Bab 22 (b)

2.4K 90 18
                                    

Dalam ruangan yang dominan berwarna abu-abu itu dan suasana malam yang sunyi senyap karena memang tidak ada penghuni lain selain dirinya dan kedua saudaranya, Evan memandang langit malam ini yang terlihat mendung, seperti suasana hatinya.

Dibalik kaca, setetes air telah menetes dari dahan pohon rindang diatas. Sekelebat kejadian tadi siang masih berputar-putar di kepalanya seolah hanya itu memori yang dapat diingatnya. Melukai perasaannya, walau ini bukan yang pertama kalinya. Namun rasa sakit yang dia dapat masih sama sakitnya ketika awal hatinya tersakiti.

"Apa kamu juga merasakannya?" tanyanya pada hewan bercangkang keras didalam akuarium mini yang dipangkunya itu. Terlihat tidak masuk akal, memangnya hewan bisa bicara?

Terlalu terbawa perasaannya, sampai-sampai dia bertingkah seolah hewan itu bisa bicara. "Kapan dia akan sadar?" tanyanya lagi. Hanya suara air hujan yang telah turun yang menjawab pertanyaannya. Dia menghela nafasnya lelah.

Pemandangan itu tidak luput dari saudara kembarnya, Devian. Di ambang pintu dia dapat melihat dan merasakan betapa galaunya saudaranya itu. Memang, seseorang jika sedang dalam suasana yang mellow akan terlihat memprihatinkan.

Evan mendongak ketika dia merasakan seseorang menyentuh pelan pundaknya. Dihadapannya, Devian telah duduk seraya memandang wajahnya lekat-lekat. Namun yang dipandang lebih memilih mengamati kura-kura dipangkuannya. "Yang sabar bro, perjuangan itu emang berat. Jadi, kamu harus sabar." ucap Devian bermaksud memberi dorongan motivasi untuk Evan. "Tau apa kamu? Sok bijak," balas Evan sarkatik.

Mendengarnya membuat Devian menghambuskan nafas beratnya. "Sampai kapan kamu terus benci sama aku? Aku ini saudara kembar kamu."

"Saudara mana yang tega menghancurkan kebahagiaan kembarannya? Kalau bukan karena kamu, ini semua gak akan terjadi. Mungkin sekarang aku udah bahagia sama dia," ucap Evan yang penuh dengan kalimat yang menohok Devian.

"Lalu aku harus gimana? Apa aku perlu minta maaf setiap detik ke kamu? Aku rela melakukan apa aja buat nebus kesalahan aku. Bahkan kalo kamu ingin nyawa aku sekaligus, aku bakalan ikhlas El." Evan membuang muka. "Cih, kata-kata sok manis!" cibirnya.

Bahu Devian meluruh, wajahnya seketika murung. Tidak tau harus berkata apa, karena setiap kali mereka bersama, hanya berdua, Evan tidak pernah mau akur dengannya lagi. Membuatnya semakin merasa bersalah. Andai waktu bisa diulang kembali, dia ingin sekali memperbaiki semuanya. Namun, itu hanya hayalan yang tidak akan pernah bisa terjadi.

Devian beranjak hendak pergi ke ranjang tepat di sebelahnya ranjang yang ditempati oleh Evan, mereka memang tidur satu kamar. Dia sudah berbaring membelakangi Evan dan siap untuk memejamkan mata, namun lagi-lagi kata-kata sarkas dari saudara kembarnya itu kembali mengoloknya, membuat hatinya semakin hari semakin perih walau itu sudah biasa dia rasakan. "Perlu kamu camkan, Gracy hanya milik aku! Kamu gak berhak ngedeketin dia lagi. Dan satu lagi, gak usah sok akrab! Gak usah panggil aku dengan sebuatan 'El' menjijikan itu!"

Devian hanya bisa mendengarnya dalam diam tanpa berniat membalasnya, sudah cukup hubungannya rusak. Daripada semakin sakit hati dan sakit kepala, lebih baik dia tidur. Biarkan suara hujan malam ini yang menjadi lagu penghantar tidurnya. Oh, dan satu lagi, jangan lupakan ucapan Evan barusan. Itu juga lagu penghantar tidur rutin yang didapatkannya.

Terserah El, aku lelah. Ucapnya dalam batin sebelum dia benar-benar tidur dengan perasaan lelahnya, membiarkan Evan menggerutu atau bahkan menyumpah serapah tentangnya. Dia sudah biasa.

***
"Apa?" tanya Vani malas.

Malam ini ditengah hujan yang deras, Dani tiba-tiba datang ke rumahnya. Padahal ini sudah larut malam dan Vani sudah nyaman bergelung dibawah selimut tebalnya. Dia merasa terganggu sekali dengan kedatangan sahabatnya itu, namun dia tetap menyambutnya. Karena tidak mungkin Dani memaksakan diri datang tengah malam begini kalau tidak ada hal penting yang harus dibicarakan.

DALOVA : Bestie Vs Posessive BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang