13. A girl?

3.1K 333 12
                                    

Matahari sudah kembali menunjukan wajahnya. Sinarnya sudah kembali menyinari alam semesta, membuat sepasang mata yang tadi terpejam mulai terbuka.

Heeyun terbangun dan melihat dirinya masih berbaring di rumah sakit dengan selang infus yang melekat di tangannya. Gadis itu mendongak dan melihat jam dinding yang sudah menunjukan pukul tujuh pagi.

"Sudah bangun?" ujar seorang gadis yang baru saja keluar dari toilet. Heeyun menoleh dan melihat Ahra.

Gadis itu mengangguk. "Aku boleh pulang sekarang kan?"

"Hm, tapi beristirahatlah dulu. Tidak bosan keluar masuk rumah sakit?" ujar Ahra sambil merapikan rambutnya.

Heeyun mengangguk. "Terima kasih banyak untuk semuanya, Ahra-ah"

"Aku melakukannya dengan iklas, kau tenang saja" jawab Ahra seadanya sambil membongkar tas nya untuk mencari bedak dan lipstiknya.

"Aku akan mengantarkanmu ke apartmen, lalu aku langsung ke Cafe, nanti di marahi oleh Tuan Park. Kau istirahat saja" ujar Ahra sambil mengoles bedak ke pipinya.

"Tidak usah, merepotkan. Kau lebih baik langsung ke Cafe saja" tolak Heeyun.

"Akan lebih merepotkan kalau kau pingsan di tengah jalan, lalu di bawa menghilang oleh orang jahat" jawab Ahra.

Heeyun berdecak sebal namun tersenyum juga. Dalam hati gadis itu bersyukur mempunyai sahabat seperti Ahra.

"Kau melakukan ini karna kasihan padaku ya?"

Pertanyaan Heeyun sontak membuat Ahra berhenti mengoleskan bedaknya. Gadis itu menoleh dan menatap Heeyun, meminta penjelasan.

Seakan tau arti tatapan Ahra, Heeyun terkekeh. "Maksudku, karna aku yatim piatu, makanya kau berniat menolongku. Benar begitu?"

Ahra mendesah pelan. "Ani. Aku membantu mu tulus, itu karna aku juga merasakan di posisimu. Meski aku bukan yatim piatu, tapi tetap saja. Melihat wajah ayah dan ibuku hanya lima tahun sekali"

Kedua orang tua Ahra memang tinggal di Amerika. Ayah dan Ibu nya seorang pekerja keras. Waktu itu Ahra sempat di bawa ke Amerika, namun teman sekolah dasarnya selalu membulinya. Di karenakan mata sipitnya. Itu lah sebabnya Ahra memilih tinggal bersama abangnya di Seoul.

"Rasanya aku seperti tidak punya orang tua saja" ujar Ahra lagi.

Keduanya terdiam cukup lama, hingga Heeyun berdehem.

"Maaf mengungkit itu"

Ahra mengulas senyumnya. "Tak apa. Anggap saja kita sama. Sama-sama kekurangan kasih sayang orang tua"

Heeyun mengangguk. "Ne. Sudah, ganti topik saja, jadi sedih begini"

Ahra tersenyum. "Aku sudah terlalu kebal, terlalu sering di tinggal. Aku merasakan duniaku lebih indah tanpa mereka. Entahlah, mungkin ini salah satu efek yang timbul akibat mereka sendiri"

Heeyun mengangguk membetulkan.

"Mungkin akan terasa tidak nyaman jika aku bersama mereka. Aku sudah nyaman dengan duniaku, begitupun mereka" lanjut Ahra.

"Jadi jangan salahkan aku, jika nanti aku tidak akan memperdulikan mereka lagi" tukas Ahra sambil terus tersenyum.

***

"Pagi Yoongi-ah, mau kemana?" tanya Jin ketika melihat pria berkulit putih yang sudah siap dengan hoodienya itu.

"Bertemu Suran" jawab Yoongi sambil meminum segelas susu yang baru saja Jin siapkan.

ᴄʜᴀɴᴄᴇ ; Min YoongiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang