Bab 20 (b)

2.8K 98 12
                                    

"Nih ya, aku ajarin teknik dasarnya dulu. Kita mulai dengan teknik dribbling, tau?"

Ody menggelengkan kepalanya, "gak tau."

"Sudah kuduga, teknik dribbling itu seperti yang biasa kamu lkukan, yaitu memantulkan bola dengan satu telapak tangan. Terus telapak tangan kamu harus terbuka seperti ini," Evan menuntun tangan Ody untuk melakukan teknik yang diterangkannya.

"Ngerti kan?"

"Ya," Ody mulai mengerti.

"Next, langsung aja teknik shooting." ucap Evan.

"Teknik shooting itu apa?" tanya Ody serius. Dia memang benar-benar tidak tau seluk beluk ataupun teknik bermain basket.

Evan menggelengkan kepalanya, pacarnya itu sungguh tidak tau apa-apa. Dia seperti sedang membelajari seorang anak SMP, namun dalam hatinya dia sangat senang karena dengan begini dia bisa lebih dekat dengan pacar paksaannya itu.

"Uh pacarku kebangetan," ucapnya gemas lalu mengecup pipi kanan Ody.

Perlakuannya membuat Ody tertegun, hari ini berkali-kali Evan telah mengguncang perasaannya, membuatnya malu hingga pipinya memerah dan tidak mampu berkata apa-apa lagi.

"Gemes deh, gini ya sayang. Teknik shoting itu tembakan langsung ke ring itu tuh yang di depan sana untuk mencetak poin. Nah, kita pakai teknik set shoot yang posisi berdiri diam ditempat." jelas Evan panjang lebar.

Mata Ody terfokus pada bola yang ada di hadapannya, kemudian mendongak menatap ring basket tak jauh di depannya, kira-kira berjarak dua meter.

"Langsung dilempar kan?" tanyanya menoleh sedikit kesamping ke wajah Evan yang juga sedang menatapnya sambil tersenyum.

Evan menggukkan kepalanya, tangannya sengaja dia rubah posisinya yang semula memegang tangan Ody beralih ke pinggang ramping milik Ody secara perlahan hingga Ody tidak sadar.

Bibirnya membentuk senyum jail yang biasa dia tunjukkan pada Ody, pertanda sebuah kejahilan akan terjadi. Dan benar saja, kedua tangannya semakin mengencang perlahan-lahan, jari-jarinya pun tertaut menekan dan memeluk perut Ody agar dapat lebih dekat dengannya.

Senyumnya semakin lebar ketika Ody tidak memberontak, gadis itu malah santai-santai saja. Sebelumnya kan dia heboh atau tidak marah padanya, mungkin pacarnya itu menikmatinya.

"Yang, satu kecupan lagi dong." pintanya manja layaknya seorang suami kepada istrinya.

Ody mengangguk.

Dengan senang hati dia memonyongkan bibirnya dengan mata yang terpejam, bibirnya mendekat beberapa senti.

"Yang, kok pipi kamu kasar banget? Tadi kan halus," ucap Evan heran ketika bibirnya menyentuh sesuatu yang dia kira pipinya Ody.

Keningnya semakin berkerut, kian heran karena sesuatu tersebut sangat datar dan keras.

Evan membuka matanya perlahan, seketika itu juga matanya melebar dan dia terjungkal ke belakang.

Ody tertawa sampai terpingkal-pingkal melihatnya, "Rasain! Makan tuh sendal! Wkwkwk atit perutku..."

Tangannya memegangi perutnya dan mengusap air matanya akibat tertawa berlebihan.

Tawanya semakin kencang ketika dari arah belakang Devian datang dan diam-diam membungkus kepala Evan dengan sebuah kantong plastik berwarna hitam, bertambah sudah kejahilan yang berbalik pada Evan yang malang.

Evan kelabakan, dia mencoba membuka kantong plastik itu yang masih ditahan Devian kuat-kuat. Tangan kanannya memukul-mukul lengan Devian agar dilepaskan.

DALOVA : Bestie Vs Posessive BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang