai keinginan lo? " seorang lelaki beralis tebal menatap punggung Michelle yang membelakanginya. tubuh lelaki itu bersandar di samping pintu kamar Michelle. Michelle sama sekali tidak menoleh, Michelle tahu pemilik suara itu, Michelle tahu siapa lelaki itu.

" cishhh.. baru tahap pertama. gue yakin misi gue bakal berhasil. gadis itu terlalu bodoh! gampang banget di begoin " jawab Michelle tanpa menoleh. lelaki itu tersenyum kecut.

" dia gak bodoh dia terlalu tulus.. "lelaki itu menjawab dengan datar. membuat Michelle menoleh dan menatap lelaki itu dengan tatapan tajam.

" tulus sama bego beda tipis " gadis itu tersenyum sinis.lelaki itu memasang wajah datar tanpa ekspresi.

" gue tau lo masih mencintai Billy! "

" GUE GAK MENCINTAI LELAKI BRENGSEK ITU! " timpal Michelle dengan cepat. tapi lagi-lagi lelaki itu hanya tersenyum kecut.

" gue gak yakin! hati-hati! jangan sampai semua rencana lo ini bikin lo nyesel seumur hidup "

" GUE GAK AKAN NYESEL !! "

" gue harap begitu "

******

Maxime melempar jasnya dan melonggarkan dasinya lalu menjatuhkan tubuhnya pada sofa ketika memasuki kamar Rizky, lebih tepatnya kamarnya, Maxime mengedarkan pandanganya ke seluruh isi kamar.. berantakan. bantal dan guling yang sudah tudak ada di tempatnya lagi, botol-botol minuman yang ada dimana-mana, serta kacang yang juga berserakan dimana-mana. Maxime meghembuskan nafas pasrah, lalu menggeleng-gelengkan kepalanya. dua hari ini Rizky memang tinggal di rumah Maxime, lelaki itu sepertinya sedang prustasi dan berniat ingin menghindari Dinda.

" gue udah dua kali liat lo kayak gini ky.. " Maxime menatap iba sahabatnya itu yang tengah tertidur dengan keadaan berantakan. tanganya mencengkram lemas sebotol minuman yang tersisa.

" dan dua-duanya gara-gara cewek " Maxime melilitkan kemeja putih polosnya hingga siku, lalu mebereskan kamarnya dengan malas.

Maxime adalah sahabat terbaik Rizky semenjak mereka berdua kuliah di New York. Maxime tentu tahu cerita cinta sahabatnya itu. dari mulai Rizky yang saat itu menjadi pacar Michelle, hingga sekarang lelaki itu mencintai Dinda.
sebelumnya sama, ketika Michelle memutuskan untuk meninggalkanya keadaan Rizky sangatlah mengkhawatirkan, sering mabuk-mabukan, pulang tengah malam, dan jika gerbang rumahnya telah di tutup, Rizky memutuskan untuk tidur di rumah Maxime. menurut Rizky, Maxime adalah sahabat yang paling mengerti dirinya. Maxime juga tlah bekerja di salah satu perusahaan milik Mr.Antonio dan mendapat jabatan penting disana. lelaki itu tergolong lelaki yang tampan, wajahnya blasteran Indonesia-Amerika, matanya hitam kecokelatan, berbadan atletis dan mempunyai lesung pipi. saat kuliah, Maxime dan Rizky sering menjadi inceran gadis-gadis disana.

" errrrrghhhhh .... " Rizky menggeliat. dengan pandangan yang kabur, Rizky beberapa kali mengerjapkan matanya untuk memulihkan penglihatanya. lalu matanya tertuju pada sahabatnya yang tengah sibuk membereskan kamarnya yang dibuatnya seperti kapal pecah.

" maafin gue Max.. " Rizky membuat Maxime menoleh, lelaki itu hanya tersenyum seraya menggelengkan kepalanya.

" No problem bro! gue tau.. " Maxime mencoba mengerti kondisi Rizky saat ini. Rizky pun tersenyum simpul menatap Maxime. sunggu beruntung dia mempunyai sahabat sebaik dan sepengertian Maxime.

" Gue gak tahu, kenapa gue bisa segila ini karena cewek itu " Rizky memijit dahinya, rasa pusing akibat alkohol tadi yang di tegaknya masih terasa.

" Dinda maksud lo? "Maxime menghentikan sejenak aktifitasnya yang sedari tadi sibuk membereskan kamarnya, lalu kembali duduk di sofa menatap Rizky yang terlihat sangat berantakan. baju kemeja Rizky terlihat sangat kusut, rambutnya acak-acakan, sepatunya bahkan masih melekat di kakinya.

" You know what i mean, Max " gumam Rizky. seolah mengerti Maxime pun mengangguk.

" Lo cinta sama dia? "

" Sangat.. "

" seorang Rizky Nazar Antonio mencintai gadis biasa seperti Dinda? terdengar aneh.. " suara Maxime terdengar meremehkan.
Rizky meraih botol minumanya lagi dan terlihat ingin menegaknya.

HAP...

Maxime dengan cekatan mengambil paksa botol berisi minuman keras itu " Lo udah terlalu banyak minum "

" Mungkin terdengar aneh karena selama ini lo tau kalau gue slalu nyari cewek yang sempurna dari segi apapun. fisik, babat bibit dan bobot. tapi Dinda entah dengan cara apa bisa membuat gue segila ini "

" Bahkan lebih gila saat lo di tinggalin Michelle kan? " Maxime dengan cepat menyambar pembicaraan Rizky. Rizky meng-iyakan.

" Dinda memang gadis yang cantik dan tulus.. " Maxime mengeluarkan sebatang rokok dari sakunya. lalu menyesap rokok itu dengan tenang.

" yah.. dia beda! dia beda dari mantan-mantan gue. dia slalu buat gue penasaran, gue gak pernah bisa menebak isi hatinya, gue slalu dibuat bingung dengan sikapnya, bagi gue Dinda adalah teka-teki yang sulit dipecahkan. lo tahu Max? gak ketemu dia sehari pun rasanya setahun, dan sekarang dia udah bener-bener ngehancurin hati gue bahkan hidup gue. gue rasa Billy yang bakal dapetin dia.. Cishh.. lagi-lagi Billy.. dulu dia udah berhasil rebut Michelle dari gue. dan sekarang.. Dinda... "

" Dan kayaknya gue harus siap ngeberesin kamar gue setiap hari. karena lo bakal kayak gini terus. iya kan? " Maxime mendecak kesal.

" Gue ragu kalau Dinda mencintai Billy. Ky, gue yakin kalau sebenernya Dinda cinta sama lo! gue tau dari tatapan matanya ke lo, gue tau gimana cemasnya dia saat lo sakit waktu itu, gue tau gimana perhatianya dia sama lo, walaupun lo terlihat ketus dan cuek sama dia tapi dia slalu berusaha ada buat lo Ky.. " Maxime berusaha meyakinkan Rizky. memang, Maxime bisa melihat itu semua dari sikapnya selama ini pada Rizky. Maxime yakin, ada cinta disana. tapi gadis itu slalu berusaha menutupi perasaanya dengan keraguan.

" Gue juga sepemikiran sama lo Max. kalau Dinda gak mencintai gue, mana mungkin dia slalu diem tiap gue cium "

Maxime melemparkan bantal ke arah Rizky. Rizky mengernyit. " lo nyium dia? oh my god ky, lo bener-bener nyium dia? sejak kapan lo jadi gini? selama setahun lebih lo berhubungan sama Michelle gue gak pernah denger lo ngapa-ngapain dia kan? nyium dia pun gak pernah kan? "

" gairah gue slalu memuncak saat gue sama Dinda. entah kenapa... dia slalu ngebuat gue gak pernah bisa jauh dari dia.. " tiba-tiba sebuah ide gila masuk kedalam fikiranya.

" gue tau apa yang harus gue lakuin sekarang Max.. " senyum tersungging di bibir Rizky. Maxime hanya mengernyitkan dahinya, bingung dengan maksud Rizky.

*****

Dinda sedang tertidur lemas di kamarnya, air matanya kembali menetes membasahi bantal yang dipakainya. Dinda kembali mengingat kata-kata Rizky yang masih terngiang jelas di telinganya " AMBIL AJA DIA KALAU LO MAU, GUE GAK AKAN NYEGAH.. " apa sesakit hati itukah Rizky karena kata-katanya dua hari lalu ? sampai-sampai membenci Dinda seperti itu. bahkan dengan sukarela merelakan Dinda untuk Billy dengan kata-kata yang terdengar sangat menyakitkan dan meremehkan. bagai PIALA BERGILIR menurutnya. atau memang keraguanya selama ini benar? apa Rizky tidak benar-benar mencintainya? apa Rizky hanya pura-pura mencintainya agar bisa menguasai harta kekayaan Mr.Antonio seperti yang dijanjikan pria paruh baya itu? fikiran lainya berkecamuk di otaknya.

" aku... men-cin-ta-i-ka-mu-riz-ky " ucap Dinda parau di sela tangisnya.

suhu badanya kembali naik, Dinda merasakan panas di sekujur tubuhnya, dan merasakan pusing dikepalanya.
lalu matanya tertuju pada ambang pintu.
Rizky, Dinda yakin sekali itu Rizky, meski pun pandangannya agak kabur oleh rasa kunang-kunang yang bermain di kepalanya, ia yakin sekali apa yang ia lihat adalah Rizky, berdiri sendiri dengan angkuhnya di ambang pintu. memancarkan aura tampannya yang sampai sekarang pun tak dapat ditolak Dinda meskipun dalam keadaan berantakan. bola matanya sekilas menusuk lurus ke dalam bola mata Dinda, namun ia buru-buru mengalihkan tatapannya. dan Rizky pun berlalu begitu saja ketika Dinda mengalihkan tatapanya.

" udah dua hari kamu gak pulang. dan sekarang keadaan kamu semakin berantakan.. apa itu karena aku ky? " Dinda bergumam lirih.

Dinda memejamkan matanya perlahan, dengan fikiran yang masih di dominasi oleh Rizky.
ketika Dinda merasa kepalanya semakin pusing, Dinda berusaha bangun dari tidurnya untuk meraih obat yang tersimpan di lemari khusus penyimpanan obat dekat lemari bajunya. tetapi karena kepalanya yang semakin pusing...

BRUK...

HAP!

sepasang lengan kekar telah menahan pergerakan tubuhnya, membuatnya tak bisa lari ke mana-mana, tertahan di satu sudut pada ruangan itu.

Tak ada orang yang lewat sama sekali, tak ada angin, dan tak ada hujan.

Sejurus kemudian yang dapat Dinda rasakan hanyalah syaraf-syarafnya yang melemas, sepasang matanya yang tertutup, nafas berat Rizky yang jatuh teratur di bawah lehernya, jemari Rizky yang bertengker di pinggangnya, wangi badannya yang maskulin, dan bibir tipis milik laki-laki berambut hitam pekat itu yang telah tertempel di bibirnya, setengah memaksa tetapi juga membuat Dinda menagih.

Rizky telah merangsek maju, mendekapnya, menciumnya, tanpa permisi dan tanpa peringatan apa pun sebelumnya, membuat Dinda sejenak merasa terbang, tak merasakan kesadarannya.

Hangat.

Dan Dinda tak kuasa menolak.

Rizky melepaskan bibirnya dari bibir Dinda" aku tahu, kamu cinta sama aku! "

" a-ku.. gak.... "  seolah tahu akan jawaban Rizky. Rizky pun melangkah meninggalkan Dinda.
Berbohong bukanlah hal yang Dinda senangi, dan ia telah melukai hatinya sendiri dengan mengatakan ia tidak mecintai Rizky, di kamar yang gelap karena cahaya lampunya remang-remang dan hujan deras seminggu silam. Dinda ingin sekali menarik ucapannya cepat-cepat, menampar pipinya sendiri, mengatakan maaf, dan aku mencintaimu, dan tolong lupakan segala hal bodoh yang telah kuucapkan kepadamu waktu itu, aku tidak sungguh-sungguh mengatakannya—namun hal ini justru semakin menyiksa dirinya. Merelakan apa yang telah terjadi di antara mereka berdua tidak semudah membalikkan telapak tangan.

*****

malam itu Dinda merasa suhu panas badanya mulai menurun, dan badanya sudah mulai terasa ringan. sepertinya kondisinya sudah mulai membaik. Dinda merasa bosan berhari-hari hanya berdiam diri di kamar tanpa melakukan apa-apa. selain mandi, makan dan minum obat. selama dia sakit, Rizky dan Billy tak terlihat. kedua lelaki itu sama sekali tidak ada yang memeriksa kondisinya atau sekedar melihatnya ke kamarnya.

kedua lelaki itu tak menampakan batang hidungnya sama sekali...

jika Rizky, Dinda dapat memakluminya. mungkin lelaki itu ingin menghindarinya dengan memilih tinggal di rumah Maxime. tapi Billy.. lelaki itu tak terlihat sejak dia menyelamatkan Dinda yang tengah pingsan ditengah jalan seusai Rizky meninggalkanya begitu saja.

dan lelaki itu tlah 3 kali menyelamatkanya..

Dinda memutuskan untuk keluar kamarnya, berusaha mencari Billy.. Dinda berjalan sedikit gontai..

" Billy... " Dinda berteriak.

" Billy... " Dinda meneriakan nama lelaki bermata sipit itu lagi.

" Bil... "

PLAM!!!

BUKKK!!

seseorang dibelakangnya memeluk tubuh Dinda, menyeretnya dengan paksa. tangan kananya membekap mulut Dinda dengan sapu tanganya. Dinda ingin berteriak, tapi seseorang itu membekap mulutnya dengan kuat. sehingga Dinda tidak bisa apa-apa.

tubuhnya meronta berkali-kali tapi sia-sia, seseorang itu terlalu kuat. lengan kekarnya menahan tubuh Dinda agar tidak terlepas.

laki-laki itu menyeret Dinda hingga ke depan Villa. mobil Alphard berwarna putih. mobil yang sama dengan mobil Rizky terparkir disana. seseorang itu memasukan Dinda ke dalam mobil itu..

" LEPASIN! LEPASIN! KAMU MAU APA HAH? TOLONG LEPASIN " Dinda berteriak berkali-kali seraya berusaha keluar dari mobil itu.tapi laki-laki itu membekap mulut Dinda dengan sapu tangan lagi. kali ini sapu tangan itu berbeda, membuat Dinda kehilangan kesadaranya.

seseorang itu tersenyum menyeringai, menaikan alis kirinya, lalu meraih handphone di sakunya mengirim pesan kepada seseorang. setelah beberapa menit, seseorang itu menyimpan handphone itu kesakunya lagi. dan memasuki mobilnya dan berjalan meninggalkan Villa itu..

******

" PACAR LO! ADA DI TANGAN GUE! GUE BAKAL BIKIN DIA MATI, MENYUSUL CHELIA!!! "
Rizky terkesiap ketika menerima pesan singkat dari seseorang. nafas nya memburu penuh emosi, matanya merah menyala-nyala, Rizky tahu betul siapa orang yang mengirim pesan itu, Rizky tahu!!

Rizky keluar dari kamar Maxime, mencari-cari sahabatnya itu. dan Rizky menemukan Maxime tengah berada di ruang tengah rumahnya, dia sedang menyesap kopinya.

" Max.. Dinda dalam bahaya! " ucapan Rizky membuat Maxime menoleh. " gue minta bantuan lo! kumpulin orang-orang lo buat mengepung suatu tempat. nanti gue kirim alamatnya ke lo! gue harus nyelametin Dinda sekarang. gue gak akan pernah bisa maafin diri gue kalau terjadi sesuatu sama dia.. "

Rizky buru-buru mengenakan jaket base ball cokelat miliknya dengan langkah yang tergesa-gesa dia keluar dari rumah Maxime, dia ingin cepat-cepat ada di tempat itu, dia tahu, pasti Dinda disana. pasti!

tanpa mengindahkan ucapan Rizky. Maxime dengan cekatan menelpon anak buahnya. Maxime tidak tahu apa-apa sebenarnya. dia hanya menuruti perintah sahabatnya itu.

*****

mata Dinda hanya bisa menatap dalam ketakutan. setelah sadar dari obat biusnya Dinda melihat seorang lelaki yang tengah tersenyum kecut kepadanya. lelaki itu tampan, usianya kira-kira sebaya dengan Rizky. tapi tatapanya seperti monster yang menakutkan. tubuh Dinda di ikat di sebuah kursi dan Dinda sepenuhnya tidak bisa bergerak. Dinda bisa menebak bahwa lelaki ini lah yang tadi menyeretnya, memasukan paksa ke dalam mobilnya. laki-laki ini lah yang menculiknya!

lelaki itu berjalan mondar-mandir sambil memainkan pisau di tanganya.

" membunuh dengan pisau rasanya akan sangat menyenangkan... " lelaki itu memainkan pisau di dekat dinda. membuar kilatanya menyilaukan dalam kegelapan, oh astaga, Dinda sangat takut dengan gelap. " lo cantik Dinda  tapi sayang, nyawa lo  harus berakhir ditangan gue hahahaha " lelaki itu terkekeh mengerikan melihat sinar ketakutan yang terpancar dari mata Dinda.

" kenalkan, gue Eza Gionino.. mantan sahabat pacar lo! Rizky! "

Dinda langsung menyambar " maksud kamu apa? kenapa kamu nyulik aku dan berniat mau membunuhku? apa salah aku? dan apa hubunganya dengan Rizky? " Dinda mencoba meronta. kengerian merayapi dirinya.

lelaki bernama Eza itu tertawa melihat usaha Dinda yang sia-sia untuk melarikan diri, kemudian mendorong kursi Dinda ke dinding dan menekan pisaunya di pipi Dinda.

" hahaha lo tahu siapa lelaki yang lo cintai itu HAH? DIA PEMBUNUH! DIA UDAH NGEBUNUH CHELIA, CHELIAKU!!!! DAN GUE AKAN MENUNTUT BALAS ATAS ITU SEMUA, ATAS KEMATIAN CHELIA. DENGAN NGEBUNUH LO! PEREMPUAN YANG SANGAT DICINTAI RIZKY NAZAR ANTONIO. HAHAHA "
Dinda mengernyit, bingung dengan ucapan lelaki di depanya ini. fikiranya bertanya-tanya apa maksud ini semua? siapa chelia? siapa lelaki ini? bahkan Dinda menenalinya saja tidak. tapi rasa takut menahanya untuk banyak bertanya pada lelaki ini.

" pisau ini lo tahu? PISAU INI SANGAT TAJAM!" suara Eza meninggi, memain-mainkan pisau itu di pipi Dinda. "gue ragu, apa Rizky masih mau mempertahankan lo sebagai pacarnya kalau wajah lo yang cantik ini rusak! " diletakanta besi dingin itu di pipi Dinda. membuat Dinda terpejam ketakutan.

" aku bukan pacar Rizky!! " bantah Dinda.

" oh ya? bukan pacar? tapi gue waktu itu ngeliat kalian sedang berciuman di tengah hujan.. " atas dasar apa lelaki ini memata-matai dirinya dengan Rizky? ingatan Dinda kembali pada saat Rizky menciumnya di halaman depan Villa.. ciuman kasar yang membuat sudur bibirnya berdarah. apa lelaki ini ada disana waktu itu?

" atau lo cuma pelacurnya HAH? " kata-kata Eza menyulut amarahnya " AKU BUKAN PELACUR! "dengan lantang Dinda meneriakam bentakanya, dan rupanya bentakanya itu malaham memancing emosi Eza.

" hahaha LO GAK LEBIH DARI PEREMPUAN MURAHAN MAINAN RIZKY! ITU YANG GUE TAHU " lalu Eza tertawa mengerikan.

" mari kita mulai ritual ini.. pisau ini akan menyayat lo pelan-pelan di bagian-bagian tubuh lo, sampai lo akan mati pelan-pelan karena kehabisan darah. pisau itu berkelebatan dengan main-main di depan Dinda. " dan gue akan membuang tubuh lo tepat di depan lelaki brengsek itu! pasti gue akan puas, sebelum akhirnya gue ngabisin Rizky dengan tangan gue sendiri " dengan tawa memgerikanya yang terkekeh dan menakutkan. Eza mengayunkan pisaunya dan sekejap Dinda merasakan prdih karena sayatan besi tajam itu di lenganya.

Rizky memasuki Villa itu dengan marah, Maxime dan orang suruhanya telah mengepung Villa putih itu. Villa itu tenang dan sepi seolah tidak ada siapapun disana. lalu mata Rizky mrngarah pada pintu di ujung lorong yang setengah terbuka dan melangkah kesana lalu masuk dengan marah ketika melihat apa yang terjadi disana

.
" LEPASKAN DIA, EZA!!! " suara Rizky dingin. mencoba menahan kemarahanya dengan terkendali. lelaki itu sedang memegang pisau di dekat Dinda. dia tidak ingin Dinda terluka lebih dari ini.

Eza membalikan tubuhnya dan tersenyum melihat Rizky berdiri di ruangan itu
" Ah sang pangeran penyelamat akhirnya datang juga " dengan tenang Eza memgacungkan pisaunya ke arah Rizky.

" LO LIAT KY! PACAR LO INI, PEREMPUAN YANG SANGAT LO CINTAI INI! SEDANG DALAM PROSES MEREGANG NYAWA!! TADINYA GUE PENGEN KHUSUS MEMPERSEMBAHKANYA KE LO DALAM KEADAAN MATI KARENA TERSAYAT PISAU. TAPI KAYAKNYA LO DATANG TERLALU CEPAT "

" GUE AKAN NGEBUNUH LO! KALAU ITU TERJADI ZA! "

geram Rizky marah. tawa Eza membahana ke seluruh ruangan.
" sekarang pun gue tahu, banyak orang yang sedang mengepung tempat ini. siap nembak gue kapanpun gue lengah.. " dengan cepat Eza bergerak ke sebelah Dinda dan menempelkan pisau tajam itu kelehernya.

" tapi sebelum itu gue akan ngebunuh pacar lo ini dulu "

Dinda terkesiap, menahan sakit dan ketakutan ketika besi dingin itu menempel dilehernya. lapisanya yang tajam telah menyayat lehernya, menimbulkan sedikit perih disana.

" KALAU LO NEKAD NGELAKUIN ITU!! LO HARUS SIAP-SIAP MENANGGUNG AKIBATNYA!! " kali ini Rizky sudah tidak bisa menahan kemarahanya. " GUE BAKAL NGEBUNUH LO DENGAN PELAN-PELAN SAMPE LO BISA MERASAKAN DETIK-DETIK MENJELANG KEMATIAN LO!!!"

" lo takut rizky? lo bener-bener takut gue bakal menyakiti perempuan ini? ternyata lo benar-benar mencintainya? gue bisa liat itu dari mata lo! " Eza menatap Rizky dengan senyumam gilanya, memainkan pisaunya di leher Dinda " satu sayatan aja, gue akan memutuskan nadinya, tepat di leher... darahnya akan memancar keluar dan dia bakal mati dengan cepat. tepat di depan kedua mata lo! dan gue rela mati demi kepuasan gue menonton adegan itu " lalu dengan gerakan secepat kilat, Eza mengangkat pisaunya. lalu membuat gerakan menghujam untuk menikam leher Dinda.

Dinda memejamkan matanya, menanti detik-detik kematianya, tetapi kemudian dia tidak merasakan sakit, apakah memang kematian tidak terasa sakit? dengan ragu, Dinda membuka matanya dan gadis itu terkesiap dengan pemandangan di depanya.

rizky menahan pisau itu dengan tangan telanjang, bagian tajam pisau itu mengiris telapak tanganya, tetapi lelaki itu mengenggam pisau itu tanpa ekspresi meskipun darah mulai bercucuran dari tanganya,. Eza tampak terpengarah dengan gerakan Rizky yang tak disangkanya itu. dia berusaha menarik pisaunya itu dan melemparkanya jauh-jauh.

" gue bakal ngehajar lo, sebelum membunuh lo! " Rizky menerjang Eza ke lantai dan mereka bergulat saling memukul, tapi Eza tidak terbiasa berkelahi dengan tangan kosong sehingga dia kewalahan. Rizky terus dam terus menghajarnya tanpa ampun. ketilka kemudian rintihan Dinda menghentikanya.
Rizky melihat Dinda kehilangan kesadaranya, mulai oleng dengab kondisi terikat di kursi. perhatian Rizky teralih dan berdiri untuk meraih Dinda.

pada saat itulah Eza yang sudah babak belur mencoba meraih pisaunya yang dilemparkan Rizky tadi. dia berhasil meraihnya dan mengarah hanya untuk menikam punggung Rizky.

dan.....

DOR!!!!!

Tubuh Eza ambruk ke lantai, karena tembakan itu. Rizky menoleh kebelakang. melihat Eza ambruk dengan pisau yang masih di tanganya. dan dia lalu menoleh ke pintu, ke arah Maxime yang memegang pisau di tanganya.

" bereskan dia Max.. " Rizky memerintah cepat lalu pehatianya sepenuhnya terarah pada Dinda tidak dirasakanya telapak tanganya yang tersayat dalam. dia membuka ikatan Dinda dan perempuan itu langsung jatuh ambruk ke pelukanya.

Lalu lengan kuat itu mengangkatnya, menempelkan tubuh lemasnya ke dada bidang nya yang keras. Aroma itu.. aroma parfum yang sangat dikenalnya... Rizky? Dinda tersenyum dalam hati, menyadari Rizky telah menyelamatkannya. Lalu kesadarannya hilang lagi. setelah sempat kembali beberapa saat.

******

Ketika terbangun, Dinda ada di rumah sakit. Yang dirasakan pertama kali adalah pusing dan kehilangan orientasi, lalu dia mengenali wajah itu, Maxime dan Ali di belakangnya. Yang duduk di tepi ranjangnya dan menatapnya dengan cemas.
Dia terbangun dan langsung berusaha mengangkat tubuhnya untuk duduk. sementara Ali berlari keluar untuk memanggil dokter.

Dinda menatap sekeliling ketika kesadarannya sudah kembali, dimana Rizky? itu yang terpikir olehnya pertama kali. Bukankah waktu itu Rizky yang menyelamatkannya? kenapa sekarang dia tidak ada? Tiba-tiba sebersit rasa kecewa memenuhi dirinya.

Ali masuk kembali dengan dokter, dan Ghina yang mengikuti dengan cemas di belakangnya . Dokter memeriksa Dinda sejenak lalu pergi dan tampak becakap-cakap dengan Maxime dan Ali, sementara Ghina duduk di tepi ranjang,

"Syukurlah kak Dinda, kakak udah sadar, kita khawatir dari tadi di sini." Ghina duduk di pinggiran ranjang dan menggenggam tangan Dinda.
Dinda tetap memandang ke sekeliling, masih susah berbicara. Dimana Rizky? pikirnya.

Ghina sepertinya menyadari apa yang ada di benak Dinda, dia tersenyum.

"Kak Rizky lagi beli kopi di bawah. Kita yang maksa, karena seharian ini dia seperti orang gila, mondar mandir di koridor, keluar masuk kamar, nunggu kakak sadar."

Rizky mencemaskannya sampai seperti itu? benarkah? Sejenak dada Dinda membuncah oleh perasaan hangat.

" kak? kakak gak apa-apa kan? mana yang sakit? siapa yang udah buat kakak sampe begini kak? aku tadi kaget banget pas kak Rizky nelpon dan bilang kalau kakak ada di rumah sakit... " cerocos Ali. Dinda hanya tersenyum menatap adiknya yang tak pernah berubah ini. sikap posesifnya ternyata masih kental. Dinda sangat merindukan Ali. sudah hampir 2 bulan lebih mereka tidak bertemu, tapi setidaknya Dinda tidak khawatir dengan Ali. dia sangat percaya dengan Mr.Antonio yang sudah berjanji akan menjaga adik satu-satunya itu.

" kakak gak apa-apa li " Dinda tersenyum tipis. " kakak lihat kayaknya kamu makin deket aja sama Ghina.. jangan-jangan kalian.... " Dinda sengaja menggantungkan jawabanya, berharap Ali atau Ghina yang akan meneruskanya.

" kita udah jadian kak.. " sambar Ali dengan cepat. pipinya merah padam menahan malu. Dinda tidak kaget, dan balik menatap Ali dan Ghina bergantian dengan tatapan menggoda. " cieeee.. selamat yah! "

karena malu Ali berusaha mengalihkan topik pembicaraan mereka. " kalau aku tahu siapa yang udah nyakitin kakak, bakal aku bunuh dia dengan tanganku sendiri " Ali menatap cemas kakaknya itu. kakak yang sangat di sayanginya selama ini.

"Kak Rizky kayaknya sangat menyesal karena kak Dinda dibuat seperti ini oleh musuhnya." Ghina menyambung, tidak menyadari perubahan ekspresi Dinda.

musuhnya? apa yang dimaksud Ghina itu adalah laki-laki bernama Eza itu? lelaki yang berusaha membunuhnya? apa hubungan lelaki itu dengan Rizky? Dinda sempat mendengar lelaki itu mengatakan bahwa dia adalah mantan sahabat Rizky. dan lelaki itu berkali-kali menyebut nama Chelia, Chelia? siapa dia? rentetan pertanyaan itu memenuhi fikiran Dinda sekarang ini.

saat Dinda sibuk dengan fikiranya sendiri. pintu terbuka dan Rizky masuk, lelaki itu langsung menghampiri Dokter dan bercakap-cakap dengannya, dan setelah dokter pergi, langsung melangkah mendekati ranjang.

Ghina, yang melihat Maxime serta Ali melangkah keluar, langsung ikut berpamitan keluar dulu, memberi kesempatan kepada Rizky berduaan dengan Dinda.

Lelaki itu tampak letih. Dinda menyimpulkan. Apakah karena dirinya?

"udah baikan?" Rizky menarik kursi mendekat dan duduk di samping ranjang, mengamati Dinda dengan cermat.

"Lumayan.." jawab Dinda pelan, suaranya masih serak dan lehernya masih sakit. Tetapi secara keseluruhan dia baik-baik saja.

"Maafin aku." suara Rizky berbisik, "Aku udah ngebuat kamu kayak gini. Eza ngincer kamu dari awal din.."

" secara gak langsung aku udah ngelibatin kamu dengan masalah ini.. " Rizky menunduk. Dinda mengamatinya dengan intens, lalu pandangan Dinda tertuju pada tangan kanan Rizky yang di perban. Dinda jadi ingat bagaimana usaha Rizky menyelamatkanya, tangan telanjangnya menahan pisau itu kuat-kuat sampai membuat darah nya bercucuran..

" Eza adalah sahabat aku.. aku, Eza, Maxime, dan Chelia bersahabat waktu kita kuliah di New York.. " Rizky masih menunduk.

" Chelia? " Dinda tertarik dengan nama itu. nama itu yang slalu disebut-sebut oleh Eza tadi. Rizky mendongak menatap Dinda dengan senyuman yang tersungging di bibirnya.

" yah.. Chelia.. dia meninggal beberapa tahun yang lalu karena bunuh diri.. "

" bunuh diri? " tanya Dinda kaget. lalu Dinda teringat pada kata-kata Eza tadi. Eza bilang bahwa Rizky adalah pembunuh. lalu apa maksudnya?

" dia bunuh diri saat tahu bahwa aku saat itu udah berhubungan sama Michelle.. aku gak tahu kalau Chelia diam-diam mencintai aku, bahkan dengan gilanya. yang aku tahu, Eza mencintai Chelia.. sangat mencintai Chelia. saat itu, saat Chelia telah terbujur kaku di kamarnya, aku, max, dan Eza ngeliat beberapa foto yang dipajang dimana-mana, yang bikin aku kaget foto itu adalah foto aku.. aku bener-bener gak nyangka. kita bertiga terpukul waktu itu, terlebih Eza " Rizky menghentikan ucapanya. mengacak-acak rambutnya prustasi saat mengingat kejadian itu. kejadian yang berusaha dilupakanya selama ini.

" dan Eza nyalahin aku atas kematian Chelia. dia benci banget sama aku. sampai-sampai hubungan persahabatan kita hancur.. dan aku gak nyangka kalau dia punya niat buat ngehancurin aku dan memperalat kamu din.. maafin aku .. ini semua gara-gara aku.. "

Rizky mendekat ke tepi ranjang, lalu membungkuk dan tanpa dinyana, mengecup dahi Dinda dengan lembut.

"Cepat sembuh ya." bisiknya pelan sebelum melangkah pergi, berniar meninggalkan Dinda yang tertegun tanpa mampu berkata-kata. Perasaannya berkecamuk, dan dia bingung harus bagaimana.

" A-ku... mencintai kamu ky! "

DEG!

Rizky menghentikan langkahnya, lalu menoleh ke arah Dinda berusaha mencerna kata-kata yang di ucapkan Dinda tadi.

" apa? coba ulangin? " Rizky penasaran. takut-takut salah mendengar.

" aku mencintai kamu.. aku mencintai kamu.. aku mencintai kamu.. " ucap Dinda berulang-ulang berusaha meyakinkan lelaki yang ada di depanya kini
lalu dengan tatapan berbinar-binar Rizky setengah berlari ke arah Dinda meraih tubuh perempuan itu dengan mata yang berkaca-kaca.

" aku tahu itu... "

" tapi, kita gak bakal bisa bersama ky.. " ucap Dinda membuat Rizky melepas pelukanya, dan menatap tajam mata hitam kecokelatan milik gadis itu. " kenapa? "

" Michelle lebih membutuhkan kamu.. dan Billy lebih membutuhkan aku.. " Dinda menundukan kepalanya. tak berani menatap lelaki yang di cintainya itu. Rizky semakin bingung dengan maksud Dinda. bukankah mereka saling mencintai? tapi apa maksudnya Billy dan Michelle lebih membutuhkan mereka?

" kamu fikir aku gak ngebutuhin kamu? dan kamu apa gak ngebutuhin aku din? apa sih maksud kamu? aku sama sekali gak ngerti " tanya Rizky prustasi.

" Michelle dateng pagi itu, dia bilang kalau dia masih cinta sama kamu aku bisa liat ketulusan di matanya.. aku.. "
" kan udah aku bilang berkali-kali sama kamu kalau Michelle cuma masa lalu aku dinda! aku udah gak punya perasan apapun sama dia.. " Rizky terus berusaha meyakinkan gadis itu.

Rizky meraih tangan Dinda dan ditempelkanta telapak tangan Dinda pada dada bidangnya. Dinda merasakan sesuatu bergetar disana, detak jantung yang yang berdetak sangat kencang. " kamu bisa rasain ini? kamu ngerti kan din apa artinya ini? dari awal perasaan aku sama kamu gak pernah berubah.. "

" Billy mengidap kanker prankreas stadium empat. kalau di lihat dari segi medis, kesempatan hidupnya tinggal beberapa persen lagi... "

DEG!

" Billy sakit? " Rizky kaget mendengar bahwa Billy mengidap penyakit yang sedemikian parah.

" iya Billy sakit, aku tau pas aku nemuin obat-obat itu, obat-obat penahan rasa sakit kanker. sebelum cuti kuliah kamu tau kan kalau aku kuliah di jurusan kedokteran? sedikit banyak aku tau tentang obat itu.."
Dinda berusaha menjelaskan. lalu ekspresi wajah Rizky berubah cemas. bagaimanapun Billy adalah kakaknya. saudara se-ayah nya. walaupun hubungan mereka tidak cukup baik, tapi Rizky menyimpan simpatik pada Billy.

" aku tau pasti kamu kecewa kan ky kalau aku sampai memilih Billy karena otomatis perusahaan kakek kamu semuanya akan di pindah tangankan ke Billy? .. "

" ini bukan tentang perusahaan kakek! ini tentang perasaan, Dinda. aku udah gak memikirkan lagi tentang kesepakatan yang di buat kakek.. aku cuma mikirin kamu! mikirin kita.. " Rizky langsung menyambar perkataan Dinda membuat Dinda sedikit kaget.

lalu fikiran aneh terbesit dibenak Rizky. meragukan Billy. meragukan bahwa lelaki itu benar-benar sakit. selama ini Billy slalu terlihat baik-baik saja di depan Rizky, tidak menunjukan adanya tanda-tanda bahwa lelaki itu mengidap penyakit separah itu.

apa ini salah satu strategi Billy untuk mendapatkan Dinda plus dengan kekayaan kakeknya? Rizky bergumam dalam hati. mengingat Billy yang sangat terobsesi untuk menghancurkanya. menurut Rizky Dinda adalah gadis lugu dan polos, bisa saja Billy memanfaatkan kepolosan dan keluguanya itu untuk melancarkan rencana busuknya

..
" udah 3 hari Billy gak pulang ke Villa.. dan udah 3 hari ini kamu ngehindarin aku.. kalian sama-sama pergi dari Villa, ninggalin aku sendirian " gumam Dinda pelan.

" Billy udah 3 hari gak pulang ke Villa? " tanya Rizky bingung. Dinda hanya menganggukan kepalanya.

" din.. aku ngehindarin kamu karena aku pengen lupain kamu waktu itu walaupun aku ragu itu bakal berhasil karena pada kenyataanya aku gak pernah bisa jauh dari kamu. aku mencintai kamu dinda! " Rizky meraih tubuh Dinda membenamkanya dalam pelukan.
" aku juga cinta sama kamu.. " Dinda membalas pelukan lelaki itu. tanpa terasa butiran bening itu membanjiri pipinya, Dinda menangis dalam pelukan Rizky. Rizky memejamkan matanya menikmati kehangatan yang yang tercipta dari pelukan itu..

" tapi kenapa kamu lebih mementingkan perasaan orang lain dibandingkan perasaan kamu sendiri? dan perasaan aku juga? kenapa perasaan aku harus ikut di korbankan? aku gak yakin Billy sakit.. aku ngerasa itu cuma straregi licik dia aja buat dapetin kamu Din.. dan tentang Michelle.. aku gak peduli.. aku udah gak cinta sama dia.. aku... cuma mencintai kamu! " Rizky berusaha meyakinkan gadis itu. Dinda tiba-tiba saja melepaskan pelukanya menatap Rizky dengan tatapan kesal.

" BILLY SAKIT! DAN KAMU NGIRA ITU CUMA BOHONG? BILLY KAKAK KAMU KY! AKU YAKIN KAMU SAYANG SAMA DIA.. WALAUPUN HUBUNGAN KALIAN GAK CUKUP BAIK!! " suara Dinda meninggi.

" kamu mau kita berkorban demi kebahagiaan orang lain? baik kalau gitu.. aku gak bisa apa-apa. tapi aku minta satu permintaan sama kamu! "

" Apa? " tanya Dinda penasaran.

" aku cuma ingin bertindak egois malam ini.. "

*******

Rizky membawa Dinda ke suatu tempat, ke sebuah rumah tak berpenghuni, masih milik kakeknya. Rizky memutuskan untuk meminta izin kepada dokter agar bisa membawa Dinda pulang. karena kondisi Dinda tidak begitu parah, Dokter pun mengizinkan.

mereka berpelukan erat, memejamkan mata, menikmati intensitas perasaan yang dihasilkan dari sebuah pelukan, dari sebuah kedekatan antara dua anak manusia yang saling mencintai. mereka sedang berada di ruang tengah rumah itu. pelukanya tak pernah lepas. seolah tak ingin berpisah.

“aku bahagia”, desah Rizky memejamkan matanya dan mengetatkan pelukannya, “terimakasih udah ngebuat aku bahagia malam ini”

Dinda hanya diam, tidak menanggapi perkataan Rizky dengan kata-kata, tetapi pelukannya yang makin mengetat di punggung Rizky menunjukkan intensitas perasaannya, Bahwa dia mengalami hal yang sama, bahwa dia mengalami kebahagiaan yang sama.

“Seandainya aja waktu berpihak pada kita”

“stttt…”, Dinda mendongak dan meletakkan jemarinya di bibir Rizky, membuat kata-katanya terhenti, “Manusia tidak akan pernah maju kalau dia cuma ngabisin waktunya untuk berandai-andai, kita harus nerima apa yang ada dan menjalaninya. Semua pasti terjadi karena ada makna di baliknya, pertemuan kita, cinta kita yang terlambat, pasti ada makna di baliknya”

“Dan apa maknanya, kalau aku boleh tau ?”, sela rizky membantah, “Karena selama ini aku cuma bisa menyesali kenapa kita terlambat bertemu dan kenapa aku nggak bisa milikin kamu”

Dinda tersenyum ceria, mengecup pipi Rizky penuh sayang,

“Mungkin agar kita bisa belajar bagaimana mencintai tanpa keegoisan, bagaimana kita bisa mencintai tanpa dorongan posesif untuk memiliki. Hanya mencintai dan tidak ingin apa-apa lagi. Hanya ingin mencinta dan tidak membutuhkan yang lain lagi…”

“Dinda..”, Rizky mengerang penuh kepedihan dan merengkuh lagi Dinda ke dalam pelukannya, “Aku cinta kamu, sangat ! dengan intensitas yang mungkin akan bikin kamu lari ketakutan kalau kamu bisa mengukurnya”
Dinda tersenyum di dada Rizky, menikmati pernyataan cinta Rizky itu dengan bahagia.

Rizky melepaskan pelukanya " aku mau ambil minum dulu buat kamu "

Rizky berjalan ke dapur, dengan langkah yang ragu. " maafin aku harus ngelakuin ini. maafin aku din.. " gumamnya dalam hati.
dengan cepat Rizky kembali menemui Dinda yang tengah terduduk lesu di sofa. membawa 2 gelas air putih.

" nih minum " Rizky menyodorkan salah satu minuman itu pada Dinda. Dinda mengambilnya seraya tersenyum. Rizky membalas senyuman itu.

" makasih yaa " Dinda meminumnya.

"Dinda", Rizky mengerang lagi, memeluk Dinda lagi lalu mengetatkan pelukannya, "kamu selalu bisa bikin aku tetap bersyukur bahkan di waktu aku merasa pedih sekalipun"

Dinda tersenyum lembut dan menatap Rizky penuh sayang,
"aku pingin setelah ini kamu bener-bener ngelepasin aky dan memusatkan diri buat bahagia sama Michelle"

Rizky memalingkan mukanya,
"aku nggak bisa janji", jawabnya pahit, "saat aku harus mengikat komitmen sama Michelle, itulah saat kematian buat hati aku"

" Riz... " Dinda merasakan kepalanya pusing. pandanganya seketika kabur. Dinda hanya melirik Rizky sbentar dan lelaki itu hanya tersenyum tipis. Rizky dengan secepat kilat menggendong Dinda, berjalan menuju kamar didekat ruang tengah rumah itu.

Rizky membuka kaos hitam dibalik jaket base ball nya tadi di depan Dinda. Dinda tercekat melihat tubuh telanjang Rizky di depanya, Dinda belum begitu kehilangan kesadaranya, dengan pandangan yang sedikit kabur Dinda bisa melihat tubuh telanjang Rizky.

" ka.. kamu.. mau apa... " ucap Dinda terbata-bata.

Rizky tidak menghiraukan ucapan Dinda. tubuh lelaki itu telah menindih Dinda dan gadis itu menggodanya dengan pinggulnya yang menggeliat dan mengundang. dan Rizky melucuti semua pakaian Dinda dengan hati-hati.

" maafin aku, aku harus ngelakuin ini. aku gak mau kehilangan kamu din.. " Rizky menyangga tubuh Dinda dengan siku, menjaga dadanya yang keras agar tidak menindih tubuh Dinda. Rizky menunduk mencium bibir Dinda. bibir itu menggoda dan menggairahkan menurutnya. Dinda meronta tapi dia tak bisa lepas dari tubuh Rizky yang menindihnya. obat itu telah bereaksi di tubuh Dinda. membuat tubuh Dinda lemas dan sulit bicara.

" kamu tenang sayang.. malam ini.. adalah malam kita berdua.. aku janji bakal memperlakukan kamu dengan lembut " Rizky menahan pinggul Dinda dengan tanganya. karena pinggul itu bergerak-gerak mendesaknya.

" maafin aku sayang.. " detik itu juga Rizky mendesakan dirinya ke dalam tubuh Dinda. Hati-Hati. Rizky menggertakan giginya, mencoba menahan gairahnya yang begitu kuat karena tak ingin menyakiti Dinda.

Rizky mencoba meredakan dorongan untuk menerjang tubuh Dinda.

penghalang itu ada, seolah menahan Rizky. Rizky mendesak maju dan mengklaim apa yang menjadi miliknya.

Dinda adalah miliknya!

" SAKIT!!! " Dinda menjerit berusaha mendorong tubuh Rizky. sebutir air mata menetes dari sudut matanya. sisa-sisa kesadaranya yang tertinggal.
Rizky mendesakan dirinya sedalam mungkin, dan akhirnya berhasil menembus penghalang itu.mengabaikan teriakan jeritan Dinda.

ketika akhirnya jeritan Dinda mulai mereda, Rizky mengangkat kepalanya, mengecup bibir Dinda yang terbuka dan terengah-engah. dan Dinda telah benar-benar kehilangan kesadaranya...

******

entah apa yang membuat Dinda terbangun dari tidur lelapnya, rasa sakit yang aneh di badanya, ataukah cahaya terang yang mendadak muncul entah darimana. Dinda membuka matanya, sekilas pandanganya terasa kabur. dan dia mencoba memfokuskan dirinya.

kamar itu, dengan nuansa putih dan rapih..

kilasan-kilasan ingatan berkelebat di benaknya. Dinda masih disini, masih di rumah kosong milik Mr.Antonio. dengan panik Dinda terduduk dari ranjangnya, dan selimutnya melorot hampir jatuh menutupi dadanya, melorot? Dinda menundukan kepalanya, dan menyadari kalau dia telanjang bulat dibalik selimutnya, apa yang..
. " makasih Dinda.. "

suara maskulin itu terdengar dekat sekali dan Dinda menolehkan kepalanya, pemandangan di hadapanya membuat jantungnya bergejolak. Rizky ada disana, diranjangnya, mereka ada dalam selimut yang sama. dan menilik kepada selimut Rizky yang hampir saja melorot di pinggulnya.

mereka sama-sama telanjang!!!
Dinda masih terperangah melihat pemandangan di depanya, Rizky berbaring dengan angkuhnya. jelas-jelas telanjang bulat di balik selimutnya, dan menatap Dinda dengan tatapan posesif.

dengan panik Dinda nenarik selimutnya hampir untuk menutupi seluruh dadanya, tapi gerakan itu malahan membuat selimut Rizky melorot. dan hampir membuat Rizky terlihat telanjang.

kemarahan Dinda langsung muncul, ketika menyadari rasa pedih di antara kedua pahanya. lelaki yang sangat dicintainya ini telah memperkosanya!

" kamu milik aku Dinda. setelah hari ini.. kamu akan jadi milikku, sepenuhnya dan selamanya... "

Eye To LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang