"sudah, sudah." pikirku, "jangan sibuk tunjuk tangan pada orang lain, alihkan arahnya tujukan ke dirimu sendiri saja, itu jauh lebih baik."
malam itu, lagi. aku dan semua pikiran liarku berkecamuk membentuk imaji yang tampak nyata untukku malam itu. tidak bisa sepenuhnya menyalahkan diriku sendiri, mungkin itu adalah tumpukan dari segala emosi yang sengaja dinafikkan berlama-lama. jadilah sebuah gundukan berupa amarah liar entah jatuhnya pada siapa — terutama tertumpah padamu.
sekian lama aku berfikir, apa mungkin ini semua hanya ilusi ku saja? tak seharusnya aku berfikir demikian? atau dunia mencoba mengelabuiku dan aku harus mengangguk tanda ikut?
entahlah
malam ini pekat, mari bermimpi saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
sebuah sampah rasa;
שיריםkadang manusia tak sanggup menahan seluruh rasanya sendirian, kadang harus ia muntahkan sebelum akhirnya meracuni, dan kadang, tak semuanya indah; hanya rangkaian kata dikala gundah.