BAB 6
Kopi sudah dihidangkan, pertanda meeting santai itu sudah usai. Beberapa lelaki memilih keluar untuk merokok, sedang Eren duduk diam di ujung sofa, mengamati Erwin yang masih sibuk mempelajari berkas-berkas di tangannya.
Erwin bukanlah lelaki yang bisa berbaur, lelaki itu penyendiri, dan wataknya yang terkenal membuat orang-orang segan mendekatinya. Eren tidak akrab dengan Erwin, mereka hanya berbicara tentang bisnis. Dan apabila menyangkut bisnis, Erwin cukup kooperatif. Kerja sama mereka telah membuahkan banyak keuntungan bagi perusahaan masing-masing.
Eren ragu untuk menanyakan perihal Levi kepada Erwin . Rasanya terlalu aneh untuk membahas masalah itu di sini. Tetapi isterinya -Armin yang baik hati- telah berhasil membuatnya berjanji untuk melakukannya.
Eren berdehem, menarik perhatian Erwin dari berkas-berkas yang ditelusurinya dengan serius.
"Kami, aku dan isteriku bertemu dengan kekasihmu semalam."
Kepala Erwin langsung terangkat seperti disentakkan, ia menatap Eren dengan waspada.
"Oh ya?" Nada suaranya santai, tetapi ketegangan dalam suara Erwin tidak bisa menipu Eren.
Ada sesuatu di sini, batin Eren dalam hatinya, ada sesuatu yang dirahasiakan Erwin ...
"Yah, dia berkenalan dengan isteriku kemarin, dan berbicara panjang lebar dengannya," Eren berusaha memancing Erwin dan sepertinya pancingannya berhasil, karena mata Erwin menyipit dan menatapnya curiga.
"Apakah dia mengatakan sesuatu kepada isterimu?"
Eren menatap Erwin lurus-lurus, "dia meminta tolong kepada isteriku untuk diselamatkan, supaya dia bisa keluar dari rumahmu."
Bibir Erwin mengetat membentuk garis tipis, lalu ia segera berdiri, "bilang pada isterimu untuk tidak melakukan apa-apa. Levi adalah milikku, dan siapapun tidak akan bisa melepaskannya dari rumahku, kecuali atas seizinku," Erwin menatap Eren lurus, menimbang-nimbang, "aku menghormatimu, Eren. Kau adalah salah satu dari sedikit orang yang aku hormati dan aku tidak ingin hubungan saling menghargai ini rusak. Maaf, aku permisi dulu karena ada janji pertemuan dengan pihak lain setelah ini."
Setelah mengangguk kaku, Erwin melangkah pergi meninggalkan ruangan meeting besar itu.
Eren sedang duduk sambil menyesap kopinya, matanya masih menatap pintu dimana Erwin menghilang di baliknya.
Tingkah Erwin mengingatkannya pada dirinya dulu. Senyum kecil muncul di bibir Eren. Erwin mungkin akan mengalami hal yang sama seperti dirinya, kalau dia tidak hati-hati kepada Levi.
.
Ketika pintu kamarnya dibuka dari luar, Levi tidak menyangka kalau Erwin -lah yang masuk. Lelaki itu telah sepenuhnya mengabaikannya akhir-akhir ini. Levi bahkan hampir tidak pernah melihat lelaki itu, kecuali dari pemandangan ketika Erwin memasuki mobilnya di teras bawah yang kelihatan dari jendela lantai dua tempat Levi dikurung.
Dan seperti biasanya, lelaki itu tampak marah. Levi mengerutkan alisnya, kenapa lelaki itu tidak pernah sedikitpun tampak ceria dan tersenyum? Kalaupun tersenyum, senyumnya hanyalah senyum jahat dan sinis. Apakah lelaki itu tidak pernah merasakan kebahagiaan sedikitpun di dalam hatinya?
Tanpa basa basi, Erwin melempar jasnya ke kursi dan melonggarkan dasinya, lalu menatap Levi tajam.
"Apa yang kau katakan kepada Isteri Yeager?"
Levi langsung mengkerut takut. Armin mungkin telah menyampaikan permintaan tolongnya kepada Eren, dan Eren mengatakannya kepada Erwin .
Ketika rasa ketakutan menggelayutinya, Levi langsung menggelengkan kepalanya mencoba mengembalikan keberaniannya. Diingatnya wajah ayah dan ibunya yang bahagia, lalu tergantikan dengan wajah pucat mereka yang terbaring dalam peti mati. Kebencian dan kemarahan adalah senjatanya untuk menghadapi Erwin .
KAMU SEDANG MEMBACA
Sleep With The Devil ( EruRi Ver.)
RandomLevi dengan sifat keras kepalanya dan Erwin dengan seluruh kekuasaannya. "Kau adalah kelemahanku." -Erwin Smith. SnK. EruRi Fanfiction. Remake dari novel kak Shanty Agatha, Sleep With The Devil. Maaf jika ada kesamaan sm cerita milik yg lain. uda...