teruntuk kamu,
setiap pagi hatiku kelabu, berfikir apa kamu akan menyayangiku hari ini? aku tidak meromantisir, tetapi kamu memang selalu menjadi topik utama saat aku bangun di pagi hari. kesehatan kamu, keadaanmu, seakan aku merasa bertanggung jawab untuk bisa membantumu dikala susah.
setiap pagi ternyata kamu pun bangun dengan kelabu, 'apakah aku akan bertahan hingga esok hari?'. kamu tidak mendramatisir, tetapi semenjak hari itu kamu selalu berfikir apakah kamu akan bertahan hingga esok, seminggu lagi, setahun lagi, atau sampai kapan?
kita berdua sama sama mencari cari.
teruntuk kamu yang selalu kelabu hatinya di pagi dan malam hari,
kuharap ini cukup untuk membuatmu tenang.bahwa aku akan selalu berusaha untuk bisa membuat separuh bebanmu terangkat, paling tidak untuk saat ini. walaupun kamu tahu pasti, terkoyak pula hati dan perasaanku saat berusaha menjaga hatimu; tidak masalah. teruntuk kamu, hari esok memang bukan punya kita. sebuah misteri yang seharusnya dengan bahagia kita nanti-nanti. boleh jadi aku esok akan bekerja paruh waktu di negeri alengka, boleh jadi kamu menjadi presiden dunia. tidak ada yang tahu. biarkan misteri bekerja sebagaimana seharusnya, membuatmu penasaran. berlapanglah sayang, hiduplah untuk hari ini. semua akan baik-baik saja. aku tahu tidak akan sesederhana 'jangan pikirkan', tapi kuharap dengan menjaga bahagiamu akan membuat semuanya sedikit lebih baik.
dan aku, aku tidak akan lagi berusaha berharap banyak dan memintamu melakukan ini-itu. aku hanya akan duduk manis disebelah kamu yang sedang tidur siang, menanti secangkir kopi pahit super panas yang sudah aku pesan. agar aku tahu bagaimana rasa kehidupan, iya kan?
tertanda,
nona.

KAMU SEDANG MEMBACA
sebuah sampah rasa;
Poetrykadang manusia tak sanggup menahan seluruh rasanya sendirian, kadang harus ia muntahkan sebelum akhirnya meracuni, dan kadang, tak semuanya indah; hanya rangkaian kata dikala gundah.