Kembali pada masa lalu

166 24 0
                                    

Waktu menunjukan dini hari, seorang bocah kecil menahan tangis di dalam salah satu lemari pakaian.

Malam ini adalah malam terburuk bagi sang bocah, kejadian yang tidak pernah terlintas di pikiran nya sekali pun.

Mimpi buruk yang menjadi nyata, kehancuran keluarga berujung kematian.

Pembantaian satu keluarga.

Suara belas kasih, suara tangisan, suara kesakitan. Bersatu menjadi suara kematian.

Sang bocah terus menahan ketakutan dan tangisan nya. Bila ia bersuara sedikit saja,  nyawa nya yang akan melayang.

Menit berikut nya sang bocah terlelap tanpa ia sadari. kelelahan karna tertekan membuat mata nya tertutup menunggu berakhirnya semua ini.

***

Entah pukul berapa sekarang, sang bocah terbangun dari tidur panjang nya.

Ia berdoa semoga kejadian tadi malam hanya mimpi buruk.

Bocah itu mengucek mata nya, seluruh badan nya sakit, mata nya sembab.

Dengan sekuat tenaga ia buka pintu lemari, berjalan keluar kamar.

Saat ia membuka pintu kamar, Pemandangan yang ia anggap benci menjadi kenyataan.

Tak mampu bersuara. Hanya air mata yang turun, kekecewan melanda diri, kehilangan membuat nya tak mampu hidup.

Seorang bocah sembilan tahun yang sedang berdiri di bibir pintu, menatap nanar mayat kedua orang tua yang ia cintai.

Tubuh nya kaku, tak bisa berbuat apa apa, kaki nya lemas seketika, pandangan nya rabun, dada nya sesak. Detik berikut nya sang bocah terjatuh pingsan.

***

Garis polisi terpangpang jelas di depan halaman rumah itu. Sang bocah yang tadi tak sadarkan diri langsung di larikan kerumah sakit, karna keadaan nya mengkhawatirkan.

Kejadian itu di ketahui oleh ibu dari korban, jam sembilan pagi tadi ibu dari alfa - korban pembunuhan, menemukan Denisa dengan suami nya Alfa. Terkujur kaku, dengan luka dan darah di mana mana.

Dan tak lupa ibu dari alfa melihat bocah malang yang pingsan. Secepat mungkin ia menghubungi pihak polisi dan rumah sakit.

Selama bocah tersebut di rumah sakit, mental nya mulai terganggu. Trauma yang mendalam. Membuat ia ketakutan menemui orang yang baru ia kenal.

Hampir tiga bulan bocah itu mengikuti kemoteraphi tidak ada berubahan sama sekali, ibu dari mendiang alfa sudah lelah harus membuat cucu nya sembuh dari trauma.

Empat bulan berjalan. Bocah tersebut masih saja trauma, namun tidak separah dulu, sekarang ia sudah terbiasa dengan orang baru, namun.

Sifat dan kelakuan nya berubah seratus delapan puluh derajat.

Menjadi orang yang pendiam, dingin, tidak perduli sekitar.

Semua itu terjadi sebab kejadian pembunuhan berantai tersebut.

***

Tujuh tahun berlalu begitu saja, tanpa ada kenangan yang indah bagi sang bocah malang tersebut.

Hari ini adalah hari minggu. Hari ini ia sedang berdiam diri di balkon rumah dengan tatapan kosong.

Kejadian - kejadian tujuh yang lalu, masih saja menghantui diri nya.

Pelaku pembunuh kedua orang tua nya masih belum tertangkap, polisi sudah berusaha mencari dan menangani kasus tersebut. Namun hasil nya hinil.

Dengan berat hati polisi menutup kasus ini saat dua tahun yang lalu, awalnya nenek dari sang bocah tidak terima.

Namun polisi mencoba menjelaskan tentang usaha mencari tersangkat pembunuh anak dan menantu nya.

Sang bocah? Ia hanya diam bagaikan air yang tenang, tapi di lubuk hati nya, perasaan marah dan dendam masih membara.

Sang bocah tersenyum kecut saat melihat benda yang mengantung di dekat jendela bekas kamar orang tua nya.

Itu adalah sebuah gantungan nama, gantungan yang lucu, gantungan yang ia ingat, bocah itu merengek ingin membeli gantungan nama pada saat ia dan kedua orang tuanya di
pulau dewata Bali.

"Farresta Zaferino Altezza"

Nama diri nya sendiri.

Cold HumanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang