Langit hitam temaram berkabut, bulan yang bersinar agak redup, dan angin semilir yang terasa menusuk kulit.
Vani dan Devian tengah duduk di lantai atas bangunan yang sudah tidak terpakai, mereka berdua diam menikmati waktu. Sebenarnya agak canggung juga dekat dengan mantan.
Tapi siapa yang sangka kalau ini bakalan terjadi? Selamanya Vani selalu berharap bisa menjauh dari Devian, karena jujur saja kenangan waktu itu masih tersimpan rapi dalam memorinya.
Devian melepas jaketnya lalu memakaikannya ke pundak Vani yang memeluk dirinya sendiri, terlihat kedinginan.
Vani terdiam dengan sikap Devian yang lembut dan peka itu, dirinya tak perlu kaget. Memang ini yang selalu Devian lakukan, sejak SMP memiliki pacar seperti dia adalah idaman bagi seluruh perempuan.
Tapi itu dulu sebelum kejadian menyakitkan itu, kejadian yang membuat mereka harus putus. Menyisakan luka mendalam dalam hati Vani, tetapi tak pernah sedikitpun dia tunjukkan pada siapapun termasuk kedua sahabatnya.
"Van, kamu inget gak waktu SMP dulu? Pas jaman-jamannya demam bintang."
Devian memeluk pundak Vani dengan sebelah tangannya. Yang diajak bicara hanya diam saja, bingung mau respon apa.
"Kita pernah kayak gini, dulu pas kita udah pacaran selama satu bulan lebih tiga hari."
Devian tersenyum.
"Kita kekunci di rooftop sekolah dan kamu bersandar di bahu aku kayak gini," Devian menuntun kepala Vani agar bersandar pada pundak kokohnya.
"Aku tau waktu itu kamu nahan tangis, kamu takut kan gak bisa pulang?" Devian terkekeh pelan.
"Terus aku bilang 'lihat bintangnya deh, banyak. Mereka bersinar kayak kamu' waktu itu aku gak pinter gombal, jadi ya kata-kata receh yang bisa aku persembahin buat kamu."
Devian kembali tersenyum, kepalanya mendongak menatap bintang yang hanya tersisa satu biji saja. Jari-jarinya mengelus pelan pundak Vani.
Vani mengeratkan jaket Devian lalu berdehem pelan.
"Itu salah Lo kita kejebak gara-gara gue dengan bodohnya nemenin kebo yang gak bangun-bangun," kata Vani.
Devian malah tertawa. "Aku emang kebo, tapi dulu kamu suka tuh." Timpal Devianenggoda Vani.
"Itu dulu, sekarang gue udah bukan Vani si cewek tergoblok." Tukas Vani dengan nada sarkas.
"Iya, mulutmu juga berubah. Vani yang dulu gak punya mulut cabe," balas Devian.
Kepala Vani bangkit, menjauh dari Devian beberapa senti. Matanya menatap kosong kebawah sana.
"Dulu jadi pacar Lo adalah hal terbodoh yang pernah gue lakukan, gue nyesel Yan."
Setelah mengatakan itu Vani bangkit dan pergi meninggalkan Devian yang hanya diam tak bergeming.
Devian tertawa hambar, matanya menatap tak fokus seperti orang melamun. "Kamu bener Van, kamu salah pernah milih aku."
***
Jemmy mengambil duduk disebelah Dani, kedua lengannya terlentang diatas sandaran sofa.
"Kamu gak ganti baju? Ntar pilih tidur dimana? Sendiri apa sama aku?" Kalimat terakhir yang mengandung godaan membuat lengannya mendapat Hadiah cubitan dan Dani.
"Ngaco, masa kita tidur bareng." Ucap Dani malu-malu.
"Nggak papa dong, gak inget ya dulu kita pernah tuh tidur seranjang." Ujar Jemmy mengingatkan Dani dengan kejadian dimana membuat Dani syok ketika pagi menyingsing dan dia membuka mata tau-tau wajah Jemmy sudah menyambutnya.
![](https://img.wattpad.com/cover/125618695-288-k846717.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
DALOVA : Bestie Vs Posessive Boy
Подростковая литература[BEBERAPA PART DIPRIVATE ACAK] Follow dulu sebelum membaca. "Aku tidak peduli, gelang itulah yang menjadi bukti. Sekarang dan selamanya kamu milikku!".-Evan "Yang bener aja, cuman karena gelang gue dipaksa jadi miliknya? Gak masuk akal!"-Ody "Dasar...