untuk tuan (iii)

427 8 0
                                    

aku harus jujur, aku terengah engah karenamu, sayang. aku lelah berlari untuk mengejar dan meminta perhatianmu, kasih sayangmu, dan kehangatanmu lagi. sungguh jika aku boleh jujur aku lelah. 

aku menyedihkan, kondisiku terpuruk sekarang. aku tak bisa selamanya menjadi yang kuat tempat bersandar, ada kalanya aku terjatuh dan melata. merangkak untuk menyelesaikan hari, memaki jika harus bangun lagi disetiap pagi. dan disaat seperti ini, salahkah aku ingin engkau paham dan berada disampingku? menopangku agar tak lagi harus merangkak, berada disampingku agar aku tahu kemana bersandar. 

aku tak ingin pamrih, sayang. tapi ingatkah seberapa besar atensi dan pengorbanan ku disaat hari hari mu terpuruk? aku tak pernah pikir panjang karena aku sadar betul, kamu membutuhkanku kala itu. bahkan aku membuat hari-hari bersamamu menjadi hal yang menyenangkan. aku tak mengeluh. kini disaat aku membutuhkanmu teramat sangat, dimanakah dirimu sayang? 

aku sangat menyedihkan sekarang, tapi kuulang lagi aku tidak ingin mengasihani diri sendiri. dunia terlalu keras jika aku harus terus menerus menjadi lemah. tetapi tolonglah, beradalah untukku disat seperti ini. kufikir inilah mengapa kata 'kita' terjalin sedari awal, kan?

aku tak butuh solusi-solusi mu, aku tak butuh pemikiran rasional. ragaku lemah, hatiku lemah, jiwaku lemah. aku hanya ingin sesosok penopang disaat seperti ini. 

kumohon, mengertilah.

dari aku yang selalu ada,
Nona. 1 Maret 2018.


sebuah sampah rasa;Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang