Baru saja qilla masuk, sudah harus keluar kembali. "Gara gara luna gue jadi keluar gini!" Qilla menghentakan kedua kakinya kesal.
Qilla keluar, bukan salah luna sepenuhnya, luna benar, sifat qilla akhir-akhir ini sangat lah beda.
Terkadang senang, lalu sedih, dan emosinya itu sangat lah menakutkan."Sekarang gue harus kemana? Harus ngapain?, tau gini gue engga usah sekolah" qilla berjalan menyusuri koridor menuju kantin.
Sepertinya qilla berencana untuk pindah sekolah, setiap hari nya peristiwa-peristiwa buruk selalu menimpanya, mungkin bukan peristiwa, melainkan hal.
Untung saja qilla membawa eraphone, ia selalu membawa nya kemana mana, dikala merasa galau atau pun senang eraphone selalu menemaninya.
Teman?
Sebenarnya qilla tidak memiliki teman dekat, hanya billy teman yang paling dekat nya, billy sudah tau selak beluk tentang qilla.Qilla tidak berniat mencari teman dekat di sekolahnya, 'gue engga suka teman bermuka dua' itu lah yang pernah qilla ucapkan pada billy.
Ia menyambungkan eraphone pada handphone dan setelah itu mulai memutar musik.
Merasa bosan qilla pun menjadikan lengan untuk alas kepalanya.
Qilla mulai menikmati musik yang ia dengar, dan mulai menutup mata, memanfaatkan waktu untuk tidur.
***
Dua orang wanita sedang duduk dan berbincang di ruang tamu, dan mereka sedang menunggu seseorang.
"Bagaimana kondisinya sekarang omah?" Ucap wanita yang berpakain seperti dokter, manun ia melepas jas putih nya.
Wanita yang di tanya menunjukan wajah sedih dan khawatir. "Tidak ada perubahan, dia sama seperti pertama kali kamu datang kemari"
Wanita di hadapan lusy tersenyum, sebari mengelus pundak lusy, mencoba menenangkan lusy.
"Marsha percaya, farres pelan pelan akan berubah, kita hanya perlu usaha dan berdoa omah" kata kata yang keluar dari mulut marsha membuat lusy sedikit tenang.
"Makasih marsha"
"Ceklek"
Pintu depan seperti terbuka oleh seseorang. "Sepertinya itu farres sudah pulang, sebentar omah kedepan dulu" marsha hanya menjawab dengan senyuman.
Marsha. Adalah teman dari ayah farres, sebenarnya marsha memilik rasa kepada alfa bukan sebagai teman biasa.
Namun alfa tidak menyadari perasaan marsha.selama beberapa tahun marsha menyimpan perasaan nya, sampai ketika alfa akan menikah dengan denisa, marsha mengutarakan perasaan nya.
"Aku bukan mau jadi perusak hubungan, aku cuman mau ngutarain perasaan aku yang selama ini aku pendam sama kamu, tapi udah ini kamu jangan pernah berubah sama aku, tetep jadi alfa jelek yang aku kenal"
Itu lah kejadian yang masih marsha kenang sampai sekarang, saat kematian alfa kebetulan marsha sedang di tugaskan di luar pulau, dan untuk pulang sangat lah susah, dikarenakan ia di tugas kan di salah satu desa terpencil di pulau kalimantan.
Setelah mendengar tentang kematian alfa, Selama seminggu pada malam hari marsha menangis, teman teman nya selalu menenangkan marsha, memberi suport kepadanya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Cold Human
Teen FictionBagaimana bila seorang gadis periang dan hyper aktif, tanpa sengaja bertemu dengan lelaki mysterius berjulukan 'Setan es'. Merubah hidup nya, dengan rasa ingin tahu yang besar, tanpa sengaja membuat dirinya masuk ke dalam suatu masalah, yang bisa ja...