Weekend kali ini aku berniat diam di rumah, menghabiskan waktu untuk membantu mama dan tidurrr sepuasnya di kasur yang menjadi favoritku.
Seminggu ini aku jalani dengan kesialan yang merupakan ulah dari Devian. Gak satu minggu sih, tiga hari yang lalu. Pas istirahat pasti ketemu, kalo gak dikantin ya di rooftop. Sempat heran, kenapa dia suka sekali berdiam di rooftop? Padahak masih banyak tempat yang lebih menenangkan, di taman belakang sekolah misalnya. Disana malah rindang kalau menurutku, tapi aku akui di rooftop juga menenangkan, apalagi suasana sunyi dan angin sepoi-sepoi nya, uh aku sendiri suka kesana walau pun jarang.
Setelah sarapan tadi aku pergi ke teras, duduk nemenin papa. Biasalah, kalo pagi-pagi papa itu suka duduk-duduk di teras sambil baca koran dan ditemani secangkir kopi buatan mama.
Sebenernya hari ini Dani sama Vani ngajakin ke mall, tapi berhubung lagi males keluar ya aku gak ikut. Mereka biasanya kesal, tapi entah kali ini mereka biasa-biasa aja.
Oh iya, papa tadi bilang sama aku kalo aku harus menjauhi Evan. Papa terlihat tidak suka sama Evan, ya aku tau penyebabnya. Kalau misal aku jauhin Evan, dia bakalan nyebar foto itu. Tapi kalo nggak, berarti aku gak nurut sama papa dong. Jadi serba salah.
Ponselku terasa bergetar, aku membuka pesan singkat yang masuk. Pesan itu dari Evan. Si cecunguk mau apa lagi?
Ke taman sekarang. Aku tunggu 30 menit, gak boleh telat!
Seperti itulah pesan singkat, padat, dan menjengkelkan dari si cecunguk Evan Eldio Rust.
"Enak banget nyuruh-nyuruh orang, tinggal sms aja kek bos besar!" gerutuku.
Aku segera membalas pesan singkatnya. Setelahnya aku mencuci mukaku, malu juga ke taman tapi mukanya masih muka bantal, siapa tau ada belek masih tertinggal di mata.
Sebenernya males, pingin dirumah aja aku ini. Tapi aku takut juga, dan pada akhirnya aku harus menurut, jadilah aku pergi ke sana. Bodo amat, efek males ngapain aja sampai gak ganti baju. Yang penting gak bau-bau amat.
"Maaaa Ody keluar bentar yaaaaa, ada urusan." pamitku sedikit berteriak karena tidak tau mama ada dimana. Yang penting udah izin.
Terdengar sahutan mama dari dapur, oh mama lagi eksperimen buat kue kali.
Dua puluh lima menit, aku hanya membutuhkan waktu dua puluh lima menit untuk sampai di taman, aku kesana dengan menggunakan kapal, eh kali bersendal jepit tepatnya hehehehe...
Aku mulai mencari-cari letak keberadaan cecunguk satu itu, nah dia sedang duduk di bangku dekat danau rupanya. Kalau kalian bertanya kenapa aku bisa tau? Jawabannya adalah dari model rambutnya. Ya gak langka sih, tapi ya gak tau sih. Udah daripada bahas tentang model rambutnya si Evan, mending aku nyamperin tuh anak.
"Ada apa?" ucapku seraya duduk disampingnya.
Dia menoleh dengan wajah ditekuknya. Kelihatan lagi bete banget nih anak. Dia hanya menengok sebentar setelahnya membuang muka dan bersendekap. Kek anak kecil aja deh.
"Ada apa sihh??" kuulangi pertanyaanku karena aku sudah penasaran alias kepo. Gak mungkin kan dia nyuruh aku kesini cuman buat diem-dieman gini, kan gak menghargai tenaga aku gitu. Apalagi aku udah jarang lihat dia di sekolah, baru kali ini sih ketemu lagi.
"Jauhin Devian!" dia tiba-tiba berucap seperti itu dengan nada ketusnya.
Oalah, jadi gara-gara itu dia menekuk wajahnya. Emang kekanak-kanakan ya? Kek si Jemmy, persis seperti apa yang diceritakan Dani.
"Kenapa gue harus jauhin Devian? Kan dia saudaranya elo." mungkin dengan bertanya lebih lanjut aku bisa tau alasan dia jadi begini.
"Kamu itu pacar aku, milik aku seorang. Pokoknya kamu harus jauhin Devian! Titik, gak pake koma!!!"

KAMU SEDANG MEMBACA
DALOVA : Bestie Vs Posessive Boy
Ficțiune adolescenți[BEBERAPA PART DIPRIVATE ACAK] Follow dulu sebelum membaca. "Aku tidak peduli, gelang itulah yang menjadi bukti. Sekarang dan selamanya kamu milikku!".-Evan "Yang bener aja, cuman karena gelang gue dipaksa jadi miliknya? Gak masuk akal!"-Ody "Dasar...