Chapter 13

365 24 0
                                    

Kala itu, jalanan sedang macet. Suara klakson mobil saling saut-menyaut ditelinga Maxime. Dirinya yang sedang mengendarai mobil saat itu terlihat tenang. Dia seperti tidak berada diantara mobil-mobil dan jalanan macet.

Tangannya memainkan ponsel, sesekali melihat keadaan jalanan yang masih sama di depannya. Bukannya tidak perduli, tapi memang begitulah Maxime.
Begitu bosan dengan ponselnya, Maxime melihat ke arah lain; trotoar jalan. Dia sedang melihat-lihat keadaan para pejalan kaki di sana. Pemandangan yang biasa. Tapi begitu melihat seorang laki-laki yang memakai pakaian resmi setelan lengkap berwarna hitam, Maxime menjauhkan punggungnya dari jok dan mengamati setiap gerak-geriknya.

Laki-laki itu terlihat berjalan santai, disebelah telinganya ada earphone. Dan ditiap-tiap langkahnya, laki-laki itu menyempatkan diri untuk memeriksa earphone nya.

Tunggu dulu. Dia seperti pernah melihat laki-laki itu.
Lalu Maxime mengalihkan perhatiannya pada para pejalan kaki lagi. Maxime berkali-kali bergantian melihati laki-laki tadi dan para pejalan kaki. Laki-laki tadi seperti sedang mengikuti seseorang. Dan begitu trotoar sedikit sepi, ketika yang Maxime lihat adalah dua orang yang sedang mengobrol di sana, laki-laki berjas hitam itu berhenti bergerak.

Tidak berapa lama, dua orang tadi kembali berjalan.

Maxime melihat laki-laki berjas hitam itu juga ikut berjalan mengikuti.

Tangannya lagi-lagi memegangi earphone di telinga dan seperti mengatakan sesuatu.

Maxime mengerti. Laki-laki berjas hitam tadi sedang mengikuti dua orang itu.
Suara klakson di belakang mobil membuat Maxime tersadar. Dia menoleh ke belakang dan ke depan lagi. Ternyata mobil di depannya sudah melaju. Kemacetan sudah mulai terurai.

Dengan pelan Maxime terus mengikuti laki-laki itu..

Tapi perhatian Maxime beralih pada ponsel yang bergetar di sakunya, dengan cepat Maxime memasang earphone ke telinganya saat melihat nama Irsyad tertera di layar ponselnya. Ya, Maxime menerima telfon dari Irsyad.

" Iya syad? "

" ............ "

" Oh iya gue OTW "

" .......... "

" Iya gue sendiri.. "

" .......... "

" Oke "

******

Ckitt

Mobil putih yang ditumpangi Maxime telah tiba di depan sebuah bangunan bergaya Eropa modern dan diatas pintunya tertulis "Clover's Cafe". Maxime hanya bisa terpukau melihat bangunan itu "sederhana tapi indah" itulah pendapat Maxime atas bangunan didepannya.

Entah ada apa Irsyad mengajaknya bertemu disini. dan kata-kata Irsyad kemarin telah membuat Maxime bingung, dia harus menikahi Dinda? dan tidak boleh menyentuh perempuan itu setelah menikahinya? dan harus bertahan setidaknya sampai anak yang di kandung oleh Dinda lahir ke bumi ini. apa maksudnya? fikir Maxime.

" Max.. " Irsyad melambaikan tangan ke arah Maxime yang berada diambang pintu. panggilan itu seketika membuyarkan fikiran Maxime yang tengah kebingungan itu.

Maxime menghampiri Irsyad, sepertinya Irsyad tidak sendiri. dia bersama seseorang. karena seseorang itu posisinya memunggungi Maxime, Maxime jadi tidak biaa mengetahui siapa lelaki itu.

Dahi Maxime mengernyit, melihat pakaian serba hitam yang dipakai lelaki itu, seperti lelaki yang dilihatnya di pinggir jalan tadi.

" Sorry gue telat syad. tadi jalanan macet. " ucap Maxime saat berada di meja Irsyad.
Irsyad mengangguk maklum lalu mempersilahkan Maxime duduk. " Duduklah Max.. "

Maxime mengangguk tapi perhatian Maxime hanya terpusat pada lelaki yang masih saja memunggunginya.

" Gue kan sudah janji sama lo untuk mempertemukan lo dengan seseorang.. maka dari itu gue menelpon lo dan mengajak lo kesini "

" Siapa dan mana orangnya Syad? " tanya Maxime dengan penuh selidik. Irsyad menepuk pundak lelaki misterius itu. dan lelaki itu membalikan badanya menghadap Maxime.

DEG!

Maxime tercengang, mulut dan matanya terbuka sempurna. saat melihat lekaki yang di hadapanya ini. lelaki itu memang terlihat sedikit tidak terawat, atau lebih terlihat brewokan dan berantakan. tapi Maxime tentu sangat mengenal lelaki ini. sangat mengenalnya.

lelaki itu memakai topi menutupi sebagian wajahnya, keadaanya merasa terancam ada di tempat ramai seperti ini.

" LO!!! " Maxime berdiri dari tempat duduknya, dan semua pengunjung cafe itu melihat ke arahnya, karena suaranya yang keras dan penuh penekanan.

" Please Max. kontrol emosi lo.. semua orang menperhatikan lo, jadi mending lo duduk dan kendalikan emosi lo "  Irsyad mencoba menenangkan Maxime.

Maxime pun duduk kembali menuruti perintah Irsyad.
" Iya ini gue Rizky. gue belum mati Max "

" Sumpah.. gue bener-bener gak ngerti.. " Maxime menggeleng-gelengkan kepalanya dan memijit pelipisnya. melihat seseorang yang ada di hadapanya kini cukup membuatnya pusing.

" Maksud dari semua ini apa? " Maxime menatap Rizky dengan penuh tanda tanya.
Rizky semakin berusaha menutupi wajahnya tapi tanganya berusaha meraih tangan Maxime, menyeretnya paksa. Maxime tidak meronta, lelaki itu membiarkan Rizky menariknya. mungkin Rizky ingin mengajaknya berbicara di tempat yang aman. yang jarang dijangkau orang-orang. Irsyad seperti mengerti maksud Rizky, maka dari itu dia hanya diam saja.

Rizky melepaskan tangan Maxime ketika mereka sampai di suatu tempat yang di rasa aman. dahi Maxime mengernyit, masih bingung dengan ini semua.

" Max, Sorry gue narik lo kesini, gue cuma gak mau ambil resiko yang besar kalau kita masih berada di cafe itu.. " Rizky membuka topinya. dan terpampang jelas lah wajahnya sekarang, Maxime benar-benar di buat terkejut dengan kejadian ini.

" Lo beneran Rizky? Rizky sahabat gue? Iya? "

Rizky mengangguk. " Gue lakukan semua ini demi Dinda.. "

" Mungkin lo akan bertanya maksud gue ini apa. oke gue ceritain semuanya sama lo Max.. kecelakaan sebulan yang lalu bukan kecelakaan biasa, ini kecelakaan yang di sengaja. dan Dimas, Kakak lo adalah otak dari semua ini " Rizky menghela nafas dan Maxime tampak berfikir.

" Gue mengetahui ini semua adalah ulah Dimas.. " gumamnya dalam hati.

" Dimas berencana membunuh gue, Saat kecelakaan itu Dimas datang, gue masih bisa melihat dan mendengar jelas semuanya, Dia bilang dia akan membuat hidup gue dan orang-orang yang gue cintai menderita bahkan setelah gue mati "

" Maksud lo? "

" Dia punya rencana jahat untuk Dinda. Gue gak mau dia kenapa-kenapa. Lo dan gue sama-sama tahu Dimas kan? Dia bisa melakukan apa saja yang dia mau. "

" Saat gue kritis gue sempat sadar, dan Michelle ada disitu. dia membicarakan semua rencana busuk Dimas, sampai akhirnya dia merencanakan sesuatu, dia membantu gue " dahi Maxime semakin mengernyit, menunggu penjelasan Rizky selanjutnya.

" dan untuk itu semua gue harus pura-pura mati. Gue kerjasama dengan dokter yang waktu itu menangani gue, kebetulan dia temanya Michelle. dia membuat gue seperti benar-benar meninggal. dan mayat yang di kuburkan itu bukan mayat gue, tapi mayat orang lain yang tidak diketahui indentitasnya  "

" Ini benar-benar gila.. semua orang telah menganggap lo mati Ky! dan lo tahu bagaimana sedihnya Dinda selama ini? lo tahu penderitaan dia selama ini HAH? pokoknya lo harus jelasin ini semua ke Dinda sekarang juga, dia lagi ngandung anak lo Ky! lo harus segera menikahi dia seperti janji lo! " Maxime menarik tangan Rizky berusaha menyeretnya, tapi Rizky menahanya.

" Tidak ekarang! "

" Dan lo yang akan menikahi Dinda, bukan gue! "

DEG!

Maxime melepaskan tangan Rizky di tatapnya Rizky dengan tatapan tidak mengerti. sebenarnya ada perasaan yang membuncah hangat saat Rizky tahu bahwa Dinda sedang mengandung anaknya, Dia ingin sekali menemui Dindadarinya itu dan mencium perutnya yang nanti semakin lama akan semakin membuncit, menemani saat-saat proses kehamilanya, melihat perkembangan bayinya nanti. tapi Rizky tidak ingin egois. Ada sesuatu yang harus dia selesaikan dulu sebelum itu.

" Lo apaan sih Ky gue semakin gak ngerti.. "Maxime mengacak-acak rambutnya prustasi.

" Gue gak mau Dinda kenapa-kenapa, apalagi disaat kondisinya yang seperti sekarang. Gue udah tahu kalau Dinda hamil dari Irsyad. Saat itu gue merasa bahagia Max.. rencana gue berhasil.. Gue akan menepati janji itu kok, gue akan menikahi Dinda setelah semuanya selesai."

" Ya, gue akan menyelesaikan dulu urusan gue sama Dimas. dan untuk sementara waktu gue titip Dinda sama lo, dia akan lebih aman sama lo. walaupun nantinya Dimas akan tahu kalau Dinda adalah perempuan yang gue cintai, Dinda akan tetap aman. apalagi setelah lo nikahi, Dimas tidak akan gila menyakiti adik iparnya "

" Cih gila. Gue harus tetap menikahi Dinda? Gak, gue gak mau! " Maxime mendecih.

" Lo ingat Max, ini semua terjadi karena ulah kakak lo, setidaknya lo bantu gue untuk sementara waktu "
Maxime berfikir, Rizky ada benarnya juga, ini semua terjadi atas ulah Dimas, andai saja Dimas tidak melakukan ini semua mungkin Rizky dan Dinda akan hidup bahagia sekarang tidak rumit seperti ini.

" Dan gue sahabat lo. lo gak mau membantu gue? " Maxime mendegus, mau tidak mau dia merasa harus melakukan ini. ini semua karena Dimas dan Untuk Rizky.

" Tapi kalau Dinda gak mau gimana? "

" Dinda pasti mau. " pungkas Rizky.

" Gue gak mau nantinya Dinda dicaci maki karena mengandung anak haram, sekali lagi gue titip Dinda dan anak gue sama lo! dan setelah lo berhasil menikahi Dinda, lo gak boleh menyentuh dia sedikitpun. lo hanya suami di atas kertas, setidaknya lo bertahan sampai anak itu lahir Max. karena gak mungkin juga kan lo menceraikan Dinda saat dia hamil? "

" INI GILA. BENAR-BENAR GILA.. Dinda seolah-olah piala bergilir " Maxime menggeleng-gelengkan kepalanya tak habis fikir.

" Ini semua demi keselamatan Dinda dan calon anak gue. gue gak mau kalau sampai Dinda dinikahi Billy, kakek tadi menelpon gue dan bilang bahwa kondisi Billy semakin membaik sekarang "

" jadi Mr.Antonio? "

" Ya, kakek sudah mengetahui semuanya. makanya kakek dan orang tua gue gak datang saat pemakaman palsu gue itu, dan kakek memperpanjang kesepakatan diantara kita semua. Dinda masih punya waktu memutuskan untuk memilih gue atau Billy "

" kalau Mr.Antonio tahu semuanya? kalau beliau tahu gue akan menikahi Dinda? "

" itu urusan gue.. "

" Aish.. kenapa gue harus terlibat sih "Maxime semakin prustasi, tapi tiba-tiba lelaki itu meraih tubuh sahabatnya " Tapi seenggaknya gue bersyukur karena lo masih hidup Ky " Maxime menepuk pundak Rizky.

Maxime tiba-tiba mengingat kejadian di rumah sakit saat mendapati Dinda dengan keadaan yang berantakan dan linglung, Maxime melihat ada bekas tanda merah di bagian dagu dan leher Dinda, dan gadis itu merasa telah bercinta dengan Rizky dan seseorang yang tiba-tiba mengirim pesan padanya saat tengah malam.

Maxime lalu melepaskan pelukanya. " Gue pernah dapat sms dari nomor yang gak dikenal tengah malam dan menyuruh gue untuk segera ke rumah sakit, itu lo? dan apa lo sempat 'meniduri' Dinda di rumah sakit? gue melihat ada bekas-bekas merah di bagian dagu sama lehernya.. "

Rizky hanya tersenyum.

" GILA! masih sempet-sempetnya ya lo Ky! lo tahu? Dinda sempat menuduh gue yang melakukan itu!! "

Rizky terkekeh,

" Gue gak bisa nahan.. itu semua diluar kendali gue "

" Itu mah emang lo nya aja yang gak bisa ngendaliin diri kalau liat dinda "

" Dan ada satu hal lagi yang harus lo tahu Max.. " raut wajah Rizky berubah serius.
" Gue udah menikahi Michelle.. "

" APA???? "

******

Michelle duduk istirahat di ranjangnya. ia menyandarkan dirinya di sandaran tempat tidurnya yang berukuran king size. Di kamar ini dia beristirahat.

Ya, di kamar dirinya dan Rizky. Ia telah menikah dengan Rizky Nazar Antonio. sebenarnya pernikahan ini bukan didasari cinta seperti yang seharusnya. Michelle, dialah yang mencintai Rizky yang dengan relanya tak berbalas. Sedangkan Rizky menikahi Michelle karena alasan ingin melindungi Dinda. saat itu Michelle berencana untuk tidak melanjutkan rencana jahatnya dengan Dimas dan memilih menyelamatkan gadis itu asal Rizky mau menikahinya. dan saat itu Rizky tidak bisa apa-apa, kondisinya lemah. sampai pada akhirnya Rizky menyetujui permintaan Michelle. lagi-lagi ini semua dia lakukan untuk Dinda.

Mungkin Rizky harus bertahan untuk sementara waktu sebagai suami dari Michelle, kekasihnya.
Selama menikah dengan Rizky, lelaki itu sama sekali belum menyentuhnya. jangankan menyentuh, tersenyum padanya saja sangat jarang, bahkan hampir tidak pernah. Sebagai seorang istri yang sangat mencintai suaminya tentu Michelle sangat ingin disentuh oleh suaminya, bahkan Michelle slalu mendambakan bila suatu saat Rizky akan 'meniduri' nya.

Tapi… ia akan berusaha! Michelle membulatkan tekadnya. Meski Rizky tak mencintainya, ia akan berusaha membuatnya begitu! Ia telah menunggu Rizky sekian lama! Ia tak boleh menyerah. Dengan was-was mulai dipilihnya gaun tidur yang tipis. Hadiah dari Prilly yang berkata kalau ia harus agresif.

Michelle menghela nafasnya. Ia langsung melepaskan bajunya dan celananya kemudian memakai gaun tidur tipis dengan panjang kurang dari lutut. Bisa dibilang… pertengahan pahanya.

Masih berada di kamar yang sama, Michelle mematutkan dirinya melalui cermin yang ia bawa sendiri. Ia kemudian menunduk dan mengamati gaunnya. Kemudian meletakkan tasnya di salah satu meja dan bergegas ke tempat tidur.

Rizky datang. dengan malas ia membuka pintu. Mulanya ia terkejut mendapati Michelle duduk manis dengan pakaian yang sangat sexy.

Rizky menarik nafas kemudian menaiki ranjangnya.

Michelle menoleh dan mendapati Rizky  menyangga kepalanya. Michelle was-was tapi kemudian tersenyum menang. Ia mendekati Rizky.

"Ky.." ia mengelus pipi Rizky. Rizky menghindar. Michelle tersenyum. Ia mulai mendekatkan dirinya ke lelaki itu. Dengan beraninya ia meraba dada Rizky yang ditutup piyama tidurnya. Ia kemudian membukanya.

Michelle melanjutkan aksinya dengan mengelus wajah Rizky dengan kedua tangannya dan berniat menciumnya. Wajahnya semakin dekat. Saat akan mencapai bibirnya, Rizky mendorong tubuh Michelle, Mengakibatkan wanita itu mundur beberapa langkah.

Rizky mengatur nafasnya.
"Apa yang kamu lakukan Michelle?!" tanyanya marah. Michelle menunduk.

" Aku ingin kita melakukan hubungan suami istri seperti seharusnya.. "

" Jangan mimpi! aku hanya ingin melakukanya dengan Dinda, perempuan yang aku cintai "

" Dinda lagi, lagi-lagi Dinda! istri kamu itu aku! Michelle bukan Dinda.. "

" Ya, istri di atas kertas saja "

Michelle merasakan sesak didadanya.

" Dulu kamu slalu bilang kalau kamu mencintai aku " Michelle mendongak, menatap Rizky dengan tatapan sedih.

" Itu dulu sebelum kamu mengkhianati aku Chell. lagipula aku tidak mau menyentuh perempuan yang sudah terjamah oleh lelaki lain "

DEG!

" Ya, aku tahu. kalau kamu sebelumnya telah tidur dengan Billy. Billy menceritakan semuanya " Rizky seolah mengetahui apa yang ada di fikiran Michelle. Michelle pasti akan berfikir darimana dia bisa mengetahui semuanya.

" Kamu tidak lebih dari sekedar perempuan murahan yang memanfaatkan kelemahan orang lain demi keegoisan dan obsesimu sendiri! "
Kata-kata Rizky menyulut emosi Michelle. perempuan itu bangkit dari tempat tidurnya.

" Lalu apa bedanya aku dengan Dinda hah? kamu fikir aku tidak tahu kalau Dinda sekarang sedang hamil? itu anak kamu kan Ky? Aku bisa saja memberi tahu semua orang kalau Dinda, sedang mengandung anak haram dari Rizky Nazar Antonio, cucu dari Mr.Antonio yang terkenal kaya dan terhormat itu! "

" Jangan sekali-sekali kamu membandingkan diri kamu dengan Dinda. kalian beda, Dinda tidak seperti apa yang kamu fikirkan Michelle! "

" Baik kalau kamu mau aku melakukanya.. asal jangan sampai kamu melakukan itu. jangan ada orang yang tahu semua rencana kita. akan aku tunjukan betapa murahanya seorang Michelle "

" Dinda tidak lebih baik. kita sama-sama murahan. kita sama-sama menyerahkan diri kita pada laki-laki yang kita cintai "

" Dia murahan!!! "

" DIAM!!! "kata Rizky dengan suara beratnya. Michelle terdiam tak berani menatap Rizky. Rizky menyeringai. Ia mendorong Michelle ke sofa, sampai Michelle jatuh ke sofa dan telentang disana. Michelle mengaduh dan mencoba berdiri. Tetapi Rizky langsung mencegahnya.

Ia menindih Michelle dari atas. Ia menjepit kaki Michelle dengan kedua kakinya. Sedangkan tangan Michelle satukan diatas kepala Michelle dengan tangan kirinya.

"Apa yang kamu akukan?!" teriak Michelle marah. Rizky tak menjawab. Michelle mulai menggerakkan kakinya berontak, akan tetapi Rizky lebih kuat darinya.

"Bukanya ini yang kamu mau Michelle? kamu haus disentuh bukan? apa dulu Billy tidak bisa memuaskanmu? sampai-sampai kamu memohon aku melakukan ini hah? hahaha!"
Rizky dengan kerasnya langsung mencium bibir Michelle yang digunakan untuk menjerit sedari tadi. Michelle langsung menutup bibirnya. Rizky terus mendesak, sampai akhirnya setelah tangan Rizky dengan kurang ajarnya menyentuh bagian sensitif Michelle membuat gadis itu mendesah dan membuka mulutnya.

Rizky langsung mencium Michelle dengan brutalnya, menelusuri setiap ruang di rongga mulut Michelle dengan lidahnya.

Michelle dengan marahnya segera mengalihkan, menggelengkan kepalanya, menghindari Rizky, sampai akhirnya ciuman Rizky terlepas.

Kedua-duanya segera mengatur nafas masing-masing yang mulai tak beraturan.

"Le…lepaskan aku!" teriak Michelle marah. Rizky menyeringai.

"Kenapa? bukanya ini yang kamu mau Chelle?" tanya Rizky. Michelle mendorong tubuh Rizky menjauh. Tapi, Rizky tidak bisa begitu mudah didorongnya. Rizky sekarang mulai menciumi leher jenjang Michelle dan sesekali menggigitnya, menghiraukan Michelle yang berteriak dan berusaha melepaskan Rizky.

Tangan Rizky yang lain menuju ke bagian bawah tubuh Michelle dan mulai melepaskan roknya. Michelle semakin meronta.

"RIZKY!!!!!" jeritnya. Tapi Rizky tak mengindahkannya. Dengan kekuatannya yang luar biasa ia langsung mendorong Rizky ke belakang, mengakibatkan Rizky terdorong, sehingga ia bisa lepas dari Rizky.

Michelle tidak menyia-nyiakan kesempatan dengan berlari menjauh. Tetapi baru saja beranjak dari sofa, Rizky langsung menarik lengan bajunya kasar.

Dengan kasarnya ia menarik Michelle hingga gadis itu masuk ke dalam pelukannya. Michelle kembali berontak. Ia segera bangkit, namun yang terjadi ialah Rizky menarik bajunya sehingga sobek.

Michelle seperti perempuan compang-camping yang hanya menggunakan bra yang tidak tertutup sempurna karena bajunya yang sobek, dan hanya menggunakan celana dalam saja. Sempurna.

Rizky langsung menarik Michelle kembali. Michelle menggunakan lututnya untuk menghantam perut Rizky yang menindihnya paksa.

Akan tetapi Rizky tak menyerah. Ia melebarkan kaki-kaki Michelle dan menempatkan dirinya diantaranya. Dengan kasarnya ia menciumi bibir kemudian sampai pada leher Michelle. Dengan tak berperasaan dilepaskannya bra putih yang dikenakan Michelle yang hanya bisa berteriak.

Michelle berteriak dengan tangan yang berusaha mendorong Rizky kasar. Rizky menciumi leher Michelle dan menggigitnya, sementara tangan kirinya berusaha melepaskan celana dalam Michelle. Rizky mendengar suara isak tangis memilukan. Ia menghentikan aksinya dan mendongak, melihat Michelle yang terisak-isak menangis. Rizky bisa melihat banyaknya air mata yang mengalir dari kedua mata Michelle.

" Kenapa? bukanya ini yang kamu mau? "

Michelle menggeleng,
" Maaf chelle. aku hanya mencintai Dinda. dan jangan menyebut Dinda sebagai perempuan murahan. dia beda. kamu tidak tahu apa-apa tentang dia, aku akan tidur di ruang tamu "

******

Huek...

Huek...

Huek..

Dinda memuntahkan semua isi perutnya, kondisinya akhir-akhir ini benar-benar drop. selain karena kehamilanya, Dinda juga sedang stres memikirkan Rizky yang baru saja meninggalkanya. sebenarnya Dinda belum tahu bahwa dirinya tengah hamil, Maxime sengaja tidak memberitahu Dinda dulu tentang kondisinya sekarang yang tengah berbadan dua itu, takut membuat kondisinya semakin drop. ini kehamilan pertama Dinda, tanpa seorang suami.

Tok..

Tok..

Tok..

seseorang mengetuk pintu kamar mandi yang sejak sejam yang lalu Dinda masuki. Ketukan halus dan berirama itu menyadarkan Dinda yang sedang mematut dirinya di depan cermin wastafel, ingin memastikan bahwa keadaanya tidak buruk. Dengan hati-hati, Dinda berjingkat menuju pintu kaca yang buram dan bertekstur kasar itu, mencoba mengintip siapa yang ada sedang mengetuk pintu. Dinda menghela napas lega saat melihat seseorang yang mengetuk pintu itu, ternyata adiknya, Ali.

Dinda membuka pintu dan mendapati Ali dengan dahi yang mengernyit. " Kamu kenapa kak? " Ali merasa khawatir melihat keadaan kakaknya yang tampak lemas, dan raut wajahnya yang berubah pucat.

" Aku gak apa-apa kok li, cuma sedikit pusing dan mual " Dinda memegang pelipisnya, merasakan pusing yang luar biasa.

" Biar aku tuntun " Ali menuntun Dinda menuju ranjang.

" Apa kita harus ke rumah sakit? " tanya Ali sembari menidurkan Dinda di ranjangnya.

" Aku gak apa-apa. kamu gak kuliah? "

Ali menggeleng, " Hari ini aku gak ada jadwal "

" Ghina? " Dinda bertanya pada Ali.

" Ghina juga, biarkan Ali menjaga kakak ya! " Ali meraih tangan Dinda, digenggamnya erat.

" Kak? "

" Hmmm ? "

" Kapan terakhir kakak datang bulan? "

" Eh? "

Dinda terkejut mendengar pertanyaan Ali, Sebelumnya Ali tidak pernah menanyakan hal-hal sensitif seperti ini. tapi dia merasa pertanyaan Ali menggelitik fikiranya, Dinda mencoba mengingat, dan benar saja, Dinda tidak mendapati haid bulan ini. terakhir dia haid adalah sebelum berhubungan intim dengan Rizky.

Dinda mulai curiga pada dirinya sendiri, apa jangan-jangan dia hamil?

" Ada apa kamu menanyakan ini? "

" Aku hanya ingin tahu "

" Tidak perlu.. "

" Kak.. "

" Li.. aku mau istirahat sebaiknya kamu keluar "

Ali mendengus kesal, lalu dengan berat hati menuruti permintaan Dinda.

" Baiklah.. kalau ada apa-apa kakak panggil aku aja "

" Hmmm "

saat Ali keluar dari kamar Dinda, Ghina telah berdiri menatapnya.

" Sepertinya dia sedang morning sickness.. " Ghina bergumam. Dahi Ali mengernyit bingung tak mengerti apa maksud kekasihnya itu.

" Morning Sickness itu apa Ghin? "

"Morning sickness itu gejala yang terjadi pada Ibu hamil, biasanya mereka bisa merasakan pusing, mual, muntah, dan lain-lain dan itu terjadi di pagi hari. Nah aku berbicara tentang morning sickness tadi karena kak Dinda muntah secara tiba-tiba dan dipagi hari" jelas Ghina panjang lebar.

" Semoga urusan kak Rizky cepat selesai, Aku tidak tega melihat kondisi kak Dinda sekarang, hamil tanpa seorang suami "

" Ya. aku harap begitu "
Ya, Ali dan Ghina sudah tahu tentang Rizky yang masih hidup, karena sebelumnya Irsyad telah memberitahu mereka, maka dari itu saat proses pemakaman Rizky, Ghina dan Ali bersikap seperti biasa saja. Irsyad memberi tahu ini semua pada mereka dengan satu tujuan, yaitu Irsyad ingin Ali dan Ghina membantu Rizky agar terbebas dari Dimas dan Michelle.

Tak lama setelah Ali dan Ghina pergi dari kamar Dinda. Maxime datang berniat menemui Dinda.

tampak Dinda sedang berfikir keras bingung dengan kondisinya sekarang.

" Apa benar aku hamil? " gumamnya pelan.

" Ya, kamu hamil Dinda "

Dinda tercengang, saat Maxime memberitahu bahwa dirinya tengah hamil. butiran bening itu jatuh setetes demi setetes hingga membanjiri pipinya. belum selesai kesedihanya karena di tinggal Rizky, dia harus menerima kesedihan lain? menerima kenyataan bahwa dirinya hamil tanpa seorang suami. bagaimana nasib anaknya nanti? jika anak itu terlahir tanpa seorang ayah?
Dinda mengelus perutnya lirih, Maxime memunggunginya, berjalan menuju balkon kamar Dinda. Ya, mereka berdua sekarang tengah berada di kamar Dinda. dengan terpaksa Maxime harus mengatakan ini semua, ini atas perintah dari Rizky, Rizky ingin Maxime cepat-cepat menikahi kekasihnya itu.

" Aku hamil ? " Suara Dinda melemah.

" Ya.. " Maxime mengangguk.

" yaTuhan.. kenapa harus di saat-saat yang seperti ini "
Dinda menungkupkan kedua tanganya di wajahnya, Maxime menoleh lalu melangkah menghampiri perempuan itu. Maxime duduk bersimpuh di depan Dinda, meraih tangan Dinda dan di genggamnya erat " Kamu tidak usah khawatir Din. aku akan menikahimu "

" APA?! " Dinda terkejut kemudian menggeleng " Gak, kamu gak boleh menanggung ini Max. ini bukan tanggung jawab kamu meskipun kamu sahabat Rizky "

Maxime semakin mengetatkan geganggamanya " Aku mohon Dinda. ini adalah amanat dari Rizky, aku harus menjaga kamu dan aku akan lebih leluasa menjaga kamu kalau aku jadi suami kamu "

Dinda bangkit dari ranjangnya " Pernihakan adalah sesuatu yang sakral. kita tidak saling mencintai Max "

" Kita bisa belajar saling mencintai "

" Tap--- "

" Demi anak kamu. Demi nama baik keluarga Mr.Antonio, apa kamu gak kasihan dengan anak kamu nantinya yang akan lahir tanpa sosok seorang ayah? dan apa kamu gak kasihan dengan Mr.Antonio yang namanya akan tercoreng karena ulah cucunya? "

" Aku gak akan maksa Dinda. semua terserah kamu "

Dinda menunduk, menyeka air matanya. harusnya Rizky yang menikahinya, bukan Maxime. tapi garis takdir mereka sudah tidak bersinggungan lagi.

" So, Will you marry me Dinda? "

*****

Zrsshh.. Zrsshh.. Zrrshh…

Air hujan deras mulai membasahi tubuh Dinda. Setiap rintik air hujan yang turun ini bagaikan sebuah duri. Sebuah duri yang sangat tajam dan dingin jika terkena kulit. Selama hujan terus turun membasahi bumi, Dinda pun terus berjalan seorang diri menelusuri jalanan yang panjang dan sepi ini. Jalan yang panjang ini sungguh sepi dan sangat dingin. Setiap kali Dinda melangkah, rasanya ada orang yang selalu mengikuti dari belakang.

KRAK!

Dan, benar apa kata Dinda, Itu seperti suara sebuah kaki yang tak sengaja menginjak ranting. Ranting? Ini ganjil. Dinda menoleh ke belakang dengan cepat. Kosong. Tempat ini kosong, hanya ada seorang manusia yang tengah berjalan seorang diri yaitu hanya dirinya. Mungkin, ini hanya bagian dari ketakutanya saja. Hanya ilusi saja. Dinda mencoba menenangkan diri.

Dinda sengaja keluar dari rumah karena dia merasa sudah tak pantas lagi berada di rumah itu. semua orang dirumah itu pasti sedih jika mengetahui dirinya hamil diluar nikah, selama ini semua orang mempercayainya sebagai gadis yang baik-baik. tapi Dinda mematahkan kepercayaan mereka dan itu yang membuat Dinda menyesal. belum lagi keputusan Maxime yang mau nenikahinya, itu membuatnya semakin merasa tak enak, Dinda akan banyak merepotkan banyak orang jika terus berada dirumah itu. fikirnya.

Selama Dinda berjalan, hati dan otaknya terus berpergian ke mana saja. Tubuhnya memang ada di tempat itu, tapi hatinya berada di tempat yang lain. Dalam hatinya, dirinya tersesat dalam sebuah rasa. Sebuah rasa menyesal, sebuah rasa rindu, sebuah rasa kecewa semuanya campuraduk menyeruak ke dalam dadanya.

"RIZKYYYYYYYYYY!"
Teriak Dinda di tengah hujan yang deras ini. Teriak sekeras mungkin untuk membangunkan hati lelaki itu. Bibirnya pun terus bertanya kepada Rizky walau Rizky tak ada di sini.

" RIZKY KENAPA KAMU MENINGGALKAN AKU? DISAAT-SAAT SEPERTI INI? DISAAT AKU MEMBUTUHKAN KAMU KENAPA??? "

" KENAPA KAMU TIDAK MENEPATI JANJI KAMU KENAPA? "

" AKU SAYANG KAMU KY, AKU CINTA KAMUUUUUU. AKU TIDAK TAHU LAGI HARUS APA SEKARANG, KALAU BISA AKU INGIN MENYUSUL KAMU! "

" KENAPA SAAT KAMU PERGI KAMU GAK MEMBAWA AKU KY? "

" AKU RINDU KAMU KY! AAAAAAAAAA AKU RINDU KAMU!!!!!!!!!! " Dinda berteriak.

" AKU BENCI HIDUP AKU YANG SEKARANG, AKU BENCI HIDUP AKU YANG TANPA KAMU!!!!!!! "

Dinda mengakhiri pertanyaan imajinasinya pada Rizky dengan sebuah teriakan yang keras. Dinda terus berjalan sambil ditemani air hujan yang menguyur basah tubuhnya. Langkah kakinya berhenti, teringat akan suatu barang yang berada di dalam tas nya. Suatu barang yang sangat berguna dan berbahaya bagi pemiliknya.

Pisau belati berukuran kecil.

Dinda tersenyum sinis saat ku lihat benda itu. dia pegang dengan erat pisau belati itu dan memposisikannya tepat di depan pergelangan tanganya. Dinda terlalu lelah dan mungkin dengan cara itu dia akan meninggalkan dunia.

Maafkan aku, Tuhan. Maafkan aku yang terlalu berputus asa menghadapi kerasnya kehidupan dunia ini. gumamnya.

Dinda mengayunkan secara perlahan pisau belati itu dan jress Dinda melihat ke bawah ada sebuah titik – titik merah mulai keluar dari pergelangan tanganya.

Samar – samar Dinda mendengar dari belakang teriakan seorang lelaki, lelaki itu terlihat seolah berlari ke arahnya. Melarang Dinda untuk melakukan hal nekat ini.

"Dindaaaaaaa, Jangaaaaan!"
Namun, terlambat. Dinda sudah melakukannya.

Semakin dalam Dinda menyayatkan pisau itu ke pergelangan tanganya, semakin deras darah mengalir. Darahnya yang berwarna merah bercampur dengan air hujan yang dingin membuat tempat berdirinya penuh dengan darah yang mengalir. Dinda melihat darah – darahnya mulai mengalir ke segala penjuru arah. Keseimbanganya mulai hilang.

Brrussh!

Badanya terhempas ke aspal jalan yang basah. Dinda terdiam dengan darah yang mengalir deras dari tanganya seiring dengan derasnya air hujan membasahi tubuhnya.

lelaki itu semakin berlari mendekatinya. Sekarang Dinda dapat melihat wajahnya. Wajahnya nampak sangat familiar seperti… Rizky. Tapi kenapa bayangan lekaki itu semakin nyata saat ini? apa ini tandanya Dinda benar-benar akan meninggal maka dari itu Rizky datang menghampirinya? Rizky datang untuk menjemputnya? Tangan kekarnya mengelus wajah Dinda sembari menangis. Entah menangis atau tersiram air hujan, Dinda tak tahu. Karena Dinda kurang bisa membedakan antara air mata dan air hujan. semua ini benar-benar terasa nyata.

Samar –samar Dinda dengar lelaki itu berbicara dengan lirih, "Dinda, kenapa kamu lakukan ini semua?" tanyanya.

" Kenapa kamu melakukan hal bodoh seperti ini hah? "

" Kamu harus menjaga diri kamu sendiri dan anak kita sayang.. "

" Aish... " Rizky mengacak-acak rambutnya yang basah prustasi.

" Riz---- "
Dan, Dinda merasa tangannya tengah digenggam erat oleh Rizky. Air matanya terasa mengalir di tanganya.

Tapi mengapa Rizkybisa berada di sini? Tidak, tidak, mungkin ini imajinasinya saja menurutnya. tapi sentuhanya sangat hangat, seperti nyata.

" Tenang sayang kita akan ke rumah sakit "

Dengan perlahan-lahan, Rizky mengangkat tubuh Dinda, dan berlari menuju mobil Mercy putih yang terpakir agak jauh dari tempat itu. Sambil terburu-buru, dia buka pintu depan Mercy itu. Setelah berhasil meletakkan tubuh Dinda kursi depan. Rizky langsung masuk ke bagian sopir.

Dengan kecepatan tinggi. Dia menggas mobilnya menuju RSUD Kencana Bakti.

20  menit kemudian.

Ditengah malam yang diliputi hujan deras, Rizky akhirnya sampai di Rumah Sakit. Dia menggendong tubuh Dinda menuju ke dalam Rumah Sakit itu.

"Suster, Perawat atau siapa saja tolong istri saya!" teriak Rizky memanggil-manggil petugas Rumah Sakit.

Akhirnya, sebuah trolli dan 2 orang suster dan seorang dokter berlari menuju Rizky. Dengan cepat, tubuh Dinda dipindahkan ke Troli menuju ruang IGD.

Rizky mengikuti Dinda sampai akhirnya ditahan oleh suster untuk menunggu diluar. Rizky dengan terpaksa menunggu diluar.

"Dinda, semoga kamu tidak kenapa-kenapa," ucap Rizky. Dia merogoh sakunya dan mengambil ponselnya bermaksud menelpon seseorang.

"Max cepat kesini.. "

" ........... "

" Dinda tadi mau mencoba bunuh diri "

" ........ "

" Cepat kesini Max. nanti gue ceritakan. gue sms alamat rumah sakitnya. cepat! "

1 Jam kemudian.

Dinda akhirnya siuman, dilihatnya ruangan yang tak asing baginya, dan seorang perempuan yang sedang menulis laporan.

"Rumah Sakit? ... Rizky!" kata Dinda berusaha bangun namun dicegah oleh Suster.

"Maaf, mbak. Anda jangan banyak bergerak dulu. Beristirahatlah," kata Suster.

"Siapa yang membawaku kesini?" tanya Dinda.

"Seorang pemuda berambut hitam datang menggendong anda yang dalam keadaan pingsan dengan mobil Mercy berwarna putih. dia bilang anda adalah istrinya "

" APA?! "

" Dimana sekarang dia suster? dimana? " Dinda menyingkapkan selimut rumah sakitnya dan mencoba untuk turun dari ranjangnya.
Tapi dengan segera sepasang tangan kekar menahanya.

" Kamu mau kemana Dinda? "

" Maxime? kok kamu tahu ada aku disini? pasti Rizky yang memberi tahu kamu. Iya? "

Dahi maxime mengernyit, dan bertanya-tanya apa Dinda telah mengetahui semuanya? " Dinda jangan bercanda. Rizky sudah meninggal "

" GAK! DIA MASIH HIDUP! TADI AKU BISA MERASAKAN KEHADIRAN RIZKY, DIA YANG MEMBAWA AKU KESINI MAX.. "

" AKU AKAN BUKTIKAN SAMA KAMU. DIA MASIH HIDUP "

Dinda melepaskan selang infus yang melekat di tanganya, tak memperdulikan pergelangan tanganya yang masih diperban dan masih terasa sakit. untung saja sayatan pisau itu tidak mengenai urat nadinya, jadi Dinda masih bisa selamat.

Dia mencoba berjalan dengan sekuat tenaga, meskipun sempoyongan tapi Dinda mencoba mengatur keseimbanganya. dia ingin menyusul Rizky, dia ingin membuktikan pada dirinya sendiri dan Maxime bahwa Rizky masih hidup.

******

Awan hitam tampak menyelimuti langit. membuat hari ini menjadi gelap, padahal hari belum begitu larut. Tak lama kemudian langit pun menangis, menjatuhkan jutaan tetes air ke bumi. Hujan kali ini begitu deras, angin pun bertiup kencang disertai kilatan petir. Jalanan terlihat lengang, orang-orang lebih memilih untuk menghabiskan waktunya di rumah, berbagi kehangatan dengan anggota keluarga di hari yang hujan ini. Namun agaknya cuaca ini tidak dapat mempengaruhi salah seorang pemuda untuk kembali ke rumah atau sekedar mencari tempat untuk berteduh. Billy Davidson Antonio kini telah kembali ke Jakarta sedang meratap di sebuah gundukan tanah. Sudah lama ia duduk di situ bahkan hujan pun tak mampu mengusirnya dari tempat tersebut.

Keadaan Billy semakin membaik setelah pulang dari New York, bahkan badanya sekarang terlihat lebih bugar dari sebelumnya. Mr.Antonio berjuang keras untuk itu, lelaki paruh baya itu memanggil seluruh dokter terbaik untuk merawat Billy sampai akhirnya Billy sembuh walaupun tak sepenuhnya.

" Ma, kenapa semua ini harus terjadi pada Billy ma? Billy capek. setelah semua ini, setelah kembali kesini. dendam itu muncul lagi Ma.. Billy tidak pernah bisa hidup tenang jika ada disini " Billy sedikit berteriak, berharap Ibunya yang sudah meninggal bisa mendengar dan menjawab setiap perkataannya. Ia menangis, tangannya sesekali mengambil tanah untuk ia remas sebagai bukti kekesalannya.

" Selama ini Billy merasa kesepian Ma. Ya, mungkin sekarang Billy hidup bergelimang harta tapi itu semua terasa kosong tanpa Mama.. belum lagi Billy harus berada ditengah-tengah keluarga Antonio, itu seakan menguak luka lama kita kembali Ma.. " kini ia berkata dengan tenang, ia hentikan sejenak tangisannya, ia berkata sambil tersenyum palsu.

" Tapi Billy janji. Billy akan membuat keluarga Antonio hancur berantakan, Billy akan membuat mereka menderita seperti apa yang mereka lakukan pada kita dulu, Billy janji " Billy kembali meremas tanah dengan tangan kanannya, ia menengadahkan kepalanya sambil berteriak, air matanya pun kembali keluar, menyatu dengan setiap tetesan air dari langit yang menetes di wajah tampannya. "  terutama papa, istrinya , dan Rizky!! "

" Mungkin mama tidak akan suka melihat Billy yang seperti ini.. tapi Billy harus melakukan itu Ma.. " Suaranya kini lebih pelan. Ia mulai bisa kembali mengendalikan dirinya.

Sementara itu, seorang gadis sedang berjalan dengan payungnya yang berwarna ungu. gadis itu tampak terburu-buru.

Tapi di tengah perjalanan, tiba-tiba ia melihat sesosok laki-laki yang termenung di samping gundukan tanah. gadis itu merasa khawatir dengan orang yang ia rasa sedang ada masalah itu, karena orang itu tetap mempertahankan dirinya di bawah guyuran hujan ini. Ia pun mendekat. Ia bisa melihat wajah orang itu, wajah tampan itu, orang yang sepertinya begitu dingin,
Billy kembali berteriak dan menangis tidak jelas sambil meremas gundukan tanah di depannya. Entah apa yang dipikirkan oleh gadis itu, tapi gadis itu tetap mendekat, ia khawatir dengan keadaan Billy.

Setelah gadis itu berada di samping kanan Billy. ia menepuk pelan bahu pemuda itu. "Maaf..," ucap gadis itu pelan. Billy tetap tidak menanggapi kehadiran gadis itu. Ia terus menangis dan meratap. Hati gadis itu terenyuh, melihat Billy sedang menangis tak berdaya di tengah guyuran hujan.

" Maaf Kak, anda sedang apa disini? hujan makin deras anda sebaiknya pulang jika tidak ingin sakit " gadis itu masih terus mencoba menyadarkan Billy dari kegiatannya. Sesaat kemudian Billy menghentikan kegiatannya, ia menengok ke arah gadis itu dan menatapnya. gadis itu merasa agak takut juga saat Billy menatapnya, ia takut kalau Billy, lelaki yang tidak di kenalinya itu, marah padanya.

"Ma-maaf, kalau saya mengganggu," kata gadis itu. Ia akan merasa bersalah jika kata-katanya tadi mengganggu Billy. Namun tiba-tiba Billy berdiri dan menubruk gadis itu memeluknya dengan erat. gadis itu kaget dengan apa yang dilakukan Billy.

Payungnya terjatuh seketika saat Billy menubruknya, pipinya pun memerah hebat saat dipeluk Billy. Ia tidak tahu harus bertindak apa. Kemudian Billy berkata, "Aku sudah tidak berhak hidup lagi. Kenapa kakek malah membawaku kembali kesini, kenapa dia tidak membiarkan aku mati saja? Kenapa?" Billy kembali menangis, dadanya bergemuruh menahan isak tangisnya. Semakin ia menangis, semakin ia memeluk erat gadis itu.

Gadis itu masih membisu, ia tak bisa bergerak, wajahnya masih merah. Namun mendengar perkataan Billy tadi, gadis itu berusaha membalasnya. Perlahan ia mengangkat tangannya, berusaha menenangkan Billy, membalas pelukan Billy, dan mengelus pelan punggungnya. "Saya tidak tahu anda siapa dan apa masalah anda, tapi apapun masalah anda, bersabarlah semua pasti ada jalan keluarnya, Tuhan tidak akan memberikan cobaan dibatas kemampuan manusianya," kata gadis itu sambil terus mengelus punggung Billy.

Billy diam sejenak, berusaha mencerna kata-kata gadis itu. Entah mengapa ia begitu tenang dalam pelukan gadis yang rambutnya di ombre itu. Ia masih dalam posisinya memeluk gadis itu, malah ia semakin kencang memeluknya. " Perkenalkan saya Audi "  merasakan harumnya tubuh Audi. Mencium aroma shampo rambut panjangnya.

Sementara Audi begitu tidak nyaman dengan posisi mereka itu. Audi berusaha melepaskan pelukan Billy, tapi Billy memeluknya dengan amat erat. Ia tak kuat untuk melepas pelukan Billy.

Kemudian Billy melepaskan pelukannya, Audi bernafas lega, tapi kini ia berhadapan dengan Billy. Billy menatap Audi dengan tajam, Audi menunduk tidak berani membalas tatapan tajam Billy. Billy membalikkan badan, membelakangi Audi.
" Saya Billy, maaf telah lancang memeluk anda "

Mereka saling berdiam diri sejenak. Hujan masih terus turun, masih setia menemani mereka berdua.

" Tidak apa-apa, saya mengerti. percaya saja, anda tidak sendirian, Tuhan ada bersama anda, jangan pernah merasakan kesepian. kalau anda butuh teman, datanglah lagi ke tempat ini, tempat kerjaku tidak jauh dari sini " Audi tersenyum menatap punggung Billy.

Billy mengangguk " Terimakasih " .

Audi meraskan ponselnya bergetar dibalik saku celananya, dia meraih ponsel itu. Audi mendapati telpon dari seseorang.

" Iya kak Michelle ? "

******

Dinda sudah tidak sabar lagi, jadi ia berlari secepatnya keluar dari ruang rawatnya. Dinda tertatih saat menuruni tangga dan bergegas. Ia melihat Rizky disana, hatinya kembali sesak. Rizkynya terlihat sangan pucat dengan bibir yang membiru dan bergetar seperti kedinginan.
Dinda berlari sekuat tenaganya menerobos hujan, ia tidak peduli jika tubuhnya basah kuyup bahkan Dinda tidak memakai sandal!

(Back Song : Tak Mungkin Kumelepasmu - Dygta feat. Andien) lagu pas FTV DINDA DIMAS DI HUTAN. hihi

Mengartikan dirimu di dalam hatiku..

Betapa kusesali adanya dirimu...

Haruskah ku bertahan demi cinta ini...

Yang tak mungkin...

Dinda menubruk tubuh basah Rizky dan memeluk lehernya. Ia sedikit berjinjit unutk menenggelamkan wajahnya dileher Rizky. Rizky membalas pelukan Dinda dengan sangat membenamkan wajahnya pada rambut Dinda. Meghirup wangi khas rambut Dinda yang sudah lama ini tidak ia rasakan.

" Aku tahu kamu masih hidup, aku tahu Rizky, aku tahu "Dinda mengetatkan pelukanya.

" Dan aku sudah tahu semuanya dari Maxime. dia sudah menceritakan semuanya Rizky " Dinda melepaskan pelukanya, kedua tanganya ditempelkan pada kedua pipi Rizky, Rizky hanya memejamkan matanya, merasakan kehangatan disentuh seperti itu oleh Dinda.

" Aku mohon jangan pergi lagi Ky, aku mencintai kamu " Rizky memejamkan matanya saat Dinda membelai wajahnya dengan lembut. Demi tuhan, Rizjy sudah sangat rindu dengan sentuhan Dinda. Rizky menarik Dinda lebih dekat lagi padanya.

" Aku bersyukur, aku bahagia. ternyata kamu masih hidup, aku merindukan kamu Rizky, aku sangat merindukan kamu. " Dinda memeluk Rizky lagi, membenamkan kepalanya di dada bidang milik Rizky. Rizky hanya diam.

Andaikan saja ada keteguhan hati...

Tuk membuka kembali jalan cinta ini...

Biarkan ku menanti semua janji kita...

Sampai batas waktu mengakhiri...

" Aku janji, aku akan menunggu kamu Ky "

" Aku janji, aku akan menyembunyikan ini semua "

" Aku janji, aku janji "

" Aku sudah menikah dengan Michelle "

DEG!

mata wanita itu membulat langsung. Dinda mendorong tubuh Rizky kebelakang, Dinda yang sudah rapuh itu hampir saja jatuh ke lantai mendengar pernyataan Rizky, Maxime tidak menceritakan ini sebelumnya. Rizky merunduk. Dia tahu dirinya bersalah.

" KAMU SUDAH MENIKAH DENGAN MICHELLE? APA MAKSUD INI SEMUA KY APA? KAMU LUPA? KAMU LUPA DENGAN JANJI KAMU HAH? KAMU LUPA? BAHKAN AKU SEDANG MENGANDUNG ANAK KAMU SEKARANG! "

Wajah yang semula tertunduk kini terangkat. Ya, dia harus berusaha tidak menangis didepan wanita ini.

“Plaakk”

Dinda menampar dan mendorong tubuh Rizky hingga terjatuh. Kepala Rizky tertoleh, sebelah pipi kirinya mengeluarkan sedikit darah karena benturan kuku Dinda ditamparan yang ia layangkan benar-benar keras, membuat pipinya seperti terbakar dan sudut bibirnya juga sama mengeluarkan darah. Rasa perih dan sakit jelas terasa disana. Ia memegang sisi pipinya yang terasa panas dan berdenyut sakit.

Dan tak mungkin...

Untuk kita bersama...

Diatas perbedaan...

Yang selamanya mengingkari...

" Maafkan aku Dinda.. " Air matanya perlahan mengalir dengan sendirinya. Dia sudah mencoba untuk tidak menangis, sungguh dia sudah melakukannya.

" MAAF? HAH? MAAF? SETELAH SEMUANYA? SETELAH APA YANG SUDAH KAMU LAKUKAN SAMA AKU, KAMU CUMA BILANG MAAF? KAMU JAHAT RIZKY KAMU JAHAT. AKU BENCI KAMU AKU BENCI KAMU!!! "

" kamu kenapa melakukan semua ini " Dinda menutup mukanya dengan kedua tangan, nafasnya tercekak dan tenggorokannya terasa kering.

" KAMU TIDAK TAHU KAN BAGAIMANA PENDERITAAN AKU SAAT AKU HARUS MENERIMA KENYATAAN BAHWA KAMU MENINGGAL? BAGAIMANA AKU MENJALANI HARI-HARI YANG TANPA KAMU? BELUM LAGI SAAT AKU MENGETAHUI KALAU AKU HAMIL, AKU MERASA AKU INGIN MATI RIZKY, AKU TELAH MENGECEWAKAN BANYAK ORANG. DAN DI SAAT AKU TAHU KALAU KAMU SEBENARNYA BELUM MENINGGAL, AKU BAHAGIA, AKU FIKIR AKU TINGGAL MENUNGGUMU SEBENTAR SAJA, SETELAH ITU KITA BISA HIDUP BERSAMA-SAMA DENGAN BAHAGIA. TAPI APA? KAMU... KAMU.. KAMU BAHKAN SUDAH MENIKAH DENGAN MICHELLE? LELUCON APA INI KY HAH? APA? "

Hujan turun dengan derasnya, semua kendaran melaju dengan kecepatan diatas rata-rata mencoba membelah hujan yang terasa seperti cairan es yang mengguyur. Tak kuat memikirkan segala hal, ia terjatuh. Dinda roboh. Air matanya mengalir deras seiring hujan datang,

‘tidak apa-apa kamu menangis saat hujan turun, karena saat itu aku tak akan bisa melihat air matamu yang mengalir, suara tangismu akan termakan dengan rintikan hujan yang berlomba turun membasahi bumi, jadi tidak apa saat itu kamu menangis, aku tak akan melarangmu. Jika hujan turun menangislah sesukamu, jika petir datang berteriaklah semampumu jika itu semua mampu membuat hatimu melupakannya’ gumam seseorang yang tak jauh dari mereka berdua.

Rizky mendekati Dinda,
Rizky membuka jaketnya saat sudah berada di hadapan Dinda, ia memayungi Dinda dengan jaketnya dari derasnya hujan yang turun, kepala Dinda terdongak. Mata yang sebelumnya penuh dengan air mata kini berbinar saat ia mengetahui Rizky yang sedang memayunginya saat ini. Sedetik kemudian ia bangkit, kedua tangannya memeluk tubuh pria itu erat. Tidak perduli, dia tak akan pernah perduli milik siapa Rizky. karena saat pria ini datang padanya, dia adalah miliknya. Kedua tangannya terus berpegang kuat. Berharap jika ini bukanlah mimpi. Ini adalah kenyataan di tengah hujan deras dan mimpi yang selama ini ia harapkan.

Dan tak mungkin...

Bila ku melepasmu...

Sungguh hati tak mampu..

Mengertilah cintaku..

Dan tak mungkin...

" Dinda. persaya sama aku. aku melakukan ini semua untuk kamu, demi kamu. aku menikahi Michelle tanpa dasar cinta. ini atas dasar keterpaksaan. semua yang aku lakukan demi dan untuk melindungi kamu "

" Aku akan menepati janji aku din, aku akan menikahi kamu dan menceraikan Michelle setelah semuanya selesai "

" Dan kamu, harus mau menikah dengan Maxime. demi anak kita! "

" TIDAK!!!! KAMU FIKIR AKU DAN MICHELLE INI APA HAH? BARANG? DAN KAMU FIKIR AKU INI PEREMPUAN APA KY? AKU MENGERTI PERASAAN MICHELLE. DIA SANGAT MENCINTAI KAMU AK---- "

" AKU MENCINTAI KAMU DINDA. AKU SAMA SEKALI TIDAK MENCINTAI PEREMPUAN ITU "

Kini Rizky meraih Dinda ke dalam pelukanya.
Tapi Dinda melepas pelukan Rizky. Dinda menyetuh perut nya dan mengusap nya pelan ,ia tersenyum datar di dalam sana ada buah hati nya dan Rizky.,

Rizky menggerakan tanganya, ikut mengelus perut Dinda, ada anak mereka disana, buah hati mereka, buah cinta mereka. Dinda menangis, dan Rizky pun ikut menangis.

" AKU BENCI SAMA KAMU. KAMU PERGI KY KAMU PERGI AKU BENCI SAMA KAMU "

Rizky terjatuh dan bersujud di tanah rasa sakit nya tidak bisa di tahan ,jatung nya terasa berhenti mendengar Dinda berkali-kali mengatakan bahwa Dinda sangat membencinya.

Semestinya tak ada..

Yang memisahkan...

Cinta ini...

Karena hanya dirimu..

Satu cintaku..

" YA TUHAN.. KENAPA SEMUA INI HARUS TERJADI? KENAPA KAU TAK MEMBIARAN KAMI HIDUP BAHAGIA TANPA HARUS MERASKAN PENDERITAAN SEPERTI INI TERLEBIH DAHULU? " Rizky berteriak, Dinda memalingkan muka.

Rizky bangkit, kedua tangannya memegang bahu Dinda kuat, sedetik berikutnya ia mencium bibir Dinda. Dinda membalasnya. entah setan darimana yang merasukinya, Dinda seolah-olah tak peduli bahwa Rizky sekarang telah menjadi suami Michelle. Dinda benar-benar merindukan Rizky, benar-benar merindukanya.

Kedua tagan Dinda berpegang kuat pada bahu Rizky yang perlahan semakin memperdalam ciumannya.

Bibir mereka saling menyatu, dan sesakali menggigit lidah lawannya. Rizky memiringkan wajahnya menyesap bibir Dinda dalam. ludah mereka saling bertukar. Dinda mengusap lembut bahu Rizky. Pria ini mendominasi permainan yang ia buat, kedua pipinya kini telah berada di tangkupan tangan Rizky. Pria ini menciumnya ganas, bahkan tak membiarkannya menghirup nafas.

Dan tak mungkin..

Untuk kita bersama..

Diatas perbedaan..

Yang selamanya mengingkari..

Rizky menggendong ala bridal Dinda kedalam mobilnya yang terparkir tidak jauh dari mereka. Bibir mereka masih saling menyatu, Dinda memeluk leher Rizky kuat. Setelah sampai di dalam mobil miliknya ia merebahkan Dinda disana, wanita itu itu menutup kedua matanya.

pandangannya teralih memperhatikan baju yang Dinda gunakan, benar-benar tidak pantas digunakan pada siapapun selain dirinya. Ia menindih tubuh Dinda memerangkap wanita itu dalam ringkihannya. Wanita ini sudah dipenuhi nafsu dan emosi malam ini. Rizky kembali menciumnya, ciuman yang lembut dan memabukkan, ia mengecup setiap wajah Dinda. mulai dari kening, mata, hidung, pipi, dagu dan bibir Dinda membuat wanita dalam kingkihannya ini merasakan kenikmatan di setiap kecupan yang Rizky berikan disana.

Rizky berpindah menuju ke leher Dinda mengendus leher wanita itu beberapa kali kemudian menciumnya. Ia melabuhkan bibirnya disana, menjilat dan menyesapnya. Membuat tanda merah kepemilikan yang selalu diukirnya. Beberapa kali ia menggigit tempat itu dan membuat Dinda mengerang tak kuat menahan nikmat. Setelah dia rasa cukup banyak tanda yang tergambar Rizky berpindah tempat, Bibirnya mencium beberapa kali belahan dada Dinda membuat sang pemilik kepanasan tak kuat manahan luapan gairah dalam dirinya.

" Ky cukup.. aku.. aku.. "
belum selesai Dinda melanjutkan kata-katanya, Rizky melumat bibirnya lagi.

" Aku ingin kita egois lagi malam ini "

Dan tak mungkin..

Bila ku melepasmu ..

Sungguh hati tak mampu...

Mengertilah cintaku..

Percayalah cintaku...

******

Brraakkk!!

Michelle yang sedang sibuk di depan laptop sontak menghentikan kegiatanya setelah mendengar suara itu. Michelle menghela nafas beratnya sejenak. Yah, Michelle sudah hapal dengan suara itu. Rizky, suaminya tak jarang pulang dalam keadaan mabuk.

Sesampainya diruang depan, mata Michelle terbelalak melihat Rizky yang sudah tersungkur di lantai. Memang hal ini sudah biasa menurutnya, tapi Michelle selalu panik saat melihatnya tak berdaya seperti itu.

Dengan sisa tenaganya, Michelle berusaha mengangkat tubuhnya.

“Kenapa kamu selalu membuat aku, khawatir, Ky?” omelnya. tidak peduli Rizky akan mendengar atau tidak, mengerti atau tidak, yang jelas Michelle sudah mencuatkan satu hal yang menjadi pikiran kusut sejak tadi. Tentu saja Rizky tak menyahut, bisa dibayangkan keadaannya yang sekarang.

Tidur atau pingsan, entahlah.

sesampai di kamar, Rizky menjatuhkan tubuh kekarnya ke ranjang king size yang ada di tengah kamar.

Dan seperti biasa, Michelle membersihkan tubuh Rizky yang sedang tak berdaya itu. Pertama, Michelle membuka sepatu Rizky beserta kaos kakinya. Michelle memandangi telapak kaki putih Rizky sudah tampak memerah, bahkan sedikit membiru.

Selesai melepas alas kakinya, Michelle melepas perlahan ikat pinggangnya. Setelah terlepas, Michelle buka kancing celananya agar dia bisa lebih leluasa saat bernafas. Kemudian, Michelle lanjut melepas satu per satu tautan kancing kemejanya.

Oh Tuhan, masih pantaskah dia menangis setelah melihat sesuatu yang membuatnya sesak?

Michelle melihat kiss mark di bagian tubuh Rizky, di bagian lehernya, dadanya, perutnya.
Ini Kiss mark siapa? batinya.

Tes…

Kini tangisan Michelle pecah sejadi-jadinya. Michelle bertanya-tanya siapa seseorang pemilik kiss mark itu? selama ini Rizky tidak mau 'menduri' nya karena alasan dia hanya ingin melakukan itu dengan orang yang dia cintai, apa Dinda? tapi bukanya Rizky berusaha menyembunyikan keberadaanya dari Dinda selama ini? berbagai macam fikiran aneh berkecamuk di otak Michelle.

Michelle merasakan tubuh kekar itu menggeliat. Apakah Rizky terbangun karena tangisanya? Atau karena Rizky merasakan tetesan air mata bodohnya yang runtuh ke perutnya?

Perlahan kedua matanya terbuka dan semakin terbuka hingga menatap keberadaan Michelle dengan tajam. Rizky mendesah kesal.

" Aku ingin tidur Chelle, kalau kamu mau menangis di luar! ganggu ! "

" Kamu melakukan itu dengan siapa Ky? "

" Melakukan apa? "

" Jangan belaga bodoh! Lihat badan kamu sekarang! itu Kiss mark siapa? " Bahu Michelle bergetar, perempuan itu tak kuat menahan tangisnya.
Rizky menunduk melihat dada dan perutnya yang merah bahkan sedikit membiru, dia baru sadar bahwa Dinda meninggalkan kiss mark di hampir seluruh bagian tubuhnya.

" Bukan urusanmu "

" Aku istrimu! "

" Istri diatas kertas!! "

" Apa itu kiss mark Dinda ky? perempuan murahan itu? "

" SHUT UP!!!!!!!! "

Rizky menggeram dan betapa kagetnya Michelle saat Rizky langsung menarik tengkunya. Mata michelle tetap melotot saat Rizky menarikan bibir tebalnya di setiap sisi bibir tipis Michelle. Tangisan Michelle pun kian pudar.

Tanpa berpikir lagi, Michelle menutup kedua matanya dan memilih menikmati ciuman hangat yang baru kali ini Rizky berikan pada Michelle. Ketahuilah, saat ini Rizky tengah menyesap bibir Michelle secara lembut dan manis hingga membuatnya sedikit gemetar measakan sensasinya. Walau begitu terasa indah, air mataku Michelle mengalir membasahi wajah. Bagaimana tidak, tubuh Michelle memang menikmati setiap manis yang Rizky tinggalkan.

Ciuman Rizky membuat Michelle semakin menggila. Bibirnya, lidahnya, bahkan giginya sekali pun sangat kentara bernafsu bagi Michelle. Sama seperti keadaanya saat ini yang juga mulai bernafsu sepertinya.

Perlahan, Rizky membawa tubuh mungil Michelle keatas badannya dengan ciuman yang masih berirama manis diantara bibir mereka.

Michelle juga bisa merasakan usapan lembut di punggungnya saat tangan Rizky berhasil masuk kedalam kaos longgar yang sedang melekat ditubuh Michelle. Usapannya kian membuat tubuh Michelle semakin memanas.

Permainan ini kian memanas saat Rizky mengguling tubuh ke kanan sehingga kini posisinya ada di atas Michelle. Merasa nafasnya cukup sesak, Michelle memaksa Rizky menghentikan permainan ini dengan cara mendorong bahu Rizky sekuat tenaga.

Ciuman itu berhasil terhenti, tapi tidak dengan posisi Rizky. Dia tetap berada diatas tubuh Michelle sambil menatap perempuan itu penuh nafsu. “Sudah terlanjur, tidak bisa aku hentikan!” tegasnya sebelum mendaratkan kecupan liar di leher Michelle.

Sebenarnya Michelle sadar jika Rizky masih dibawah pengaruh alcohol yang diminumnya. Namun, Michelle memilih untuk pasrah. Bagaimana cara untuk menolak disaat nafsunya juga sudah tersulut keseluruh bagian jiwanya?
Pasrah adalah pilihan terakhir. Lagian, hal ini tidak akan masuk dalam kategori sex bebas atau pun sex pra-nikah yang sangat dilarang itu. Ini adalah sesuatu yang wajar dilakukan oleh sepasang suami-istri yang sudah menuahkan janji setia di hadapan sang pencipta. Janji suci yang akan selalu abadi walau kelak akan ada yang mati. Namun, jika di telaah lebih dalam, itu hanyalah bayangan saat nanti, ‘kelak’. Syukurlah, saat ini mereka melakukannya secara sah dan halal karena sudah resmi sebulan yang lalu.

‘Aku sangat mencintaimu Rizky.’

" Aku mencintaimu Dindaaaa "

DEG!
Disaat bercinta dengan dirinya pun, Rizky masih teringat perempuan itu. mungkin Rizky menganggap bahwa saat ini dia sedang bercinta dengan Dinda bukan dengan Michelle. ini pengaruh alcohol.

Eye To LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang