BAB 10
Levi tertegun. Ulang tahunnya yang kedua puluh lima sebentar lagi. Kenapa Erwin bisa mengetahui detail hari ulang tahunnya? Levi tertarik, tetapi ia akan memuaskan Erwin kalau ia mengikuti Erwin untuk berbicara dengannya. Jangan-jangan memang itu tujuan Erwin, supaya ia tidak hujan-hujanan dan mengikuti perintah Erwin.
"Nanti aku akan menyusulmu kalau aku sudah puas di sini."
Api menyala di mata Erwin, dan tampak jelas lelaki itu mencoba menahan diri.
"Terserah, setelah kau selesai dengan urusanmu, temui aku di ruang kerjaku," suaranya lebih seperti geraman, kemudian membalikkan badan dengan marah.
Setelah puas menikmati hujan, Levi masuk ke kamarnya untuk berganti pakaian dan makan malam. Ia sengaja tidak menemui Erwin, lagipula sepertinya lelaki itu tadi hanya asal bicara ketika bilang ingin berbicara tentang hari ulang tahunnya. Dan Levi tidak yakin kalau Erwin akan menunggunya. Lelaki itu sepertinya sangat sibuk dan punya banyak urusan.
"Kenapa kau tidak menemuiku di ruang kerjaku?"
Suara di kegelapan itu mengagetkan Levi. Ia menajamkan matanya dan melihat Erwin duduk di sana, di keremangan kamarnya.
"Kenapa kau masuk ke kamarku tanpa izin?" Levi berteriak kaget, tangannya meraba-raba saklar lampu di dinding, berusaha menghilangkan kegelapan yang menyelubungi Erwin, karena lelaki itu tampak lebih menyeramkan di antara cahaya yang remang-remang.
Levi berhasil menyalakan lampu dan cahaya itu langsung menyelubungi Erwin. Dia duduk di sofanya, dengan santai, hanya memakai piyama sutera warna hitam dan di sebelah tangannya memegang gelas minuman. Levi melirik ke botol brendy yang entah berasal dari mana, yang sepertinya sudah dituang Erwin selama menunggunya.
Apakah lelaki itu mabuk? Jantung Levi mulai berdegup. Dalam keadaan sadar saja emosi Erwin sangat tidak mudah ditebak, apalagi dalam kondisi mabuk.
"Apa yang kau lakukan di sini, Erwin?"
Erwin mendengus dan menatap Levi dengan tajam, "kau pikir apa? Aku menunggumu di ruang kerjaku dan kemudian menyadari bahwa kau, dengan kepalamu yang keras itu memutuskan untuk melawanku."
Levi mundur ke belakang, melirik pintu putih itu, dan berusaha sedekat mungkin di sana, sehingga ketika Erwin bertindak di luar batas ia bisa segera melarikan diri.
Erwin tersenyum melihat tingkah Levi, "kau seperti kelinci ketakutan lagi, Levi. Apakah kau takut aku akan melakukan sesuatu yang kejam? Seperti mencampurkan obat ke dalam minumanmu, atau... melemparkanmu dari balkon lagi?" Erwin menyeringai, meletakkan gelasnya dan berdiri, kemudan berjalan mendekati Levi.
"Apa kau sedang mabuk, Erwin?" Levi melirik ke arah pintu, hanya butuh beberapa detik Jika Levi ingin melarikan diri dari Erwin. Ia pasti bisa melakukannya.
"Erwin Smith tidak pernah mabuk," Erwin melangkah mendekat dengan tenang, seperti singa yang mengendap endap mengincar mangsanya, "dan kau... seharusnya kau mendengarkan apa yang kuperintahkan, Levi."
Levi tahu di situlah titiknya. Di situlah titik Erwin kehilangan kesabarannya, karena itulah Levi langsung melompat dan mencoba melarikan diri ke pintu. Ia berhasil membuka pintu itu sedikit, sebelum dengan gerakan lebih cepat dan tanpa suara, Erwin sudah ada di belakangnya, mendorong pintu itu hingga menutup kembali sebelum sempat terbuka sepenuhnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sleep With The Devil ( EruRi Ver.)
RandomLevi dengan sifat keras kepalanya dan Erwin dengan seluruh kekuasaannya. "Kau adalah kelemahanku." -Erwin Smith. SnK. EruRi Fanfiction. Remake dari novel kak Shanty Agatha, Sleep With The Devil. Maaf jika ada kesamaan sm cerita milik yg lain. uda...