"Dy, bisa ketemuan sebentar? Ada yang ingin aku bicarakan," ucap Lily pada Ody yang ada diseberang sana.
"Ok kak, dimana nih ketemunya?"
"Ke belakang sekolah aja."
"Siap! OTW kesana sekarang kak."
Lily mematikan sambungan teleponnya, memasukkan ponselnya kedalam saku, lalu beranjak menuju belakang sekolah.
Sudah berjam-jam dia memikirkan bagaimana seharusnya dia bertindak, apakah harus memaksa Ody? Atau menjelaskan semuanya dengan baik? Namun jika dipikir-pikir lagi, ini belum saatnya Ody mengetahui fakta yang sebenarnya. Bisa dibayangkan bagaimana reaksi gadis milik adiknya itu. Tidak, dia tidak mau semua rencana yang sudah disusun oleh adiknya, Evan, berantakan. Karena masih ada kesempatan memperbaiki kesalah pahaman Ody terhadap adiknya.
Sesampainya di belakang sekolah, Lily duduk di satu-satunya bangku yang ada di sana. Dirinya terdiam selama menunggu kedatangan Ody, matanya memandang kosong rumput teki yang ada disekitarnya. Pikirannya terus berkelana, bahkan untuk memikirkan hal yang lain saja tidak bisa, seolah-olah masalah adiknya lah yang terpenting dan butuh diselesaikan dengan cepat.
Sejenak dia ragu, mungkinkah dengan cara ini bisa membuat Ody mengerti? Lily menghela nafas beratnya, andai saja Evan tidak sebodoh itu. Mungkin sekarang Ody tidak akan menjauh darinya.
"Hai kak," sapa Ody yang baru saja datang lalu duduk disebelahnya Lily.
Lily menoleh dan tersenyum. "Hai juga Dy, kamu apa kabar Dy?" tanya Lily sekedar untuk basa-basi.
"Baik kok kak, kalo kakak?"
"Aku baik-baik saja kalau kamu..." Lily menggantungkan kalimatnya.
"Kenapa kak?" tanya Ody masih dengan nada cerianya. Mendengar nada bicara Ody yang terdengar ceria membuat Lily semakin ragu.
"Ah aku baik," ucapnya pada akhirnya. Ody mengangguk, setelahnya terjadi keheningan diantara mereka.
Lily mengamit tangan Ody sebelah kiri, matanya meneliti gelang yang masih mulus tanpa goresan itu.
Menjaga gelang ini saja kamu mampu, tapi kenapa kamu tidak bisa membuka hatimu barang sedikir saja untuk adikku yang sudah memberikan gelang ini? Batin Lily.
Ody hanya diam memperhatikan tingkah Lily, "Gelang ini bagus sekali dan cocok untukmu," komentar Lily. Ody tersenyum getir, sebenarnya dia ingin melepaskan gelang itu, tetapi karena dia sudah terlanjur sayang dengan gelang itu, jadilah dia memakainya saja.
"Darimana kamu mendapatkan gelang ini?" tanya Lily, yang tentu saja dia mengetahui siapa yang memberi, hanya untuk mengetes Ody saja.
"Dari seseorang," jawaban Ody membuatnya sedikit kesal, kenapa sih Ody tidak mau bilang yang sebenarnya? Kenapa harus disembunyikan? Ah, kalau saja Evan mengetahuinya, bisa dipastikan anak itu akan marah besar. Tubuhnya terasa panas, sisi lain dalam dirinya mendesak ingin menunjukkan jati dirinya. Membuatnya tidak bisa menahan keinginan untuk membentak gadis di depanmya ini.
"Kamu, seharusnya bisa menerima takdirmu! Asal kamu tau, seseorang diluar sana telah banyak berkorban hanya untuk mendapatkanmu!" Dan terjadilah, emosinya tiba-tiba meledak. Ody bukannya marah atau apa, gadis tersebut malah tertegun. Memangnya siapa yang dimaksud oleh Lily? Membuatnya bertanya dalam hati.
"Ap-apa maksud kakak?"
***
"Lo udah hubungin si kakel belum?" tanya Vani memastikan.
Disebelahnya, Dani memutar matanya jengah, sahabatnya itu sudah menanyakan hal tersebut berulang-ulang dan sudah dijawabnya dengan jawaban yang sama juga, namun Vani dengan sengaja bertanya lagi dan lagi membuat Dani sedikit jengah.
![](https://img.wattpad.com/cover/125618695-288-k846717.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
DALOVA : Bestie Vs Posessive Boy
Ficção Adolescente[BEBERAPA PART DIPRIVATE ACAK] Follow dulu sebelum membaca. "Aku tidak peduli, gelang itulah yang menjadi bukti. Sekarang dan selamanya kamu milikku!".-Evan "Yang bener aja, cuman karena gelang gue dipaksa jadi miliknya? Gak masuk akal!"-Ody "Dasar...