Tidak!Tidak mungkin!
Ini benar-benar tidak mungkin!
Benar-benar tidak mungkin!
Apa yang kulihat ini benar-benar tidak mungkin terjadi. Sungguh sulit untuk kupercaya dengan semua ini. Ini ... terlalu mengejutkan bagiku.
Dan apa yang telah terjadi dihadapanku ini sungguh di luar pemikiranku. Aku tidak menyangka dengan ini semua. Tidak pernah menyangka. Sama sekali tidak pernah."Argh!" Aku terpekik saat kurasakan nyeri yang menghantam dadaku secara tiba-tiba. Sebelah tanganku kusentuhkan ke bagian dadaku yang terasa nyeri. Terasa basah dan ... astaga! mataku sontak membulat sempurna. Mulutku tanpa sadar menganga. Aku tidak percaya dengan apa yang tengah kurasakan saat ini. Aku terlalu terkejut untuk mengetahuinya. Mengetahui tentang keadaanku sekarang.
Lambat laun, rasa lemas menghampiriku. Kepalaku mulai terasa berdenyut nyeri. Pandanganku perlahan menggelap dan berkunang-kunang. Bulir-bulir peluh terasa mulai berkeluaran dari pori-pori kulitku. Membasahi sekujur tubuhku dari atas hingga bawah.
Keterkejutanku semakin meningkat tatkala aku merasa detak jantungku perlahan melemah. Bahkan nafasku pun sekarang mulai terasa tercekat.
Ya ampun! Tidak mungkin! Ini tidak mungkin!"Ini nyata, Prareza!" Suara parau terdengar olehku yang membuatku tersentak dan secara langsung menoleh ke arah suara itu berada. Dan inilah puncak rasa keterkejutanku saat melihat sosok yang tengah berdiri membelakangiku itu memutar tubuhnya. Menampilkan sosok yang selama ini menjadi teka-teki bagiku. Dan akhirnya teka-teki itu terjawab sudah di detik ini.
"Kau?!"
Sekali lagi, aku tidak percaya dengan semua ini. Benar-benar tidak dapat kupercaya akan apa yang kulihat oleh mata kepalaku sendiri.
"Surprise!" ucapnya sambil tersenyum manis kearahku. Tapi bukan senyuman manis yang seperti biasanya, melainkan senyuman yang lebih tepatnya disebut sebagai sebuah seringaian.
"Kau sakit? Wajahmu terlihat pucat Prareza," ucapnya sembari berjalan mendekatiku yang kini tengah merasakan rasa lemas yang semakin menggerayangi ragaku. Kulihat wajahnya yang cantik terpoles sempurna itu perlahan mendekati wajahku. Wajah yang dulu selalu membayangi pikiranku, kini membuatku muak saat melihatnya.
Cih! Aku benar-benar muak. Kali ini aku takkan lagi terjerat oleh wajahmu yang sempurna itu karena aku sudah tahu semuanya. Semua rahasia yang telah berhasil kau sembunyikan di balik topengmu."Prareza, kau kenapa?" ujarnya lagi sambil mengulurkan tangannya kepadaku.
"Kemarilah! Aku ingin melihat keadaanmu.""Argh!" Lagi-lagi rasa nyeri itu kembali terasa olehku. Kali ini menyerang di bagian perutku. Seketika tubuhku meluruh perlahan ke lantai. Rasa lemas yang sedari tadi menerpa akhirnya benar-benar merobohkanku. Nafas dan detak jantungku semakin melemah. Dan baru kusadari sebuah fakta yang amat mengejutkanku ketika mataku menangkap sesuatu yang sedang dipegang olehnya. Sesuatu yg telah berhasil melumpuhkanku.
"K-khau ... k-k-ken-nap-pa ... k-kh-hauu ... lak-kuk-khan ... in- ini ...?" ucapku terbata-bata dan lirih.
"Kau bilang apa?" tanyanya sembari mencondongkan tubuhnya padaku yang sedang terduduk lemas. Aku berusaha sebisa mungkin mengambil udara yang ada agar paru-paruku tidak kekosongan oksigen dan setidaknya bisa bernafas walau hanya sesaat.
"Oh ayolah. Katakan padaku apa yg barusan kau katakan! Aku benar-benar tidak mendengarnya!"
" K-k-kh-hau—"
BRUK!
Belum sempat kuselesaikan ucapanku, tubuhku seketika ambruk dengan posisi telungkup. Kini aku serasa benar-benar lemas. Tak berdaya. Seolah-olah semua tulang-tulangku telah terlepas dari tempatnya. Sekujur tubuhku mati rasa.
Bau anyir sedikit menusuk indera penciumanku yang masih berfungsi sesaat. Namun pandanganku kini sepenuhnya telah menggelap.Ahh, aku kalah.
Aku benar-benar kalah.
Aku benar-benar telah kalah.
Telah dikalahkan.
Oleh dia.
******
*Akhirnya post bagian pertama selesai 🙌🙌👏👏👏
Don't forget to read my story, & hope you like it, readers 😇😇See you next time 👋👋👋
ps : vote dulu ya biar semangat buat post chapter selanjutnya 🙏🙏
KAMU SEDANG MEMBACA
Deja Vu Di Masa Fajar
FantasyPrareza Difadra tidak pernah menyangka jika teror dalam mimpinya itu akan terjadi di kehidupan nyata. Tak hanya itu, hubungannya dengan sang adik, Prariza Devani, memburuk karena tidak menyetujui pertunangannya dengan Ravena Giasty, wanita yang tela...