10. Panggilan

3.1K 346 3
                                    

Ahra terdiam beberapa saat sembari Heeyun terus menceritakan masalah yang selalu saja gadis itu pendam. Heeyun seakan membuka semua masalahnya. Gadis itu menceritakan masalahnya sembari menyeka air matanya yang terus turun, mewakili rasa sakitnya.

Selesai menceritakan semuanya, baik Heeyun dan Ahra terdiam beberapa saat. Saling asik dengan pikirannya masing-masing, sebelum Ahra berdehem.

"Ku rasa kau harus mengakhiri hubunganmu dengannya"

Suara Ahra membuat Heeyun langsung menoleh dan terkejut. Gadis itu menggelengkan kepalanya. "Tidak akan, Ahra. Aku mencintainya"

"Kau mencintainya, tapi kau juga menderita dengannya. Bagaimana hubungan kalian berjalan lancar jika nyatanya ada rasa tidak nyaman yang selalu kau pendam? Dia memang artis terkenal, tapi tidak selayaknya dia memperlakukanmu bagaikan asistennya, Heeyun-ah"

"Dia memperlakukan itu pasti ada alasannya, Ahra-ah. Lagi pula, aku sudah terbiasa menerimanya. Aku akan tetap menjalani hubungan ini dengannya. Percayalah padaku, aku akan baik-baik saja"

Ahra hanya bisa menatap Heeyun dengan tatapan tak percaya. Mengapa sahabatnya ini suka sekali memperjuangkan orang yang selalu membuatnya menderita? Di saat ada orang yang mencintainya.

Ahra tau jika Jiwoon, kakaknya, mencintai Heeyun. Tapi Ahra tidak pernah membantu Jiwoon, karna Ahra yakin jika Heeyun bahagia dengan kekasihnya. Tapi ternyata Ahra salah. Heeyun bagaikan pembantu untuk Yoongi. Dan Ahra tidak suka kebaikan Heeyun hanya di permainkan.

Mungkin, jika Ahra tau lebih awal, Ahra akan lebih mendukung Heeyun dengan Jiwoon.

"Ahra-ah, berjanjilah padaku. Jaga rahasia ini baik-baik, termasuk dari Jiwoon. Aku menceritakannya padamu karna aku percaya padamu. Jangan sia-siakan kepercayaanku" ujar Heeyun tegas.

Ahra mengangguk. "Aku buatkan kau makan malam dulu, kau terlih--"

"Tidak usah, Ahra-ah. Aku sudah banyak membuatmu repot. Aku tidak lapar. Aku lelah dan ingin istirahat saja" tolak Heeyun.

"Kau punya maag akut, Heeyun-ah. Kau harus makan jika tidak mau sakit. Aku akan mem--"

"Pulanglah saja Ahra-ah. Aku serius kali ini, aku tidak lapar. Aku akan makan besok pagi saja, sebelum mencari pekerjaan baru" ujar Heeyun.

Ahra hanya bisa menghembuskan nafasnya pasrah. "Baiklah. Tapi, jika kau mau, aku akan mencoba berbicara lagi dengan Tuan Park. Aku akan membujuknya lagi, tapi kau harus janji, jangan banyak bolos"

Heeyun tersenyum pahit. "Itu saja jika memang Tuan Park masih memaafkanku, dan mau menerimaku lagi. Bagaimana jika tidak?"

"Jangan pesimis sebelum mencoba. Aku akan membujuknya, kau tenang saja. Aku jamin bujukanku akan berhasil" ujar Ahra percaya diri.

Heeyun terkekeh. "Baiklah, Ahra yang pandai membujuk orang, aku percaya kepadamu. Terimakasih banyak atas bantuanmu ya"

Ahra ikut tersenyum. "Baiklah, Heeyun-ah. Aku pamit dulu ya. Jangan lupa istirahat. Besok pagi makan akan ku bawakan"

"Tid--"

"Tak ada penolakan. Akan ku bawakan. Sudah aku pamit dulu. Selamat Tinggal!"

Heeyun tersenyum manis sembari melihat Ahra yang mengambil tasnya lalu memakai sepatunya. Tak lupa Heeyun melambaikan tangan sebelum Ahra menutup pintu.

Selepas kepergian Ahra, Heeyun menghembuskan nafasnya. Setidaknya sedikit perasaanya sudah lega, di karenakan ada yang bisa menjadi sandarannya kali ini. Heeyun baru saja ingin bangkit berdiri, ketika perutnya berbunyi.

Sejujurnya, Heeyun belum ada makan dari tadi siang, di karenakan sibuk menjaga Yoongi. Heeyun hanya makan kimchi tadi pagi di rumah Ahra. Sekarang gadis itu menahan lapar.

"Kau harus bisa Heeyun, ini baru sehari. Kau harus kuat" gumam Heeyun menyemangati dirinya sendiri. Heeyun memilih menguatkan dirinya dan pergi ke kamarnya.

Sesampainya di kamarnya, Heeyun melihat banyak sekali foto yang di sebutkan oleh Ahra. Foto Yoongi dengan dirinya. Sangat manis, hingga Heeyun tersenyum sendiri melihatnya.

Heeyun merindukan Yoonginya yang dulu. Yang manis, perhatian, selalu menyempatkan waktu untuk dirinya. Bukan yang sekarang. Yang selalu menyuruhnya ke sana-sini, yang selalu mendiaminya, yang selalu sibuk hingga tidak ada kesempatan untuk bercengkrama.

Heeyun mendudukan dirinya di tepi ranjangnya. Tangan gadis itu terulur untuk mengambil salah satu bingkai foto di atas nakasnya. Hingga tanpa di sadari, Heeyun menangis kembali.

"Aku rindu denganmu, Yoongie. Entah walaupun tiap saat aku melihatmu, rasanya aku masih suka rindu. Aku rindu sikap lamamu" lirih Heeyun di sela tangisannya.

"Berubahlah menjadi yang dulu Yoongie, aku membutuhkan kepedulianmu. Aku menunggu kau berubah menjadi mencintai ku sepenuhnya lagi" lanjut gadis itu.

Isakan Heeyun terdengar untuk beberapa saat, sebelum mata gadis itu berkunang-kunang dan Heeyun jatuh pingsan.

****

"Yoongi-ah, dimana map yang ku berikan kepadamu? Di situ ada berkas penting yang terselip" ujar Jin saat Yoongi masuk ke dalam Bangtan Room.

Para member sedang beristirahat sembari menunggu makan malam dari Manager Sejin. Menjelang comeback, Bangtan jadi harus sering latihan hingga larut malam. Tujuannya hanya supaya dapat menampilkan yang terbaik untuk ARMY.

"Ada di dorm" jawab Yoongi.

Jin menghela nafasnya. "Astaga, bagaimana ini? Mana di map itu berkasku penting sekali, dan Bang PD-nim sudah menungguku untuk memberikan berkas itu padanya."

"Ya sudah, biar aku suruh He--"

"Tidak usah. Aku akan mengambilnya nanti, kau tidak perlu menyuruh kekasihmu untuk hal itu. Ini sudah malam,  Yoongi-ah" potong Jin.

"Jika berkas itu memang penting dan menyangkut Bangtan, lebih baik cepat di tuntaskan, lagi pula Heeyun tidak akan keberatan" ujar Yoongi.

"Hyung, Heeyun-noona itu kelihatannya lelah, kasihan dia. Jangan terus-menerus menyuruhnya. Kau bisa suruh yang lain" ujar Jimin tiba-tiba.

Yoongi memutar bola matanya malas. "Yang lain tidak bisa sejujur Heeyun. Bagaimana jika orang itu mencuri di dorm kita? Aku menyuruh Heeyun karna aku percaya padanya"

"Tapi kau harusnya tau batas, Yoongi-hyung. Ini sudah malam, bisa saja Heeyun-noona sudah tertidur juga. Kau tidak kasihan harus mengganggunya?" timpal Jungkook.

"Astaga kalian ini, mau dimarahi oleh Bang PD-nim? Lagi pula selama ini Heeyun tidak pernah mengeluh jika aku meminta tolong padanya, apa salah? Sudah, akan ku telfon saja"

Yoongi langsung keluar meninggalkan para member. Sedangkan yang lain hanya menatapnya dengan tatapan pasrah.

Di luar ruangan, Yoongi langsung menelfon Heeyun. Panggilannya tersambung, tapi Heeyun tak kunjung mengangkat panggilan Yoongi.

Yoongi berdecak kesal ketika Heeyun tak kunjung mengangkat telfonnya. Yoongi kembali menghubungi Heeyun, menunggu jawaban dari gadis itu.

Dan sudah hampir 10 menit Yoongi menelfon, Heeyun tak kunjung menjawab ponselnya. Yoongi kesal. Baru kali ini Heeyun mengabaikan telfon darinya.

"Awas saja kau Heeyun" lirih Yoongi.

****

Vote? Comment?

Mari belajar menghargai author:)

Thank You :3

ᴄʜᴀɴᴄᴇ ; Min YoongiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang