Aku mengenalnya

17 1 0
                                    

Pagi ini, aku berangkat lebih awal dari biasanya. Dengan sedikit rasa malas, aku yang biasa nya berjalan kaki menuju kampus tapi hari ini memilih untuk naik gojek. Ya, bosan dan sepi yang saat ini singgah dihati.
Apa aku lelah karena dia? Haruskan aku melepasnya? . Kata-kata itu seolah berteriak di ingatanku.

Di kampus, ruang A009
Memandangi seisi kelas, sepi dan sepi. Mata kuliah pertama dimulai pukul 09:00 wib. Tapi ini baru pukul 07:15 wib.
Aah, kenapa sih aku ini.
Mengapa harus pergi sepagi ini, kelas saja masih kosong. ( gumamku didepan kelas ).
Aku memutar berbalik dan berjalan keluar kelas, aku berjalan keluar kampus dan pergi kesembuah toko buku di pusat perbelanjaan yang letaknya tidak jauh dari kampus.

Tidak ada buku untuk kuliah yang harus dibeli. Tapi aku memang sengaja kesini untuk sekedar berjalan- jalan atau ya melihat- lihat novel yang baru dirilis.
Setiap sudut toko buku aku lewati, dan ada satu novel yang membuat aku tertarik untuk membacanya.

Catatan Pendek Untuk Cinta Yang Panjang.
Yang ditulis oleh Boy Chandra.

Pada akhirnya kamu hanya perlu mensyukuri apa pun yang kamu miliki hari ini. Walaupun yang kamu tunggu tak pernah datang. Walaupun yang kamu perjuangkan tak pernah sadar dengan apa yang kamu lakukan. Nikmati saja. Kelak, dia yang kamu cintai akan tahu, betapa kerasnya kamu memperjuangkannya.

Aku membeli buku itu, Catatan pendek untuk cinta yang panjang. Ya, aku suka sekali membaca. Entah itu novel atau buku lainnya.
Buku juga teman, buku bagiku adalah teman yang tidak akan pernah menuntut apapun dari kamu, tidak akan pernah meninggalkanmu, dan tidak akan marah jika kamu lupa atau meninggalkannya.
Sepertinya aku sudah terlalu lama membaca buku, Dan sudah pukul 11:14 wib, yaah aku telat ke kampus.

Masih ada mata kuliah sampai sore nanti, tapi aku ijin tidak masuk kelas. Harus nya aku tidak boleh menyia- nyiakan waktu, tapi rasa ini sungguh mengganggu hari- hari.
Aku melanjutkan membaca di atap gedung usang diseberang pusat perbelanjaan, gedung pertokoan yang sudah tidak digunakan lagi, namun masih terlihat kokoh meski beberapa cat dindingnya sudah mulai mengelupas.

Aku terbiasa pergi ke atap gedung ini, untuk baca buku, untuk berteriak- teriak jika sedang kesal atau menikmati senja dan angin malam. Bahkan Pak Naryo satpam yang menjaga gedung ini pun akrab denganku, karena aku selalu meminta ijin untuk naik keatap gedung ini.
Sudah hampir malam, aku harus turun dan pulang sebelum Nina menelponku terus- terusan karena aku tidak masuk kelas.

" Sudah neng baca bukunya? Atau tadi diatas melamun ya ? ( Pak Naryo )

" Aah, saya baca buku pak. Tidak melamun kok ". ( Jawabku )

"Iyasudah, hati- hati pulang nya neng. Sudah gelap tuh ".

" Iya pak, makasih. Bapak juga hati- hati nanti pulangnya. Iyasudah saya pamit ya pak, Assalamualaikum ".

" Iya neng, Waalaikumsalam ".

Aku pulang dengan naik gojek lagi, tapi tidak sampai rumah. Aku turun didepan gedung putih itu dan meneruskannya dengan berjalan kaki. Sambil mendengarkan musik yang diputar di ponselku dan sebuah lagu dari salah satu penyanyi luar, aku ikut bernyanyi dan berjalan santai.

Ini Hanya MimpiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang