Bab 2

10.8K 876 163
                                    

BAB 2

Perjalanan itu terasa menyiksa dan panjang. Tubuh Levi dilempar begitu saja dengan kasar oleh bodyguard Erwin ke bagasi dan dikunci dari luar.

Levi berusaha menendang, berteriak, meronta, tetapi pada akhrnya ia kelelahan dan kehabisan oksigen. Menyadari bahwa ruang bagasi ini begitu sempit dan pengap dengan asupan oksigen yang semakin menipis, Levi terdiam. Ia berusaha menenangkan jantungnya yang berdebar keras, campur aduk antara rasa takut dan ingin tahu, akan dibawa kemanakah dirinya?

Lama sekali Levi menunggu, sampai akhirnya mobil itu melambat. Terdengar suara pintu gerbang yang berat dibuka, lalu mobil itu melaju lagi, melambat, dan kemudian berhenti.

Suara pintu mobil dibanting. Dan syukurlah, ada gerakan membuka bagasi. Levi bersiap melompat dan menyerang siapa saja yang membuka pintu bagasi itu, lalu kabur. Ah ya Tuhan, semoga semudah itu. Pintu bagasi terbuka sedikit dan secercah cahaya masuk melalui celah yang hanya dibuka sempit.

"Levi Ackerman," itu suara Erwin dan lelaki itu memanggil namanya.

Wajah Levi langsung pucat pasi. Lelaki itu sejak awal sudah mengetahui penyamarannya!

"Aku akan membuka pintu bagasi ini, tapi kau harus berjanji untuk bersikap tenang dan tidak memberontak," ada seberkas senyum di suara Erwin. Kurang ajar. Lelaki itu pasti dari tadi sudah menertawakan kebodohannya! "Kau ada di rumahku, dan perlu kau tahu, para pengawalku sangat tidak ramah. Ku sarankan kau turun dengan sikap penurut dan tenang, demi dirimu sendiri, karena para pengawalku mungkin akan melukaimu kalau kau bertindak bodoh."

Rumah Erwin Smith. Levi memejamkan matanya frustrasi. Dari informasi yang ia dapatkan, rumah Erwin terletak di atas tanah yang begitu luas di kawasan elite pinggiran kota. Rumah itu dipagari dengan pagar tinggi di sekelilingnya dan setiap akses masuk dijaga oleh pengawal-pengawal Erwin. Tidak ada seorangpun yang bisa masuk ke area rumah ini tanpa sepengetahuan Erwin. Begitupun, tidak akan ada orang yang bisa keluar dari rumah ini tanpa seizin Erwin.

"Bagaimana Levi? Apakah kau berjanji untuk bersikap baik, dan aku akan mengeluarkanmu secara manusiawi. Atau kau memilih bertindak bodoh lalu mungkin aku akan mengikatmu dalam karung dan kusekap di gudang," suara Erwin di luar menyadarkan Levi dari lamunannya.

"Kenapa kau membawaku kemari?" gumam Levi penuh keberanian.

Terdengar suara Erwin terkekeh di luar sana, "menurutmu kenapa, Levi? Apa kau pikir aku semudah itu diracuni di tempat umum? Apa kau pikir aku tidak tahu kalau kau selama ini mengendus-endus mencari kesempatan untuk membalaskan dendammu?" suara Erwin terdengar dekat, "kau sudah bermain api," bisiknya, "sekarang saatnya kau untuk terbakar."

Pintu bagasi itu terbuka tiba-tiba dan Levi belum siap meronta. Lagipula, percuma meronta. Di belakang Erwin yang berdiri dengan pongahnya, ada beberapa bodyguard dengan tubuh kekar bertampang seperti batu. Dan melihat tampang dan penampilan mereka, Levi tahu, mereka tidak akan segan-segan melukainya kalau Levi berbuat sesuatu yang sekiranya akan mencelakakan majikan mereka.

Erwin mundur selangkah, lalu mengulurkan tangannya setengah membungkuk, "silahkan Tuan Puteri, biarkan aku membantumu keluar," gumamnya mengejek.

Levi menatap tangan itu lalu menggeram marah. Kurang ajar sekali iblis yang satu ini!

Dengan marah, ditepiskannya tangan Erwin dan ia berusaha keluar sendiri dari bagasi sempit itu meskipun sedikit kesulitan karena kaki dan tangannya kaku dilipat dalam ruangan sempit dan menempuh perjalanan entah berapa puluh kilo.

Akhirnya Levi berhasil keluar dari bagasi, dengan sepenuh harga dirinya.

Erwin mengamati Levi dari ujung kepala sampai ujung kaki dengan tatapan melecehkan, lalu senyum muncul lagi di sudut bibirnya, "mari, silahkan masuk. Selamat datang di rumahku."

Sleep With The Devil ( EruRi Ver.)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang