1 Mei 2018

512 60 9
                                    

Waktu itu,

Seorang pria berusia 42 tahun berjalan santai di jalan setapak di pedesaan di kaki Gunung Fuji. Sepuntung rokok menyala bertengger dimulutnya dan asap-asap putih hasil isapan rokok tadi keluar dari hidung dan celah mulutnya.

Ia adalah salah satu dari gembong kriminal yang berkecimpung di bidang peredaran narkotika dan obat-obatan terlarang. Sudah tiga minggu menggunakan desa tempat nenek (Name) tinggal sebagai tempat persembunyian karena lokasinya yang terpencil.

Mereka selalu beraktivitas di malam hari dan tak pernah bersosialisasi dengan warga sekitar. Tak heran jika mereka jadi gunjingan warga.

Kepala warga tempat nenek (Name) tinggal pernah sekali berkunjung ke rumah mereka. Dengan beribu alasan, mereka berhasil meyakinkan kepala warga setempat bahwa mereka kerja di kota dari pagi sampai malam.

Kepala warga setempat yang memang sudah sepuh pun percaya. Ia juga sempat mengecek tempat tinggal mereka hingga ke dalam-dalam dan tak menemukan hal yang mencurigakan. Surat-surat administrasi semuanya juga lengkap.

Semenjak itu, mereka sudah jarang jadi gunjingan warga. Namun tidak menutup kemungkinan beberapa warga masih suka menjadikan mereka bahan gosip terpanas. Mereka perlahan mulai berbaur dengan warga. Mereka mulai sering keluar rumah di siang hari untuk pergi ke pasar atau toko-toko kelontong.

Seperti pria yang di atas kita bicarakan contohnya. Ia baru saja pulang dari pasar, membawa sekantung plastik berisi sayuran dan buah.

Di kejauhan, pria itu melihat seorang pria tinggi dengan rambut hitam acak sedang mencium pipi seorang perempuan. Pria tinggi berambut hitam itu lantas pergi dengan mobil meninggalkan perempuan tadi yang sudah masuk ke dalam rumah.

Saat melewati rumah itu, pandangannya sekilas melirik rumah yang dimasuki perempuan tadi. Tak ada alas kaki lain selain sebuah sandal jepit bewarna hijau. Pria itu mengira bahwa mereka adalah pasangan suami-istri baru, jadi ia hanya lewat begitu saja tanpa mau perduli dengan apa yang ada disekitarnya.

Perjalanannya menuju tempat persembunyian bisa dikatakan jauh. Butuh waktu hampir satu jam sendiri hanya untuk berangkat. Itu belum dihitung waktu pulang.

Sudah capek-capek ia berjalan, sampai tempat tujuan ia kaget bukan main. Persembunyian mereka digeledah. Barang-barang mereka semua disita dan semua teman-temannya sudah tertangkap. Bahkan beberapa ada yang sudah tewas di tempat karena melakukan perlawanan, salah satu dari yang tewas tersebut adalah saudaranya sendiri.

Pria itu marah. Ingin sekali ia membalas namun ia baru sadar ia tak bawa senjata. Menyerang dengan tangan kosong sama saja dengan bunuh diri.

Ia pun memilih kabur. Berlari diam-diam ke dalam hutan sambil sesekali menengok ke belakang. Saat menengok ke belakang, ia terkejut lagi. Saking terkejutnya ia sampai terjatuh di lantai hutan yang dipenuhi akar rambat dan lumut.

Ia melihat pria tinggi berambut hitam tadi tengah memasukkan pistol yang baru saja ia gunakan. Pria itu bangkit dan melihat bahwa jasad saudaranya ada di arah pistol pria tadi.

Saat itu juga pria itu tahu kalau pria tinggi berambut hitam itu lah yang telah membunuh saudaranya.

Ia berniat membalaskan dendamnya dengan melampiaskan pada perempuan yang pria tinggi berambut hitam itu cium keningnya tadi. Namun lagi-lagi, melakukan hal itu sama saja dengan bunuh diri karena warga sekitar situ sangat kuat hubungannya dan sangat sensitif. Disulut sedikit saja meledakknya bisa berhari-hari.

Trilogi Sabuk Orion #1 - AlnitakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang