Gugup

318 27 0
                                    

Seminggu kemudian..

Veranda POV

"Ve ?! " panggil Keynal

Aku segera menghampiri Keynal yang berdiri disamping motornya.

"Aku tidak telatkan menjemputmu?"

"Iya. Awas saja kalau kau sampai telat lagi." marahku.

"Aku janji. Aku kan tidak mau terjadi apa-apa lagi dengan pacarku ini." Ucap Keynal sambil memasangkan helm kekepalaku.
"Ayo pergi."

Sampai didepan rumahku.

"Key, besok aku ada latihan piano lagi."

"Hah? Lagi.. Bukannya jadwalmu cuma 2kali seminggu." Heran Keynal.

"Aku ikut lomba piano bersama temanku yang lain, jadi mulai sekarang aku akan sering latihan." jelasku.

"Benarkah? Aku akan mendukungmu kalau begitu. Tapi, kan hari ini aku harus pergi kekota orang tuaku selama seminggu. Aku tidak bisa mengantarmu."

"Pergilah, aku kan bisa naik Taxi."

"Aku menghawatirkan mu, kau kan ceroboh. Haha"

"Yah ! Aku tidak ceroboh !"

Keynal masih terus tertawa.

"Sudahlah.. Awas yah kalau disana kau melirik perempuan lain !" Ucapku.

"Wah, disanakan memang banyak perempuan yang cantik-cantik ya.." balas Keynal.

"Awas saja, nanti mata mu ku colok !" marahku.

"hehe.. pacarku kalau marah kejam sekali. Aku mana mungkin melihat yang lain aku kan sangat menyukai pacarku yang galak ini.."

Keynal mendekat untuk menciumku.

"Aku pulang dulu ya, aku harus siap-siap pergi." ucapnya setelah menciumku.

"Maaf, tidak bisa mengantarmu."

"Tidak apa. Kau istirahat saja lagian aku kan dijemput sama supir Papah dirumah."

"Hati-hati !" teriakku setelah saat Keynal mulai pergi.

Aku bakal kesepian, tidak ada Keynal.

-

Aku masih memainkan piano, teman-teman latihanku semuanya sudah pulang. Lebih baik aku bermain saja dulu disini, Keynal kan tidak ada menjemputku. Aku nanti saja pulang.

Aku mulai memainkan lagu christina aguilera-Genie in a bottle. Perlahan aku pun menyanyi..

Oh...
I feel like I've been locked up tight
For a century of lonely nights
Waiting for someone
To release me

You're licking your lips and blowing kisses my way
But that dont mean I'm gonna give it away
Baby, baby, baby

Oh whoa...
My body's saying let's go
Oh whoa...
But my heart is saying no

If you wanna be with me, baby
There's a price you pay
I'm a genie in a bottle
You gotta rub me the right way
If you wanna be with me
I can make your wish come true You gotta make a big impression
I gotta like what you do..

*plook plook plook..

Aku berhenti melihat ke arah suara.

"Suaramu bagus.."

"Kamu?" kagetku.

"Kita memang berjodoh.. Namaku Ghada Farish." Ucap Farish memperkenalkan diri.

"Veranda.. Namaku Jessica Veranda." balas ku.

"Kau murid vokal disini juga?" Tanyanya mendekat.

"Hah? Tidak.. Aku cuma latihan piano disini."

"Benarkah? Suaramu bagus sekali, sayang kalau cuma bermain piano saja."

"Ah.. Aku tidak bisa bernyanyi." Tundukku malu.

"Aku masih bisa membedakan mana yang jelek dan bagus. Kau cuma tidak percaya diri saja." Ujar Farish.

Aku cuma terdiam, kenapa jadi gugup begini.

"Kaki mu sudah sembuh. Maaf hari itu aku tidak bertahan dulu dirumahmu."

"Tidak apa. Sudah sembuh kok. Lihat ni." kataku menggerak-gerakkan kakiku.

Farish tertawa.

"kenapa?"

"Kau lucu juga Ve.. Mau pulang bersama?" Tawar Farish.

"Apa tidak merepotkan?"

"Ya.. Tidak lah. Ayoo kita pulang bersama."

Farish menggandeng tangan Veranda menuju mobilnya diparkiran.
Veranda hanya bisa diam mengikutinya, mukanya memerah.

Di jalan Veranda cuma terus berdiam.

"Kenapa diam saja?" Tanya Farish.

"Aku bingung mau bicara apa.."

"Ceritakan saja tentang pacar mu.. Kau sudah punya pacarkan?"

"Hah, darimana kau tahu?" kagetku.

"Haha.. mana mungkin perempuan secantikmu masih sendiri."

Mukaku pasti merah sekali sekarang.

"Pacarmu tidak marahkan, kalau aku mengantarmu?" tanyanya lagi.

"tidak, Keynal mana mungkin marah. Dia sedang pergi kerumah orang tuanya selama seminggu ini."

"Oo.. Jadi namanya Keynal. Baguslah, jadi seminggu ini aku bisa merebutmukan.."

"haha.. Bisa saja." jawabku bercanda.

"Aku serius Veranda." Ucapnya seraya memberhentikkan mobil didepan rumahku.

Farish menatap ku, wajah nya semakin mendekat dan aku menutup mataku.

"Bulu matamu ada yang jatuh." ucapnya lagi sambil meniup bulu mataku yang baru saja diambilnya.

"Te.. Terima kasih." gugupku.
"Sudah sampai, aku turun dulu. Kau mau mampir?" tanyaku mengalihkan tatapannya.

"Tidak, aku harus pergi." jawabnya menatap kedepan.

"Baiklah, sekali lagi terima kasih telah mengantarku."

"Sama-sama. Besok aku akan menjemputmu, kau ada latihan lagi kan?"

"iya. Tapi.."

"Sampai ketemu besok Veranda. bye.."
Farish lalu pergi meninggalkan Veranda didepan rumahnya.

Veranda masih menatap arah perginya mobil Farish, dia memegang dadanya.

"Kenapa aku selalu deg-degan saat bersamanya?
Apa dia serius dengan yang dikatakannya tadi?
Sudahlah, lebih baik aku masuk saja dan menelpon Keynal."

.

.

.

.

TBC

Sakitnya Cinta (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang