"emm.. Roje?" June akhirnya bersuara setelah mereka keluar dari club
"apaan sih?" jawab Rose sebal, dia sedang tak ingin banyak bicara
"tangan gue" June menunjuk tangan kanannya yang daritadi masih ditarik oleh Rose, seakan-akan dia anak kecil yang harus selalu dijaga agar tidak hilang
"ah.. Emm.. Maaf" Rose akhirnya melepaskan genggaman tangannya dari pergelangan tangan June, Jisoo dan Jennie tertawa kecil di belakang mereka, Rose salah tingkah, begitu juga june. Mereka bersyukur bahwa Rose tak seperti orang yang telah dicampakkan oleh kekasihnya.
Rose memasukkan mobilnya ke garasi, diperjalanan pulang dia tak bisa fokus menyetir karena memikirkan hal yang tadi terjadi di club, termasuk pada bagian ciuman panasnya dengan June. Sedangkan June terus saja diam dan memandang ke luar, memikirkan hal yang sama.
"turun" kata Rose ke June yang masih terdiam
"ahh.. Iya"
June keluar dari mobil dan mengikuti Rose dari belakang, suasana diantara mereka berdua begitu canggung. Setelah sampai di depan pintu June merubah wujudnya menjadi landak.
"eh kenapa berubah?" tanya Rose, sebenarnya Rose tak terlalu peduli, tapi dia mencoba menghilangkan kecanggungan
"ntar ketauan abang lo lagi"
"ohh" karena jawaban June begitu to the point membuat Rose tak bisa melanjutkan percakapan lebih jauh lagi
***
Malam itu June masih terjaga, seperti biasanya dia hanya menutup matanya. Tidur di bawah bukan masalah untuk June, memang saat ini June tak bisa tidur meskipun menutup matanya lama.
Hari sudah hampir berganti. Suara isakan pelan terdengar, suara Rose? Tapi bukankah Rose langsung tidur begitu masuk ke kamarnya? Rose bahkan tak mengganti pakaiannya.
June menoleh pelan, mencoba mengintip Rose yang ada di ranjang. Cewek itu berbaring membelakangi June, tubuhnya terlihat bergetar. Ah, tentu saja dia menangis. Dia manusia biasa, dia menangis bila disakiti.
June bangkit dari tidurnya, entah kenapa dia merasa tak nyaman melihat Rose seperti ini. Terlihat begitu rentan, tak seperti Rose yang biasanya, yang terlihat kuat.
Dengan hati-hati June naik ke ranjang, membaringkan tubuhnya ke arah Rose yang masih terisak. Dielusnya pelan rambut Rose, mencoba menenangkan agar gadis itu dapat tidur kembali dengan nyenyak.
Beberapa menit kemudian Rose mulai tenang, isak tangisnya semakin pelan dan nafasnya berangsur-angsur teratur.
"flowers grow back even after they are stepped on" ujar June perlahan sambil tetap mengelus rambut Rose, "and so will you".
Setelah mengatakan hal itu June turun dari ranjang dan berbaring di tempatnya tidur kemudian memejamkan mata. Bahaya jika dia tetap membuka matanya dan melihat Rose tidur di ranjang tanpa benteng pertahanan, kecuali pakaian dan selimut tebalnya. Karena sedari tadi June masih memikirkan bibir merah muda gadis itu.
***
"nihh" Rose melemparkan kunci mobilnya pada June dan ditangkap dengan sempurna
"ini buat apa?" tanya June, dia tak tahu mengapa Rose menyerahkan kunci mobil padanya.
"lo yang nyetir" jawab Rose kemudian mendahului, untung saja Chanyeol sudah berangkat pagi sekali karena harus pergi ke luar kota lagi
"Rose? Gue.. Nggak bisa" June memandang kunci yang ada di tangannya
"hah? Lo gabisa nyetir beneran?" Rose begitu terkejut, dia tak mengira June yang muka sangarnya menyaingi pemeran anak langit yang suka balapan ternyata tak bisa menyetir.
"gue bisanya pura-pura nyetir pas lampu merah" June kembali kehilangan sisi kerennya
"naik motor bisa?" tanya Rose, dia benar-benar tak ingin menyetir saat ini, tak apa meminjam motor Chanyeol sebentar, lagipula kakaknya tak akan ada di rumah selama 3 hari ke depan
"Gue naik sepeda aja nggak bisa hehehe"
"terus lo selama ini hidup ngapain aja?"
"nafas, makan, tidur sama boker" jawab June
Rose begitu sebal, dia tak ingin melanjutkan percakapan tidak berguna dengan June. Kaki jenjangnya kembali membawanya masuk ke dalam rumah, biarlah dia tak menghadiri kelas hari ini lagipula dia tak ingin bertemu dengan Taeyong.
Sudah 1 jam berlalu, ternyata menghabiskan waktu dengan June begitu buruk. Si landak sialan itu bersantai-santai di ruang tengah sambil menonton televisi.
"Rose! Ambilin minum dong" teriak June
"ambil sendiri" jawab Rose, enak saja pemilik rumah dijadikan babu
"tau nggak rose? Kemaren di club ada cewek yang ny—"
"iya-iya bentar" Rose segera menghentikan perkataan June, baru saja mulai lupa sudah diingatkan lagi. Landak sialan!
Segelas air putih dihidangkan Rose kepada June yang asik tiduran di sofa sambil memegang remote, dasar siluman, dia menganggap rumah Rose sebagai rumahnya sendiri.
"lah kok air putih sihh?"
"oiya Jun, semalem lo bangun nggak?" tanya Rose, tak mengindahkan protes June karena hanya diberi segelas air putih
"emang kenapa?" tanya June balik, berlagak sok tak tahu
"semalem gue denger suara"
"ohh gue—"
Ting Nong
Bel rumah Rose berbunyi.
TBC
