Prolog

1.2K 123 1
                                    


Tit.. tit... tit...

Suara mesin penunjuk detak jantung bergema di ruangan persegi dengan cat bewarna cream di dinding dan putih di langit-langitnya. Seiring bunyi yang terus bersuara, tampak pula garis lurus yang sesekali naik turun membentuk pola seperti sandi rumput.

Disampingnya, mesin-mesin lain tampak berdiri menemani dengan beberapa selang yang menjalar darinya. Semua mesin tadi bekerja mengeluarkan berbagai macam cairan yang dibutuhkan bagi si penerima ujung selang.

Ujung-ujung selang tersebut bermuara pada urat-urat nadi seorang wanita yang terkulai lemas di atas sebuah ranjang berseprei putih. Diwajahnya sudah terpasang alat-alat bantu pernafasan. Tidak hanya selang yang dipasang di hidung, juga semacam pipa yang dimasukkan melalui mulut.

Seluruh tubuhnya dipenuhi dengan perban. Terutama salah satu ujung kakinya yang sedikit diangkat menggunakan alat bantu. Menandakan bahwa tulang kaki wanita tersebut mengalami masalah serius.

Dapat dilihat di bagian tubuhnya yang tidak tertutupi perban, kulitnya mulai memucat. Rambutnya sudah mulai kusut akibat tidak di rawat selama beberapa bulan.

Ruangan tempat ia berada sekarang bukan ruang inap biasa. Melainkan ruang inap khusus pasien yang mengalami kondisi gawat darurat. Seperti yang sudah dibilang, hal itu bisa dilihat dari mesin-mesinnya yang tak biasa. Seolah wanita itu bergantung hidupnya pada mesin-mesin tadi.

Tak lama, dari arah pintu, masuklah seorang pria berambut hitam dengan mata green forest membawa setumpuk dokumen. Jas putih panjang, kacamata, dan satu set pakaian formal berupa kemeja dan celana panjang kain melengkapi penampilannya sebagai seorang dokter muda.

Dokter tersebut melangkahkan kaki jenjangnya ke arah sofa panjang bewarna coklat kayu di samping ranjang dimana wanita tersebut terbaring. Meletakkan dokumen yang ia bawa di atas meja dekat sofa tersebut.

Dibukanya sebuah tas backpack yang bertengger indah di atas sofa yang diyakini adalah milik si wanita. Ketika hendak memasukkan beberapa dokumen tadi ke dalam tas si wanita, ia menemukan sesuatu yang menarik perhatiannya.

Jelas terbaca nama depan si wanita di buku harian tersebut. Ya, sesuatu itu adalah buku harian. Dokter itu pun lantas mengambil sebuah kursi kayu dan duduk persis di sebelah wanita itu.

Dipegangnya tangan mungil si wanita sambil sesekali ibu jarinya mengelus pelan. Bibirnya tersenyum sedih dan miris melihat kondisi wanita yang tengah tertidur lelap dihadapannya.

"Bangunlah sayang... aku menunggumu--", ujarnya dengan nada bergetar hampir menangis.

Karena rasa penasaran yang besar, dibukalah buku harian tadi dan dibacanya rentetan kata-kata yang tersusun rapi di halaman pertama.

--[Name]"

------------------------------

Alnitak

TBC

Trilogi Sabuk Orion #1 - AlnitakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang