"June, lu pulang aja. Gua mau maen" setelah sampai di depan rumah, Rose mendorong June, menyuruhnya untuk masuk. June hanya dapat terbengong
"tapi rose, kita nggak boleh jauh-jauh" jawab June, mengingatkan tentang kontrak antar keduanya
"apa sih? Gua cuma maen ke rumah sebelah" jari Rose menunjuk ke rumah sebelah, yang June tahu rumah itu sudah lumayan lama tidak ditempati. Hanya sesekali ada seorang wanita paruh baya yang datang bersih-bersih kemudian kembali pergi.
"oiya, jangan lupa jadi landak. Nanti ortu gua pulang, sehari doang sih tapi takutnya ketauan lagi. Dah!" Rose pergi meninggalkann June yang masih menyisakan pertanyaan di otaknya. Tanpa beranjak dari tempat, June memperhatikan Rose yang tersenyum dan mulai mengetuk pintu dengan brutal.
"Jae! Jaehyun! Buka pintunyaa"
Seorang cowok tampan membukakan pintu dengan senyum. Menurut June cowok itu memang tampan tapi dia lebih tampan, cowok itu memiliki senyuman playboy. Masih June perhatikan, belum June sleding.
Rose membalikkan kepalanya ke arah June, kemudian menyuruh June masuk dengan isyarat tangannya. Hati June melecos, astaga, dia bukan ayam! Cowok yang disebut-sebut Rose sebagai Jaehyun memperhatikan June dari atas hingga bawah, seperti mencoba memberikan penilaian. Lalu secara lancang tangan Jaehyun merangkul pundak Rose dan membawanya masuk. Rasanya kaki June gatal, harusnya June sleding dari tadi.
June buru-buru naik ke atas, masuk ke kamar Rose. Siapa tahu dia bisa mengawasi mereka dari sana, sayangnya Rose dan Jaehyun masuk ke sebuah ruangan yang berhadapan dengan kamar Chanyeol bukan kamar Rose. Kamar Chanyeol pun di kunci dan tak bisa dimasuki. Yah, kebetulan memang tidak selalu terjadi, hidup June bukan di novel teenlit.
Yang dapat June saksikan dari jendela kamar Rose hanyalah kepala Rose yang terbentur ke sebuah bantal empuk. Rose menutup matanya dan tersenyum dengan sangat manis. Sial! June tak kuat melihat Rose tersenyum seperti itu kepada orang lain. Gorden berwarna pink di jendela kamar Rose segera dia tutup dengan keras.
***
Seven Servanms
June: bro gua galau 😥😥😥
Chanu: bagus deh
June: anjing
Hanbin: ape lu ngata-ngatain?!
Bobby: masalah rose nih
June: yaampun bob cuman lu yg ngerti gua
June: terharu 😢😢😢Bobby: lu pasti diusir kan? Gara-gara ngabisin makan
June: ash! Taik semua!
***
Rose kembali ke rumah setelah mendengar suara orang tuanya, ah, sudah lama dia tidak bertemu mereka. Senyuman masih mengembang di bibirnya, mengabaikan fakta bahwa esok hari orang tuanya akan kembali ke Australia. Biarlah, bertemu sebentar saja sudah membuatnya bahagia apalagi setelah bertemu juga dengan Jaehyun.
June mengintip saja dari kamar, Rose dan orang tuanya berpelukan melepas kerinduan yang sebelumnya tak sempat dicurahkan disaat acara pernikahan. Tak mungkin June keluar dari kamar Rose begitu saja. Bisa-bisa dia disuruh bertanggung jawab, ah sebenarnya June mau saja tapi Rose tak akan mau.
"Rosie, maaf tapi kami harus kembali malam ini. Papi dapat panggilan bahwa klien meminta segera bertemu" kata-kata itu diucapkan oleh Ayah Rose setelah makan malam, dia sangat rindu kepada putrinya tetapi dia juga tak bisa meninggalkan pekerjaannya begitu saja. Ada banyak orang yang hidupnya bergantung padanya.
Rose memaksakan senyum, "ah baiklah, setidaknya aku sudah mencicipi makanan buatan mommy"
Setelah makan malam selesai orang tua Rose harus segera berangkat ke bandara, sebelum tertinggal pesawat yang sudah di pesan. Rose tak ingin pergi menghantarkan kedua orang tuanya, akan lebih sedih bila dia menyaksikan mereka pergi seperti itu.
June akhirnya turun ke bawah, menghampiri Rose yang termenung.
"Jun, lu tidur duluan aja ya.? Gua mau ke Jaehyun" Rose mengucapkan hal tersebut dengan halus, tetapi rasanya hati June tercabik-cabik singa yang kelaparan.
June hanya bisa menurut, tak apa lah, biarkan Rose bersama orang lain dulu. Sejak putus dari Taeyong, Rose seperti kehilangan banyak hal. Ada kalanya dia termenung, ada kalanya dia berusaha tertawa sangat keras saat menyaksikan acara komedi, mungkin Rose ingin menunjukkan bahwa dia baik-baik saja. Yah, walaupun belakangan ini Rose sudah mulai terlihat baik-baik saja, kecuali beberapa hari mendekati pernikahan kakaknya.
Walaupun dengan jelas Rose mengatakan tak apa untuknya tidur lebih dulu, June malah tidak dapat tidur sama sekali. Dia mengintip dari kamar Rose yang gelap, memperhatikan lampu rumah sebelah yang masih begitu terang. Setelah hampir 1 jam mengintai akhirnya beberapa lampu di rumah itu mulai dimatikan, dilihatnya Rose yang tersenyum dari telinga ke telinga melangkah pulang. June segera berpura-pura tidur di kasur empuk rose.
Beberapa saat kemudian June mendengar pintu kamar yang terbuka. Dirasakannya cahaya lampu yang terang menembus kelopak matanya yang tertutup, memberikan efek merah dalam pejaman. Rose mendekat, June tahu itu dengan pasti. Gadis itu menyelimutinya kemudian—
cup. mencium ujung bibir June singkat.
TBC
Halo gaes, akhirnya aku sempet nyelesain part ini di sebuah malam dengan hujan deras, yah daripada kebanyakan pikiran mending aku nulis. Sebenernya aku pengen cepet nyelesain cerita ini tapi terlalu banyak kegiatan yang sebenernya nggak bisa disebut kegiatan yang bermanfaat. Mungkin 3-4 part lagi cerita ini bakalan tamat huehue. Beberapa part terakhir memang sedikit mellow, jadi buat kalian yang mencari komedi mungkin parts ini nggak terlalu ngena.
Jadi, bagainana kalau aku buat cerita ini sad ending?
