02. Khawatir

4K 458 21
                                    

Pagi ini cuaca kembali bersinar cerah, walaupun dinginnya salju malam hari tadi masih sedikit terasa.

Yoongi-pria yang baru saja bangun tidur itu berjalan pelan ke arah meja makan dan melihat Jin tengah memanaskan kimchi yang sudah pasti pemberiaan Heeyun tadi malam.

"Kau sudah bangun?" tanya Jin kepada Yoongi yang tengah membuka pintu kulkas.

"Kalau kau melihatku disini, seharusnya kau tidak usah bertanya lagi" ujar Yoongi datar dan Jin hanya menggelengkan kepalanya.

"Kau, bukannya sudah keterlaluan?" tanya Jin langsung.

Yoongi menaikan alisnya, tak mengerti pembicaraan Jin.

"Aku sudah di ceritakan oleh Jimin. Kau memang benar-benar ya.. Apa kau tak merasa prihatin dengan Heeyun?" ujar Jin langsung.

Yoongi memutar matanya malas. "Apa gunanya kekasih jika tidak bisa di mintakan tolong?"

Jin menggeleng. "Tapi dimataku, ralat,  di mata semua member, Heeyun bagaikan pembantumu, Yoongi-ah. Sikapmu padanya tidak menunjukan sedikitpun jika Heeyun itu kekasihmu"

Yoongi terdiam. "Apa urusannya denganmu?"

"Memang tidak ada, Yoongi. Tapi aku hanya ingin memberikanmu sedikit akal sehat. Maksudku, tiap-tiap jam kau bisa saja membuat lagu, memikirkan lagu, tapi apa kau pernah menggunakan kejeniusanmu itu untuk sedikit mengerti perasaan kekasihmu?"

Yoongi terdiam seketika.

Jin tersenyum lalu melanjutkan, "Di dunia ini, kita tidak pernah tau batasan kesabaran seseorang. Jadi, jika kau memang betul-betul mencintai Heeyun, ubahlah sikapmu. Ingat, dia kekasihmu, bukan pembantumu."

Jin berjalan mendekati Yoongi, menepuk pundak pria itu dua kali, "Jangan tunggu kesabarannya habis baru kau paham arti mencintai yang sesungguhnya, Min Yoongi"

Dan lagi, Yoongi hanya bisa terdiam, menatap punggung Jin yang mulai membelakanginya dan menjauh.

"Hyung! hyung!"

Suara nyaring Jungkook membuat Yoongi menghela nafas dan menoleh menatap ke arah Jungkook yang berlari kecil ke arahnya sambil membawa ponsel milik Yoongi.

"Ponselmu berbunyi sedari tadi, dan saat ku lihat Heeyun noona yang menelfonmu" ujar pria bergigi kelinci itu saat tiba di hadapan Yoongi.

Yoongi hanya bisa mendelik lalu mengambil ponselnya. Di sana tertera nama Heeyun yang memanggilnya. Yoongi lantas kembali menghubungi Heeyun dengan ponselnya.

Belum sampai lima detik, panggilan itu sudah tersambung.

"Hal--"

"Kau pacarnya Heeyun ya?"

Yoongi mengeryitkan dahinya heran saat mendengar suara gadis lain, yang jelas bukan suara Heeyun.

"Kau siapa?"

"Aku Kim Ahra, tetangga apartmennya Heeyun. Tadi malam Heeyun pingsan di dekat halte dan sekarang dia ada di rumah sakit"

Yoongi membelalak. "Kirimkan alamat rumah sakitnya"

"Baik--"

Tut.

Yoongi langsung mematikan ponselnya. Pria itu bergegas ke kamarnya lagi untuk mandi.

"Yoongi hyung kau mau kemana?  Kok buru-buru?" tanya Jimin yang tengah asik bermain game di ruang tengah.

Yoongi hanya melirik sekilas dan melanjutkan langkahnya ke kamarnya. Satu hal yang mungkin bisa di rasakan Yoongi saat ini adalah,

Khawatir.

¤¤¤¤

Gadis itu baru saja membuka matanya. Pandangan gadis itu langsung menjelajahi ruangan yang kini ia tempati. Ruangan dan harum bau ini bukan ciri khas kamarnya.

"Ah! Heeyun!  Kau sudah sadar?"

Suara gadis yang tak asing di telinga Heeyun,membuat gadis itu menoleh dan melihat Kim Ahra, tetangganya yang tadi malam gadis itu lihat.

"Aku kenapa bisa di sini?" tanya Heeyun heran, hingga pandangannya tertuju ke punggung tangannya yang terdapat jarum infus.

"Kau kelelahan kata dokter. Tubuhmu tidak ada isinya. Kau belum makan malam dan kau berjalan di malam hari saat cuaca bersalju. Bagaimana bisa tubuhmu kuat dengan hal itu?"

Heeyun hanya bisa tersenyum kecut.

"Kau pingsan di dekat halte. Beruntung aku yang menemukanmu, bagaimana jika orang jahat?" lanjut Ahra.

Heeyun lagi-lagi hanya bisa tersenyum kecut. "Terimakasih Ah--Yoongi?"

Senyuman Heeyun berubah menjadi kejutan ketika melihat pria berhoodie hitam dan masker hitam berdiri di ambang pintu.

"Oh iya, aku tadi juga menelfon kekasihmu, Heeyun. Karna dia sudah datang, aku tinggal ya?" Ahra tersenyum manis lalu berjalan keluar kamar tak lupa membungkuk ke arah Yoongi yang tidak di balas oleh Yoongi.

Ahra hanya menatap heran lalu memilih keluar kamar. Meninggalkan Heeyun yang bisa tersenyum pucat ke arah Yoongi yang sedang menatapnya tajam sekarang.

Yoongi berjalan mendekat lalu membuka maskernya,menampilkan wajahnya yang datar. Tidak ada raut kepanikan sama sekali.

"Kau sudah seperti mayat" desis Yoongi tajam sambil duduk di kursi samping brankar Heeyun.

Heeyun hanya bisa tersenyum. "Ah, aku tidak apa-apa kok. Hanya kelelah--"

"Aku tidak tuli, Heeyun. Aku mendengarkan semua yang gadis bernama Ahra tadi katakan"

Heeyun terdiam.

"Kenapa kau justru lebih mementingkan diriku dibandingkan dirimu sendiri, huh?" tanya Yoongi tajam.

Heeyun menunduk. "Karna aku sayang padamu. Lagi pula, aku tau kau kelelahan seharian syuting, maka aku lebih memprioritaskanmu"

Yoongi menatap datar Heeyun. "Tidak usah menunduk,aku bukan setan"

Heeyun langsung mendongak setelah mendengar perkataan Yoongi. Gadis itu benar-benar takut mendapat amukan Yoongi.

"Lain kali jangan begitu lagi. Aku--" Yoongi menggantungkan kalimatnya, membuat Heeyun menatapnya heran.

"Kau kenapa?" tanya Heeyun.

Yoongi terdiam beberapa saat sebelum menatap Heeyun yang tengah menaikan alisnya, menunggu jawaban Yoongi.

"Aku khawatir, bodoh" balas Yoongi datar sambil memalingkan wajahnya.

Senyum Heeyun sontak mengembang mendengar perkataan Yoongi. Heeyun bisa di bilang langsung sembuh mendengar seorang Yoongi berkata demikian.

"Apakah aku harus sakit setiap hari agar kau bisa khawatir dan peduli padaku, Yoongi?" - Heeyun.

•••

Vote? Comment?

Thank You :)

ᴄʜᴀɴᴄᴇ ; Min YoongiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang